Ternyata Jefri bahkan tahu soal itu. Karena sekarang kartu truf terakhirnya gagal, tubuh Yolanda yang tegang langsung ambruk. Rasanya dia mendadak menjadi lemas.Akan tetapi, Yolanda menolak mengaku kalah. Dia hanya lemas sesaat sebelum menegakkan punggungnya dan berusaha meronta untuk meraih celana Jefri. Akan tetapi, para pengawal di belakangnya menahan Yolanda dengan kuat.Meskipun begitu, Yolanda tetap mengulurkan tangannya ke arah Jefri dengan tidak rela ...."Jefri, bisakah kamu memberiku kesempatan satu kali lagi? Demi cintaku padamu!"Jefri memutar bola matanya."Kamu itu nggak tulus mencintaiku, yang kamu cintai itu latar belakang keluargaku. Kamu berniat memanfaatkanku untuk mewujudkan impianmu menjadi menantu keluarga kaya."Sedari dulu, cinta pertama Jefri tidak pernah memperlakukannya dengan tulus. Yang Yolanda inginkan hanyalah menikah anak orang kaya!Meskipun Jefri sudah membongkar niat Yolanda secara terang-terangan, dia tetap menolak mengaku kalah. Yolanda pun menunju
Begitu Jefri selesai bicara, bunyi sirene pun terdengar dari luar.Jefri segera melihat ke luar jendela. Pas sekali, satpam sedang membuka pintu dan mempersilakan polisi masuk ....Jefri segera mengedipkan matanya ke arah si pengawal. Pengawal itu langsung mengerti dan melepaskan Yolanda.Yolanda masih terjebak dalam rencana Jefri, dia tidak menyadari apa-apa. Ketika akal sehatnya akhirnya kembali, beberapa polisi sudah menghampirinya dan menangkapnya.Yolanda tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Dia sontak menjerit dengan histeris dan marah, "Aku cuma berbuat salah satu kali! Punya hak apa kalian menangkapku!""Tuan Muda Jefri melaporkan bahwa kamu memerkosanya. Ayo ikut dengan kami ke kantor polisi untuk penyelidikan," jawab si polisi dengan dingin.Yolanda pikir Jefri akan menuduhnya menipu, ternyata Jefri malah menuduhnya melakukan tindakan yang tidak senonoh. Yolanda sontak menjerit dengan tidak percaya, "Aku nggak pernah menyentuhmu!"Jefri hanya balas mendengus dengan dingi
Jihan hanya melirik Jefri dengan acuh tak acuh. Dia berjalan masuk ke dalam perusahaan sambil berkata dengan dingin, "Aku nggak berminat tahu kabar baik darimu."Jefri sudah terbiasa dengan sifat Jihan yang dingin. Dia bergegas menghampiri Jihan tanpa ambil pusing. "Kak Jihan, coba tebak apa yang kulakukan kemarin.""Nggak tahu, yang kutahu kamu sampai mengabaikan perusahaan demi mengejar Nona Sara," jawab Jihan dengan dingin sambil berjalan menaiki tangga.Jefri memang terlalu sibuk mengurusi hubungannya dengan Sara selama beberapa waktu terakhir sehingga dia mengabaikan urusan perusahaan. Jefri yang merasa tersindir pun berkata, "Kak Jihan, aku janji mulai sekarang akan selalu datang ke perusahaan tepat waktu dan nggak akan pernah bolos."Setelah itu, Jefri mendekat ke telinga Jihan dan bergumam, "Kakak tahu nggak kenapa?""Karena Nona Sara sudah kembali padamu?" tanya Jihan dengan dingin, adiknya yang satu ini cerewet sekali.Jefri memuji kecerdasan Jihan, lalu berkata dengan ekspre
Lift pun tiba di lantai paling atas. Pintu lift terbuka dan Jihan langsung berjalan menuju kantor presdir.Jefri yang masih tertegun itu pun mendengar suara dingin Jihan dari luar ...."Jangan ganti namanya!"Hei, itu nama yang biasa saja, tetapi tidak boleh diganti?Jefri langsung merasa sangat menyesal. Seandainya saja dia tahu akan menjadi seperti ini, dia tidak akan meminta Jihan menamai calon anaknya.Jefri takut dia akan dihajar habis-habisan oleh Sara saat pulang nanti, jadi Jefri bergegas mengejar Jihan."Kak Jihan, nama itu terkesan nggak spesial! Tolong ganti, ya?"Jihan hanya menjawab Jefri dengan berbalik pergi tanpa menoleh ke belakang ....Gawat sudah. Jangan bilang anaknya yang akan lahir nanti benar-benar dinamai Ethel atau Edna?...Jihan memanggil semua saudaranya untuk kembali ke perusahaan dan mengadakan rapat dengan mereka karena ada satu hal penting yang ingin Jihan sampaikan kepada mereka.Bahwa dia sudah mendapatkan kembali seluruh sahamnya dan sekarang akan mem
"Kak Jihan aneh banget hari ini. Kenapa Kak Jihan memberikan tugas seperti itu kepada kami? Kenapa Kak Jihan berniat melatihku untuk menggantikan posisi Kak Jihan? Kenapa Kakak meminta kami untuk melindungi Kak Wina?"Berbeda dengan keempat kakak laki-laki lainnya yang penurut, Jefri yang terbiasa dimanja sejak kecil adalah yang paling tukang bangkang.Jefri adalah tipe orang yang tidak akan berhenti bertanya sebelum mendapatkan jawaban yang dia inginkan.Jihan berjalan melintasi meja dan duduk di kursi direkturnya yang terbuat dari kulit, lalu menatap Jefri yang tampak kebingungan."Aku akan pergi ke suatu tempat bulan depan. Aku mungkin nggak bisa menghubungi kalian dalam waktu dekat, jadi aku harus membuat pengaturan seperti ini. Itu termasuk kenapa aku hendak melatihmu untuk menggantikan posisiku."Jihan berhenti bicara sejenak, bulu matanya yang lentik dan tebal tampak bergerak-gerak.Sebenarnya masih ada waktu dua bulan lagi, tetapi pagi tadi Jihan menerima pesan ....Pesan itu m
Begitu mendengar langkah kaki Jihan yang khas, Sam yang sedang berbaring di sofa langsung duduk tegak. "Muridku, eh itu .... Aku pulang dulu, ya. Kepalaku pusing."Karena pendukungnya sudah pulang, tentu saja Wina tidak akan melepaskan Sam begitu saja. "Bukannya tadi Pak sam bilang bakal nginap di sini kalau aku nggak bisa menyelesaikan semua desainku hari ini?"Sam bangkit berdiri sambil mengibas-ngibaskan tangannya. "Ya ampun, ngapain juga aku nginap di sini kalau aku punya rumah sendiri? Aku ke sini lagi saja besok. Sudah, ya, dah ...."Namun, begitu Sam berdiri, tangan ramping dan putih tiba-tiba menekan bahunya dengan lembut sehingga dia kembali ke posisi semula."Pak Sam, tadi kaki siapa yang mau kamu patahkan?"Sam melirik Jihan yang wajahnya datar tanpa ekspresi itu, lalu segera menyunggingkan seulas senyuman kaku."Tentu saja kakiku!"Mata Jihan yang dingin menyorotkan kesan seperti sedang tersenyum geli."Kayaknya tadi kudengar kamu mau mematahkan kakiku.""Ehehe ...."Sam ha
Jihan melakukannya dengan kasar, tetapi dia tetap memperhatikan perasaan Wina. Wina langsung menjadi lemas tidak berdaya.Wina pikir mereka hanya akan melakukannya satu kali, tetapi ternyata Jihan kehilangan kendali. Setelah selesai satu kali, Jihan melakukannya lagi dan lagi sampai-sampai Wina sudah tidak kuat lagi. Setelah itu, Jihan menggendong Wina ke kamar mandi.Jihan yang dulu tidak pernah selembut dan seperhatian ini. Namun, setelah menikah, Jihan yang terkenal dingin itu berubah. Saking lembut dan perhatiannya, Jihan sampai turun tangan sendiri memandikan Wina.Wina menatap Jihan yang sedang mengeramasinya dengan penuh kasih sayang itu, hati Wina terasa begitu hangat."Sayang, tadi kamu bilang bakal kasih tahu aku kalau sudah selesai. Kok kamu nggak bilang apa-apa?"Jemari Jihan pun perlahan berhenti bergerak. Dia terlihat seperti sedang mempertimbangkan sesuatu, tetapi akhirnya tidak memberi tahu apa-apa dan mengalihkan topik pembicaraan."Jefri memberiku dua kabar, kamu mau
Sara merasa kurang sopan apabila memberi tahu Wina lewat pesan atau telepon.Itu sebabnya Sara berencana menunggu Jefri pulang, lalu minta izin keluar. Dia ingin menemui Wina dan memberi tahu adiknya itu secara langsung.Tepat saat Sara sedang berpikir seperti itu, dia melihat cahaya lampu mobil di balik jendela besar yang membentang dari langit-langit itu, diiringi dengan bunyi roda mobil.Tidak lama kemudian, Jefri yang bertubuh jangkung dan tampan itu membuka pintu dan turun dari mobil.Ini pertama kalinya bagi Sara menunggu suaminya pulang. Sara merasa agak malu, tetapi ekspresinya tetap terlihat biasa saja. Dia pun bangkit dari sofa dan berjalan ke arah Jefri.Jefri melepas mantelnya dan membuka ikatan dasinya. Dia hendak menyerahkannya kepada pelayan, tetapi Sara mengambilnya dengan terampil seolah-olah sudah lama sekali menjadi istri Jefri.Sikap Sara yang begitu manis membuat Jefri yang awalnya masih sibuk memikirkan Jihan pun perlahan-lahan menjadi lebih rileks."Kamu nggak us