Sara mengangkat dagunya sedikit dan mendekat ke bawah mata Jefri."Tindakan apa?"Wangi tubuh Sara yang menyegarkan dan menenangkan, berpadu dengan aroma alkohol yang samar menyeruak saat dia mendekat, membuat Jefri dilanda rasa gelisah. Tiba-tiba saja Jefri tidak berani menatap mata Sara.Dia awalnya memiliki pikiran tertentu, tetapi ketika Sara benar-benar mendekat, Jefri menjadi takut. Dia menolehkan kepalanya sedikit, ingin menghindari sentuhan jarak dekat.Sara yang mabuk terpeluk erat dalam pelukannya. Dia mulai kehilangan fokus dan tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang ada di depannya. Sambil menggenggam lengannya, Sara memejamkan mata dan perlahan mendekat ....Saat dia mendekat, Jefri tidak menghindar lagi. Dengan tubuh yang tegang, Jefri menatapnya lekat-lekat. Saat dia melihat tangan Sara menyentuh dadanya, jantungnya berdebar kencang. Namun, Jefri tetap diam dan terus menatapnya ....Jari-jari Sara menggenggam erat kemeja putih Jefri. Dengan sedikit tarikan, dia menari
Sara memang sudah patuh, tetapi Sara masih menjambak rambut Jefri dengan erat, tak mau melepaskannya. Seolah itu adalah senjata rahasianya untuk melawan pelecehan.Meski waspada, Sara merasakan ketenangan di hatinya. Dia seolah-olah percaya bahwa pria yang memeluknya tidak akan menyakitinya. Dengan patuh, dia melepaskan tangannya dan melingkarkan lengan di leher pria itu, mendekap pria itu dengan erat.Jefri memiliki tubuh yang tinggi dan kekar, sementara Sara bertubuh mungil. Saat Sara meringkuk padanya, dia tampak seperti anak kecil yang berlindung di pelukan Jefri.Dengan penuh kasih sayang, dia menggendong Sara seperti boneka, berjalan ke lift, dan turun ke tempat parkir bawah tanah. Dia mendudukkannya di kursi depan sebelah kanan dan memasangkan sabuk pengaman untuknya.Sambil mengemudi, dia sesekali melirik Sara. Melihat rambutnya yang berantakan menutupi wajah dan tidur dengan sangat lelap, Jefri tak kuasa menahan senyum di bibirnya.Ketika senyum tipis menghiasi wajahnya, dia m
Jefri menggertakkan giginya saat melihat Sara merasa sangat tidak nyaman hingga perutnya terasa ingin muntah. Sambil menahan muntahan di sekujur tubuhnya, Jefri menatap Bibi Nelsa dengan dingin."Keluarlah dulu."Bibi Nelsa melirik Jefri, kemudian melirik Sara. Dia merasa agak khawatir. Namun, Bibi Nelsa juga sangat bijaksana. Dia kemudian berbalik dan pergi.Setelah pintu ditutup, Jefri melepas pakaian dan celananya. Awalnya, Jefri ingin mandi sendiri terlebih dahulu. Namun, ketika melihat kepala Sara hampir jatuh ke tempat sampah, Jefri pun tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekat dan memegangi tubuh Sara.Kulit yang sangat panas menempel pada bajunya dan hampir menciptakan lubang di sana. Sara merasa tidak nyaman dan berusaha mendorong orang yang memeganginya. Namun, tangan orang itu malah menggendongnya dan memasukkannya ke dalam bak mandi ....Air hangat menyebar ke mana-mana. Sara merasa nyaman dan tidak lagi meronta-ronta.Jefri mengambil perlengkapan mandi dan membersihkan
Pikiran Sara masih kacau. Namun, tubuh dan tulangnya secara otomatis merasakan sesuatu setelah mengalami pertarungan yang sengit.Sara menundukkan matanya saat merasakan kelembutan dan rasa manis di telinganya, seakan memikirkan bagaimana menjawabnya. Namun, pikirannya justru menjadi kosong.Meskipun puncak gairah sudah berlalu, tubuh Sara yang bersandar di pelukan pria itu masih agak gemetar. Rona merah di wajahnya makin sulit dihilangkan dan matanya juga masih kabur.Melihat keadaan Sara, Jefri tahu bagaimana rasanya. Namun, dia berpura-pura tidak menyadarinya. Jefri kemudian kembali memeluk erat pinggang Sara dan membiarkan Sara berbaring di atas tubuhnya."Sepertinya pengalamanmu nggak terlalu bagus. Ayo kita coba lagi."Jefri menyukai jika Sara yang berada di atas tubuhnya. Namun, Sara yang jelas-jelas mabuk itu tidak mungkin bisa melakukannya.Jefri memegang pinggang Sara, memeluk, dan menciumnya sebentar. Kemudian, dia mengangkat Sara yang terbaring di dalam bak mandi, menarik h
Keduanya berisik sepanjang malam dan keesokan harinya tidur nyenyak sepanjang hari. Ketika mereka membuka mata, hari sudah menjelang senja.Setelah pengaruh alkoholnya menghilang, Sara menopang kepalanya yang sakit luar biasa dan ingin membuka bibirnya untuk memanggil Bibi Nelsa. Namun, tanpa sengaja bibirnya malah menyentuh kerasnya dada pria itu.Sara langsung mengangkat kepalanya karena terkejut oleh sensasi yang hangat itu. Wajah yang tampan dan tanpa cela muncul di matanya yang ketakutan. Hati Sara langsung terasa sesak saat melihat dengan jelas siapa orang itu.Pada saat ini, cahaya matahari terbenam di luar jendela menerobos masuk. Sinarnya menerangi kulit Jefri yang halus dan putih itu, hingga memancarkan lapisan cahaya merah yang samar-samar. Semua itu membuat Jefri yang matanya terpejam tampak seperti malaikat kecil yang turun ke bumi. Begitu menggemaskan hingga membuat orang tersipu malu ....Sara menurunkan pandangannya dan melihat garis otot perut Jefri yang tampak jelas,
Diam-diam, Sara meliriknya melalui cermin. Dia merasa lega ketika melihat Jefri sudah menutupi benda besar itu. Namun, jantung Sara langsung berdegap kencang ketika Jefri berjalan mendekatinya.Jika tidak tidur dengan Jefri sebelumnya, Sara masih bisa menghadapinya dengan tenang seperti sebelumnya. Namun, setelah tidur bersama Jefri, Sara merasa berbeda. Seakan-akan ada sesuatu yang mengikatnya, yang membuat Sara merasa sangat canggung ....Sara menahan napas dan merasakan saat Jefri berada di dekatnya. Sepasang tangan yang kurus melingkari pinggang Sara yang ramping dan memeluknya erat-erat dari belakang.Tubuh Sara menjadi tegang. Sementara, Jefri bersikap biasa-biasa saja dan meletakkan dagunya di bahu Sara. "Sara, semalam kamu duluan yang sudah menggodaku. Lantaran kamu duluan yang sudah menggodaku, kamu harus bertanggung jawab kepadaku."Apa?Dirinya yang pertama menggoda?Apa dia benar-benar menggoda Jefri terlebih dahulu?Sara menjadi tersipu malu dan menarik sudut bibirnya."Ak
Jefri merasa sangat senang. Sementara itu, Sara menutupi wajahnya dan membuka pintu kamar tidur utama. "Bibi Nelsa, kenapa Bibi nggak membangunkanku semalam ...."Senyuman canggung muncul di wajah Bibi Nelsa yang sudah keriput itu. "Aku .... bagaimana mungkin aku berani membangunkanmu ...."Ketika mendengar suara itu semalam, Bibi Nelsa mengira Jefri tengah berbuat semena-mena kepada Sara dan bergegas pergi ke kamar tidur utama. Namun, begitu tangannya menyentuh gagang pintu, dia mendengar suara erangan Sara yang terputus-putus itu ....Meskipun sudah tua, Bibi Nelsa tidak bisa menahan rona merah di wajah tuanya itu saat mendengar suara mereka berdua. Bibi Nelsa mengira mereka berdua sudah kembali bersama dan sedang memperbaiki hubungan mereka. Itu sebabnya, Bibi Nelsa tidak mengganggu mereka.Ditambah lagi, melihat ekspresi malu-malu di wajah Sara sekarang, apalagi yang tidak dimengerti oleh Bibi Nelsa. "Kamu masih punya perasaan pada Tuan Muda Jefri. Bersikap baiklah padanya."Sara t
Melihat panggilan masuk dari Jefri, Jihan yang berwajah dingin itu langsung mengulurkan jarinya yang kurus dan menekan tombol "tolak".Merasa tidak puas karena panggilannya diputus, Jefri pun kembali meneleponnya.Wajah Jihan menjadi muram dan menekan tombol "jawab".Sebelum Jefri bisa berkata-kata, terdengar suara penuh amarah yang menggelegar dari ujung telepon."Pergi!"Kata-kata tersebut langsung memadamkan keinginan Jefri untuk berbagi.Setelah mengerutkan kening dan berpikir, Jefri kembali mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Jihan."Kak, aku ada di rumah Sara dan nggak punya baju untuk dipakai. Tolong kirimkan satu setel pakaian ke sini."Maksudnya, pertempuran semalam begitu sengit, hingga pakaian pun sampai hilang tak tersisa.Jihan melirik layar ponselnya dan tidak bisa menahan diri untuk tidak mengepalkan tinjunya ....Jefri menunggu selama beberapa menit tetapi tidak mendapatkan balasan apa pun.Jefri kembali mengambil ponselnya dan membuka grup keluarga. Dia menye