Jefri menggertakkan giginya saat melihat Sara merasa sangat tidak nyaman hingga perutnya terasa ingin muntah. Sambil menahan muntahan di sekujur tubuhnya, Jefri menatap Bibi Nelsa dengan dingin."Keluarlah dulu."Bibi Nelsa melirik Jefri, kemudian melirik Sara. Dia merasa agak khawatir. Namun, Bibi Nelsa juga sangat bijaksana. Dia kemudian berbalik dan pergi.Setelah pintu ditutup, Jefri melepas pakaian dan celananya. Awalnya, Jefri ingin mandi sendiri terlebih dahulu. Namun, ketika melihat kepala Sara hampir jatuh ke tempat sampah, Jefri pun tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekat dan memegangi tubuh Sara.Kulit yang sangat panas menempel pada bajunya dan hampir menciptakan lubang di sana. Sara merasa tidak nyaman dan berusaha mendorong orang yang memeganginya. Namun, tangan orang itu malah menggendongnya dan memasukkannya ke dalam bak mandi ....Air hangat menyebar ke mana-mana. Sara merasa nyaman dan tidak lagi meronta-ronta.Jefri mengambil perlengkapan mandi dan membersihkan
Pikiran Sara masih kacau. Namun, tubuh dan tulangnya secara otomatis merasakan sesuatu setelah mengalami pertarungan yang sengit.Sara menundukkan matanya saat merasakan kelembutan dan rasa manis di telinganya, seakan memikirkan bagaimana menjawabnya. Namun, pikirannya justru menjadi kosong.Meskipun puncak gairah sudah berlalu, tubuh Sara yang bersandar di pelukan pria itu masih agak gemetar. Rona merah di wajahnya makin sulit dihilangkan dan matanya juga masih kabur.Melihat keadaan Sara, Jefri tahu bagaimana rasanya. Namun, dia berpura-pura tidak menyadarinya. Jefri kemudian kembali memeluk erat pinggang Sara dan membiarkan Sara berbaring di atas tubuhnya."Sepertinya pengalamanmu nggak terlalu bagus. Ayo kita coba lagi."Jefri menyukai jika Sara yang berada di atas tubuhnya. Namun, Sara yang jelas-jelas mabuk itu tidak mungkin bisa melakukannya.Jefri memegang pinggang Sara, memeluk, dan menciumnya sebentar. Kemudian, dia mengangkat Sara yang terbaring di dalam bak mandi, menarik h
Keduanya berisik sepanjang malam dan keesokan harinya tidur nyenyak sepanjang hari. Ketika mereka membuka mata, hari sudah menjelang senja.Setelah pengaruh alkoholnya menghilang, Sara menopang kepalanya yang sakit luar biasa dan ingin membuka bibirnya untuk memanggil Bibi Nelsa. Namun, tanpa sengaja bibirnya malah menyentuh kerasnya dada pria itu.Sara langsung mengangkat kepalanya karena terkejut oleh sensasi yang hangat itu. Wajah yang tampan dan tanpa cela muncul di matanya yang ketakutan. Hati Sara langsung terasa sesak saat melihat dengan jelas siapa orang itu.Pada saat ini, cahaya matahari terbenam di luar jendela menerobos masuk. Sinarnya menerangi kulit Jefri yang halus dan putih itu, hingga memancarkan lapisan cahaya merah yang samar-samar. Semua itu membuat Jefri yang matanya terpejam tampak seperti malaikat kecil yang turun ke bumi. Begitu menggemaskan hingga membuat orang tersipu malu ....Sara menurunkan pandangannya dan melihat garis otot perut Jefri yang tampak jelas,
Diam-diam, Sara meliriknya melalui cermin. Dia merasa lega ketika melihat Jefri sudah menutupi benda besar itu. Namun, jantung Sara langsung berdegap kencang ketika Jefri berjalan mendekatinya.Jika tidak tidur dengan Jefri sebelumnya, Sara masih bisa menghadapinya dengan tenang seperti sebelumnya. Namun, setelah tidur bersama Jefri, Sara merasa berbeda. Seakan-akan ada sesuatu yang mengikatnya, yang membuat Sara merasa sangat canggung ....Sara menahan napas dan merasakan saat Jefri berada di dekatnya. Sepasang tangan yang kurus melingkari pinggang Sara yang ramping dan memeluknya erat-erat dari belakang.Tubuh Sara menjadi tegang. Sementara, Jefri bersikap biasa-biasa saja dan meletakkan dagunya di bahu Sara. "Sara, semalam kamu duluan yang sudah menggodaku. Lantaran kamu duluan yang sudah menggodaku, kamu harus bertanggung jawab kepadaku."Apa?Dirinya yang pertama menggoda?Apa dia benar-benar menggoda Jefri terlebih dahulu?Sara menjadi tersipu malu dan menarik sudut bibirnya."Ak
Jefri merasa sangat senang. Sementara itu, Sara menutupi wajahnya dan membuka pintu kamar tidur utama. "Bibi Nelsa, kenapa Bibi nggak membangunkanku semalam ...."Senyuman canggung muncul di wajah Bibi Nelsa yang sudah keriput itu. "Aku .... bagaimana mungkin aku berani membangunkanmu ...."Ketika mendengar suara itu semalam, Bibi Nelsa mengira Jefri tengah berbuat semena-mena kepada Sara dan bergegas pergi ke kamar tidur utama. Namun, begitu tangannya menyentuh gagang pintu, dia mendengar suara erangan Sara yang terputus-putus itu ....Meskipun sudah tua, Bibi Nelsa tidak bisa menahan rona merah di wajah tuanya itu saat mendengar suara mereka berdua. Bibi Nelsa mengira mereka berdua sudah kembali bersama dan sedang memperbaiki hubungan mereka. Itu sebabnya, Bibi Nelsa tidak mengganggu mereka.Ditambah lagi, melihat ekspresi malu-malu di wajah Sara sekarang, apalagi yang tidak dimengerti oleh Bibi Nelsa. "Kamu masih punya perasaan pada Tuan Muda Jefri. Bersikap baiklah padanya."Sara t
Melihat panggilan masuk dari Jefri, Jihan yang berwajah dingin itu langsung mengulurkan jarinya yang kurus dan menekan tombol "tolak".Merasa tidak puas karena panggilannya diputus, Jefri pun kembali meneleponnya.Wajah Jihan menjadi muram dan menekan tombol "jawab".Sebelum Jefri bisa berkata-kata, terdengar suara penuh amarah yang menggelegar dari ujung telepon."Pergi!"Kata-kata tersebut langsung memadamkan keinginan Jefri untuk berbagi.Setelah mengerutkan kening dan berpikir, Jefri kembali mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Jihan."Kak, aku ada di rumah Sara dan nggak punya baju untuk dipakai. Tolong kirimkan satu setel pakaian ke sini."Maksudnya, pertempuran semalam begitu sengit, hingga pakaian pun sampai hilang tak tersisa.Jihan melirik layar ponselnya dan tidak bisa menahan diri untuk tidak mengepalkan tinjunya ....Jefri menunggu selama beberapa menit tetapi tidak mendapatkan balasan apa pun.Jefri kembali mengambil ponselnya dan membuka grup keluarga. Dia menye
Jihan mendengarkan Wina. Wina mendengarkan Sara. Jika Jefri bisa menaklukkan Sara, dia akan mendapatkan hak untuk berbicara. Lalu, apa lagi yang perlu dia takutkan?Setelah menata logikanya, Jefri pun menutup teleponnya tanpa rasa takut dan berbalik.Melihat si bodoh itu berbalik, Jihan yang begitu gesit langsung membuka pintu mobil dengan secepat kilat ....Saat pintu kamar tidur utama dibuka, Wina kebetulan sedang menoleh ke belakang. Sebelum dia bisa melihat dengan jelas apa yang keluar itu, matanya sudah ditutup oleh sebuah tangan yang besar. Segera setelah itu, terdengar suara yang dingin dan merdu di telinga Wina."Jangan lihat. Nanti kamu buta!"Wina tidak mampu berkata-kata.Wina yang matanya tertutup, tersenyum penuh arti.Suaminya takut dia akan melihat Jefri yang hampir telanjang itu, 'kan?Hanya saja .... dengan melihat sekilas saja sudah menjadi buta, lalu bagaimana dengan Sara ....Melihat Jefri yang tiba-tiba saja berlari keluar, wajah Sara langsung memerah layaknya apel
Sara menatap mata jernih Wina. Setelah menatapnya selama beberapa saat, Sara pun perlahan-lahan melonggarkan telapak tangannya yang terkepal dan berkata, "Kalau dia benar-benar melamarku, mungkin aku akan menerimanya ...."Sara hampir diperkosa. Seharusnya dia memiliki trauma psikologis terhadap hal semacam ini. Namun, semalam dia sama sekali tidak mengingat kejadian percobaan pemerkosaan itu dan malah menerima Jefri dengan tenang.Orang sering mengatakan jika tubuhlah yang paling mencerminkan perubahan psikologis. Tubuh Sara menyukai Jefri. Itu artinya, Sara tidak pernah melepaskan Jefri di dalam hatinya ....Jika memang masih suka, terjun lagi saja ke dalam masalah ini. Kenapa disebut masalah? Sara sendiri juga tidak mengetahuinya. Sara hanya selalu merasa mengikuti Jefri selalu membuat dirinya merasa tidak aman.Sara takut, setelah menikah dengan Jefri, dia akan bosan dipermainkan oleh Jefri dan kembali ditinggalkan oleh Jefri. Pada saat itu, Sara akan menjadi istri yang ditinggalka