Siapa bilang menulis kisah sendiri itu mudah? Semua itu tidak berlaku bagi Kianna. Bagi gadis cantik berponi itu, menulis kisah percintaannya sendiri jauh lebih sulit ketimbang mengarang kisah fiksi. Seperti saat ini, sepuluh menit sudah berlalu, Kianna hanya memandangi layar laptopnya. Ia bingung harus memulai dari mana ceritanya. Namun, kilasan tentang bagaimana awal pertemuannya dengan Gior dan ia merasakan Love at the first sight muncul begitu saja di dalam pikirannya. Kedua sudut bibir Kianna tertarik ke atas bersamaan, ia sendiri tersipu malu saat kembali mengingat betapa baik dan ramahnya seorang Giorgio Fernandes padanya.
Kini, sudah genap satu tahun berlalu dan Kianna masih berhasil menyembunyikan perasaannya pada Gior dengan sangat baik dan rapi. Tidak ada yang mencurigainya satu pun karena Kianna tidak pernah bersikap mencolok di depan Gior, bahkan gadis cantik itu lebih memilih untuk menghindari Gior ketika mereka akan berpapasan atau berdekatan.
Kianna hanya berani memandang wajah tampan Gior dari kejauhan. Jikalaupun, mereka harus bertegur sapa satu sama lain, Kianna hanya akan melakukan hal formal layaknya adik kelas yang menghormati kakak kelasnya. Kianna tidak pernah bersikap overacting, tidak juga sibuk mencari perhatian dari orang lain, terutama Gior. Kianna selalu bersikap normal.
Baru tiga chapter cerita yang dipublikasikan Kianna di akun menulis onlinenya dan cukup mengejutkan jika ceritanya mendapatkan komentar yang cukup banyak. Kianna membuka satu per satu komentar yang ada di bab tersebut dan ia terkejut ketika mendapati akun Nada turut hadir di sana. Namun, Kianna yakin, Nada tidak tahu identitas penulis yang ia baca ceritanya. Untuk fakta satu itu, Kianna bisa bernapas lega.
Pekerjaan Kianna selama hampir satu tahun belakang ini adalah menguntit akun media sosial milik kakak kelasnya, Giorgio dan juga Nada. Pasangan fenomenal yang cukup terkenal di sekolahannya. Seperti saat ini, jempol Kianna begitu piawai menggulir akun Nada. Di dalam postingan feed instagramm Nada, Kianna tidak menemukan satu pun wajah Gior terselip di sana. Kemungkinan yang paling beralasan adalah Nada tidak ingin memublikasikan hubungannya dengan Gior, mereka hanya ingin orang-orang satu sekolah saja yang tahu mengenai kedekatan mereka. Akan tetapi, di dalam instastory Nada, yang berisikan kegiatan kesehariannya dan beberapa endorse, beberapa kali terselip kebersamaannya dengan Gior. Begitu pula di instastory Gior, banyak momen yang dibagikan cowok itu di sana bersama Nada dan juga teman-teman kelasnya. Nada dan Gior tampak begitu serasi satu sama lain dan satu sekolah menyetujui fakta itu karena sulit terbantahkan termasuk, Kianna sendiri.
Gadis cantik berponi depan itu membuka kembali akun instagraam miliknya. Matanya membulat terkejut ketika melihat salah satu postingan Lutfi. Entah mengapa, Kianna begitu yakin jika foto yang diposting Lutfi adalah dirinya tampak belakang. Lutfi pasti telah memotret dirinya secara diam-diam dari belakang saat sedang di perpustakaan.
Kianna tidak marah, hanya saja ia merasa risih. Kianna sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun pada Lutfi. Gadis itu belum mau membuka hati untuk orang lain. Kianna masih ingin menikmati hari-harinya sebagai pengagum rahasia seorang Giorgio Fernandes.
Kianna kembali ke laptopnya dan menuliskan kalimat penutup part sebelum ia memublikasikan ceritanya.
- Mencintai tidak harus memiliki, karena yang memiliki pun belum tentu mencintai
*****
Kianna berjalan sendirian dengan memasang earphone dan novel di tangannya. Di tangga paling bawah terlihat Gior sedang duduk menatap fokus layar ponselnya. Wajah serius dan dahi mengkerut Gior membuat Kianna terpesona, tapi sekuat mungkin gadis itu menjaga ekspresi. Kianna melewati Gior sambil sedikit menunduk sopan.
"Eh, bentar!" Kianna menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Gior. Jantung Kianna berdebar begitu kuat, ia takut Gior bisa mendengar detakannya. Gadis itu mencengkeram erat novel untuk menyembunyikan kegugupannya.
"Iya, Kak?" Gior memperhatikan Kianna dari atas sampai bawah, lantas Kianna ikut melakukan hal yang sama, tapi dengan ekspresi bingung.
"Lo ikut ekskul cheerleaders ya?" tanya Gior dan Kianna menjawab dengan gelengan.
"Jadi, lo ikut ekskul apa?" Gior menyandar di dinding sambil memperhatikan ekspresi Kianna.
"Untuk sekarang, saya gak ikut ekskul, Kak," jawab Kianna. Gior menggeleng tak percaya, "masa iya, lo gak ikut ekskul?" Kianna hanya mengangguk.
"Saya permisi dulu, Kak, mau ke kelas," pamit Kianna. Baru saja ingin melangkah, tetapi langkahnya harus urung kembali lantaran suara Gior menginterupsi Kianna lagi.
"Nama lo--Kianna?" tanya Gior dan Kianna mengangguk tanpa ragu.
"Oke!" Gior kembali fokus ke ponselnya. Kianna menatap Gior penuh kebingungan, tetapi hanya sebentar, gadis cantik itu kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda.
******
"Ki, kak Lutfi itu suka sama kamu." Andara memulai ceritanya.
"Dia bilang, kamu dingin banget. Gak pernah ngerespon chat dia, terus kalo ngomong juga seperlunya aja, padahal dia udah mati-matian cari bahan cerita,"
"Kamu gak mau apa, kasih kesempatan buat kak Lutfi? Dia itu baik loh, Ki, tajir, anak band pula. Kalo masalah tampang, kayaknya gak perlu dikhawatirin. Dia juga ganteng," ucap Andara panjang lebar.
"Kamu mau cowok yang gimana sih, Ki?" tanya Andara penasaran.
"Kayak Kak Gior!" batin Kianna.
"Kianna! Jawab kek, malah diem aja." Andara berpura-pura merajuk dan Kianna hanya tersenyum menanggapinya.
"Errrr, emang susah punya temen kayak tembok! Diajak ngomong malah diem aja. Bomat deh, biar kak Lutfi aja ntar yang nanyai kamu," keluh Andara dan Kianna tetap fokus pada bacaannya.
*****
Batagor dan es teh menjadi pilihan Kianna saat di kantin. Kianna dan Andara lebih memilih duduk di pojok yang jarang peminatnya. Hampir setengah batagor telah dihabiskan Kianna sambil mendengarkan cerita dari mulut Andara. Andara tiba-tiba menghentikan ceritanya saat kedua bola mata memandang pasangan yang cukup fenomenal di sekolahnya itu.
Gior dan Nada bergandengan tangan masuk ke kantin membuat semua pusat perhatian ke arah mereka berdua. Kianna melirik sekilas dan menundukkan pandangannya. Tiba-tiba dirinya merasakan sesak di dada. Nafsu makannya menghilang begitu saja. Ia benci harus mengakui kalo dirinya merasa cemburu. Akan tetapi, Kianna cepat-cepat mengatur ekspresinya agar tetap datar seperti biasanya.
"So sweet banget! Aku sama kak Ridwan aja kalah," ujar Andara.
Gior's Squad dan juga Nada memilih untuk duduk di sebelah Kianna dan Andara. Kianna seperti sedang uji nyali, melihat kebersamaan orang yang disukai bersama dengan pasangannya.
"Nad, lo baca novel online juga ya?" Terdengar suara kak Santi, salah satu sahabat Nada bertanya sambil melihat ponsel Nada.
"Iya. Ternyata nyenengi juga ya, baca cerita di sana. Gue baru tau. Lo baca juga, San?" Nada bertanya balik pada Santi.
"Iya," jawab Santi, "gue kemarin baru follow akun PanggilakuKey, tulisan dia bagus-bagus semua!" Ucapan Nada membuat Kianna sulit menelan batagor yang tengah dikunyahnya.
"Seru banget, ngerumpi apaan sih?" Gior datang dengan membawa semangkuk bakso dan es jeruk untuk Nada, yang tak luput dari pandangan Kianna
"Ngomongi masalah aplikasi novel online. By the way, lo gak makan, Gi?" tanya Nada terlihat heran.
"Pengen batagor, tapi udah abis. Gue jadi males makan," jawab Gior santai.
"Kayak orang ngidam aja lo, Gi. Gak ada batagor, jadi gak nafsu makan!" ledek temannya yang lain.
Kianna menatap batagor di piringnya, dan berpikir "Kalo aja, aku yang jadi pacarnya kak Gior, mungkin dia mau bagi dua batagor punya aku!" Kianna segera menepis pikiran konyol yang tak masuk akal itu.
"Ki, bisa minta waktunya bentar. Aku mau ngomong sama kamu?" Tiba-tiba Lutfi datang dan ingin berbicara pada Kianna. Andara memberi isyarat pada Kianna agar setuju, dan Gior's Squad beserta Nada ikut memperhatikan interaksi Kianna dan Lutfi.
Lagi-lagi mata Kianna bersirobok dengan sepasang mata Gior. Namun, tidak ada interaksi di antara keduanya. Kianna mengangguk dan mengikuti langkah kaki Lutfi. Keduanya berhenti di belakang laboratorium Kimia. Lutfi terlihat gugup sambil mengatur napas, sedangkan Kianna hanya diam berdiri memperhatikan gelagat Lutfi di depannya.
"Kia, beberapa waktu terakhir ini, sejak kamu masih kelas X, aku selalu perhatiin kamu, termasuk sampai sekarang. Aku pengen kenal kamu lebih dekat, pengen tau tentang kamu lebih banyak. Aku berharap punya kesempatan untuk itu," ucap Lutfi dengan tegas dan lugas.
"Kamu mau gak, kasih aku kesempatan buat kenal lebih dekat sama kamu?" tanya Lutfi to the point pada Kianna.
Kianna menarik napas panjang, berpikir sejenak mencari kalimat apa yang pantas dan sopan untuk ia katakan pada Lutfi. Kianna tidak ingin menyakiti Lutfi, tetapi tidak ingin juga memberikan harapan palsu pada Lutfi.
"Sebelumnya Kianna mau ngucapin terima kasih untuk perhatian Kak Lutfi ke Kia. Kia senang bisa kenal Kak Lutfi. Kalo Kak Lutfi pengen kenal Kia lebih jauh sebatas teman, Kia mengizinkan, tapi kalo yang kakak maksud berhubungan jadi pacar, maaf Kak Lutfi, Kianna gak bisa." Mungkin ini ucapan terpanjang Kianna selama bersekolah pada orang lain.
"Kianna minta maaf, Kia sudah nyakiti hati kakak. Tapi, inilah keputusan Kia. Kia harap kakak gak ngebenci Kia setelah ini," sambung Kianna.
Lutfi mengusap wajahnya dan tersenyum, meskipun senyum terpaksa menurut pengelihatan Kianna. "Tapi kamu mau 'kan, kalo kita jadi kakak adek?" Kianna mengangguk sambil tersenyum.
"Ki, jangan berubah ya, setelah aku ngungkapin perasaan ini. Meskipun hasilnya gak seperti harapan aku, tapi aku bahagia kamu mau jujur, gak ngasih harapan palsu. Gimana pun, aku sudah terlanjur sayang sama kamu," ucap Lutfi dan Kianna lagi-lagi hanya tersenyum seadanya.
"Bentar lagi bel, kamu masuk kelas gih. Pulang sekolah nanti bareng aku yah, sebagai awalan kita jadi teman," kata Lutfi.
Kianna mengacungkan jempol tanda setuju. "Kia permisi ke kelas dulu ya kak."
Kianna melangkah kembali menuju kelas. Hatinya cukup lega karena sudah memberikan jawaban yang menurutnya paling tepat. Ia kembali teringat dengan quote yang semalam ditulis di dalam ceritanya.
- Mencintai tidak harus memiliki, karena yang memiliki pun belum tentu mencintai -
*****
Jangan menjalani hubungan hanya karena terpaksa,
karena akhirnya hanya akan mendatangkan penyesalan
*****
Kianna sudah menyetujui untuk pulang bersama Lutfi. Kini mereka berjalan bersisian satu sama lain. Wajah Lutfi terlihat begitu semringah, berbanding terbalik dengan ekspresi Kianna yang tetap datar."Cie-cie. Akhirnya, pacaran juga!" Beberapa teman satu kelas Lutfi menggoda mereka berdua saat sampai di parkiran."Berisik lo!" balas Lutfi, tapi dengan wajah merah padam.Kianna menoleh ke sekeliling dan matanya berhenti di satu titik. Mobil Jazz hitam terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dibalik setir mobil itu, ada Gior yang sedang menunggu kedatangan Nada. Kianna hanya bisa menghela napas untuk menyembunyikan rasa kecewa yang sering kali muncul tiba-tiba.Lutfi menyodorkan sebuah helm pada Kianna dan mereka berdua meninggalkan pelataran sekolah menuju ke rumah Kianna. Gadis berponi itu mengucapkan terima kasih banyak karena sudah diberikan tumpangan gratis. Namun, Kianna sama sekali tidak berbasa-basi untuk mengajak Lutfi mampir ke rumahnya. Ia se
Koridor menuju kelas Kianna sudah cukup sepi, meskipun masih ada beberapa orang yang masih berada di kelas, terutama kakak kelasnya. Kianna bergegas kembali ke kelas untuk membereskan alat tulis serta mengambil tas. Dari ambang pintu, Kianna melihat Andara menelungkupkan kepala di atas meja. Suara isak tangis sahabatnya itu terdengar, membuat Kianna segera mendekat.Baru saja Kianna ingin bertanya, Andara sudah lebih dulu memeluknya dengan erat."Kia, maafin aku ya, Ki. Aku janji, gak akan bikin kamu kesel lagi. Aku tahu perbuatan aku salah. Aku minta maaf, Ki. Tolong, maafin aku, Ki." Andara meminta maaf pada Kianna dengan sisa-sisa sesegukan tangisannya.Kianna memberi pelukan balik pada sahabat baiknya itu. "Udahlah, lupain aja ya, Dar. Aku udah maafin kamu kok.""Makasih yah, Ki." Kianna mengangguk dan mengajak Andara untuk segera turun meninggalkan kelas mereka.Langkah kaki Kianna dan Andara melambat ketika mereka hampir mencapai anak tangga
Demi apa pun, Gior sudah berhasil membuat Kianna salah tingkah setengah mati. Cowok ganteng itu melakukan prank karena kalah dalam bermain game. Dengan konyol, Bambang memintanya untuk memberikan prank pada Kianna. Adik kelasnya yang cukup tertutup dan terbilang irit bicara itu.Mau tak mau, Gior melakukan apa yang diperintahkan Bambang padanya demi memenuhi persyaratan kalah taruhan itu. Kianna begitu kesal dan menahan malu disaat yang bersamaan. Untung saja, ia tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk menanggapi kata-kata Gior yang ternyata hanya prank.Di hadapan Kianna, Andara tidak bisa menahan tawanya ketika mengetahui jika itu hanya prank semata yang dilakukan Gior pada sahabatnya. Meskipun sempat terlintas dipikiran Andara jika Gior memang sedang memuji Kianna."Sumpah ya, Ki, aku pikir kak Gior tadi beneran mau muji kamu. Aku sudah baper setengah hidup dan ternyata cuma prank dari kak Bambang," ucap
"Kita PA-CA-RAN!!" eja Gior."Maksudnya, aku sama kakak punya hubungan? Kak Gior pacar Kianna?" tanya Kianna ragu."Iya, Sayang. Giorgio Fernandes sekarang pacar lo, bukan Lutfi atau Bambang." Gior menekankan kata pacar pada Kianna."Kia ga lagi mimpi 'kan?"Gior menarik lengan Kianna agar mendekat dengannya. Gior mengecup punggung tangan Kianna, gadis itu melotot terkejut."Masih mikir ini mimpi?" tanya Gior dan Kianna menggeleng kaku.******Kianna tersadar dari lamunan ketika pundaknya ditepuk seseorang. Seolah sedang mengumpulkan nyawa, Kianna menatap Andara dengan mulut sedikit terbuka."Ya ampun, Kia. Pantesan aja gak nyaut dari tadi dipanggil, ternyata lagi asyik melamun." Andara mengambil tempat duduk di sebelah kanan Kianna dan menggeleng sambil memakan chiki yang ia bawa.Kianna tampak bingung. Bukankah tadi ia berada di taman rahasia dan Gior barusan mengajaknya berpacaran, tapi ken
Teruntuk kamu, terima kasih sudah menjadi pelangi dihariku. Kamu membuat setiap hari berwarna. Kuharap, aku tak akan pernah memudarkan warna yang telah kau torehkan.Caption di salah satu foto yang di update Gior beberapa jam yang lalu. Kianna tersenyum masam saat membacanya. Tentu saja caption bak gulali itu ditujukan untuk pacar tercintanya, Nada.Kianna mencebikkan bibir ketika ingat permintaan Nada. Bisa-bisanya kakak kelasnya satu itu, meminta Kianna untuk menuliskan cerpen masalah pribadinya."Kenapa sih tiba-tiba kak Nada minta aku buat bikini dia cerpen? Mana ceritanya mirip lagi dengan khayalan aku kemarin, ‘kan bete," gerutu Kia di atas kasur.Kianna berguling ke kanan ke kiri. Pikirannya kembali teringat akan ucapan dan tindakan Gior yang cukup ambigu."Ngapain kak Bambang kalo mau ngomongi rambutku harus lewat kak Gior? Biasanya juga kak Bambang teriak-teriak kayak tarzan kalo mau ngomon
GiorgioFd :Today, 10.03 AMBocah, gue bete! Kasih semangat kekKianna mengetikkan balasan untuk Gior. Namun, sudah sebaris diketik lalu dihapus lagi, begitu terus berulang-ulang sampai akhirnya Gior mengiriminya chat lagi.Lo nulis apa deh! Gak nyampe2 ke gue?Kianna melototkan matanya melihat deretan kalimat itu. Bisa dipastikan jika Gior memang sedang menunggu balasan chat dari Kianna.Lo gak jadi ngirim apa2 ke gue?Jangan PHP dek, hati Kakak sakit L'WTF! Fix, kak Gior gegar otak!' batin Kianna.Kianna memilih mematikan ponsel dan membereskan barang-barang bawaannya untuk segera kembali ke kelas. Biasanya jam istirahat ini, Gior bersama teman-temannya menghabiskan waktu di kantin, jadi Kianna merasa sedikit lega karena hanya kemungkinan kecil akan bertemu cowok itu.Jika Gior ber
Kianna kesiangan lagi. Post it yang sudah gadis itu siapkan semalam, nyatanya tidak jadi lagi diselipkan di laci meja Gior. Kali ini, kesiangannya disponsori oleh papa Andi yang ketinggalan ponsel, mereka harus putar balik ke rumah.Dua hari sudah Kianna gagal menaruh post it ke laci Gior. Kianna hanya bisa berdoa kalau cowok itu otaknya tidak konslet seperti kemarin. Ia sudah cukup pusing menghadapi Gior jika bertingkah absurd. Kianna lebih memilih untuk bisa memandangi Gior dari kejauhan saja dibanding dekat, tapi membuatnya mati gaya.Setelah berpamitan dan bersalaman dengan papanya, Kianna masuk ke dalam gerbang sekolah dengan wajah datar seperti biasa. Meskipun ia tidak berekspresi apa pun, gadis itu tetap terlihat cantik dan imut. Sebenarnya tidak sedikit cowok di sekolahnya yang menyukai Kianna, tapi cewek itu terlalu dingin dan pendiam untuk didekati. Kebanyakan dari mereka semua mundur teratur karena Kianna benar-benar slow respon. C
"Calon cewek gue datang!" teriak Bambang, Kianna dan Andara berjalan hampir melewati meja mereka.Bukan cuma Kianna dan Andara yang terkejut dengan teriakan membahana Bambang. Akan tetapi, seisi kantin ikut menoleh dan memandang mereka berdua, termasuk Gior yang kini menopang kepala dengan sebelah telapak tangannya."Calon cewek gue juga," gumam Gior."Calon ceweknya kak Bambang siapa, Ki?" tanya Andara berbisik-bisik dan Kianna hanya mengedikkan bahu tanpa ekspresi.Kianna berjalan melewati tempat duduk Gior's Squad dan pergi menuju lapak penjual minuman. Kianna memesan Ice Thai Tea mengabaikan jeritan Bambang yang mengundang tanda tanya. Kianna sebenarnya juga penasaran siapa orang yang dimaksud Bambang? Apa benar dirinya? Akan tetapi, bukankah Bambang tidak gencar lagi mendekati bahkan menggodanya seperti beberapa hari lalu.Kianna segera menepis pikirannya. Lagi pula jika Bambang naksir Kianna, belum tentu gadis itu menerimanya.