Happy reading!
Selamat malming ??
******
Kianna duduk di depan laptop dengan jemari lentiknya menekan satu persatu huruf yang ada di sana, membentuk rangkaian kalimat dalam cerita yang ia tulis. Gadis itu menuliskan semua kejadian yang terjadi padanya akhir-akhir ini ke dalam cerita yang ia tulis. Cerita yang sebenarnya sudah memiliki ending yang dia inginkan sejak awal ditulis.
Gadis berponi itu menekuk kedua lutut dan memeluknya erat menaruh dagu di sana. Matanya bergerak cepat membaca ulang setiap baris kata yang telah ia tulis. Kedua sudut bibirnya terangkat bersamaan, wajahnya memanas secara tiba-tiba. Hati Kianna begitu berbunga-bunga mengingat semua perlakuan Gior padanya.
Proses yang cukup panjang, semua berawal dari menjadi pengagum rahasia dan bera
Happy reading!Jangan lupa banjirin dengan komen kalian. Thank you*****Alarm cemburu membabi buta Gior mulai muncul ketika ia melihat kehadiran 2 orang cowok jangkung berdiri di sebelah pelatihnya. Gior juga menangkap gerak gerik salah satu cowok yang gantengnya hampir setara dengannya melambai ke arah tempat duduk Kianna. Dengan cepat Gior memperhatikan ekspresi balasan Kianna yang tetap mematung seolah tidak peduli. Cukup menenangkan, tetapi tetap saja membuat fokus Gior terbuyarkan."Gi, fokus!" Paijo memberi peringatan pada Gior.Fred mengambil kesempatan lengah Gior untuk mempersempit jarak skor mereka yang sudah tertinggal. Beberapa kali, bola direbut oleh Fred begitu saja ketika Gior kehilangan fokusnya seolah sedang sibuk berpikir.Kianna duduk dengan gel
Happy reading^^Jangan ragu buat bantu share cerita ini ke semua org. Kalau ada hal baik yg bisa diambil dari cerita ini, silakan diterapin di kehidupan nyata. Kalao hal buruknya, skip aja yah ^^Jangan lupa komen!******Setelah Gior mengucapkan pantun yang cukup membuat semua orang shock, cowok ganteng di atas rata-rata itu pamit sejenak untuk mengikuti upacara penutupan sekaligus penyerahan hadiah. Kianna dan juga Kinno serta sahabatnya yang lain memilih untuk duduk kembali di kursi tribun. Beberapa kali Bambang mencuri lirik untuk memperhatikan wajah Kinno dan Kianna bergantian untuk memastikan jika mereka berdua memanglah memiliki ikatan saudara.Kinno mengusap tengkuk lehernya sambil bergumam, "kenapa dia bisa tau kalo aku abang kamu yah, Dek?" Kianna melirik Kinno sambil mengedikkan bah
Happy reading ^^Jangan lupa komen!*****"Selamat yah, Kak, buat kemenangannya hari ini." Kianna membuka obrolan mereka sesaat setelah masuk dalam mobil.Gior menoleh sekilas sambil tersenyum lebar. "Your Welcome, Kica.""Makasih juga buat baksonya," kata Kianna dengan senyum malu-malu."Gak mau ngucapin kayak Paiman tadi? Gue yakin banget kalo lo shock liat kelakuan temen-temen gue, tapi yah-emang dari dulu, dari kelas sepuluh kami mulai berteman udah begitu. Ngebiasain ngucapin rasa syukur sambil doa bareng-bareng, biar gak pernah lupa buat bersyukur kalo dapet kenikmatan dari Tuhan," jelas Gior begitu santai.Kianna menatap kagum penuh binar mendengar penjelasan Gior. Circle pertemanan Gior di mata Kianna sangat positif. Beruntunglah pacarnya itu memiliki teman yang s
"Ki, kamu sudah pembagian kelas?" Fanny, wanita paruh baya yang merupakan mama dari seorang gadis cantik berponi yang sedang menikmati nasi goreng di tempat duduknya bertanya mengenai perkembangan di sekolah. Kianna sendiri hanya mengangguk untuk menyawab pertanyaan mamanya karena mulutnya tengah mengunyah."Jadi, kamu masuk kelas apa? IPA atau IPS?" Kianna mengunyah nasi goreng dan menelan dengan hati-hati sebelum menjawab pertanyaan dari papanya."XI IPA 1, Pa. Di forum sekolah, nama Kianna masuk daftar kelas itu." Andi, papa Kianna mengacungkan jempol ke arah anak gadisnya dengan wajah semringah. Pria paruh baya itu merasa senang karena anaknya berhasil masuk dalam salah satu kelas unggulan di sekolah. Hal itu membuktikan jika usaha keras Kianna fokus belajar berhasil."Belajar yang bener. Kamu boleh pacaran—asal pacaran sehat. Pacar kamu bisa jadi motivasi kamu buat terus rajin belajar. Satu lagi—kalau punya pacar, kenali sama papa dan mama." Pap
"Kianna Agusepti." Suara bu Rita terdengar lantang sedang mengabsen nama-nama murid yang ada di dalam kelas XI IPA 1.Gadis cantik berambut panjang, berwajah oriental itu mengangkat tangan kanannya. "Maaf, Bu, nama saya Kianna Augustephi, bukan Agusepti." Kianna mencoba meralat pengucapan namanya yang dilakukan oleh ibu Rita, wali kelasnya. Sontak seisi kelas terkekeh mendengar protes Kianna pada orang yang salah menyebutkan namanya, terlebih yang diprotes saat ini adalah bu Rita.Bu Rita berdeham, suara gaduh dan kekehan sekejap mungkin menghilang menjadi kembali hening dan tenang. "Nama belakang kamu itu susah sekali disebut, anggap aja sama itu Agusepti atau Agus apalah itu. Lain kali, ibu absen, panggil nama kamu pake Kianna aja, embel-embel belakangnya gak disebutin, 'kan nama kamu gak pasaran, kayak si Ayu atau Putri."Kianna hanya bisa menghela napas pasrah mendengar keputusan yang diucapkan oleh wali kelasnya. Keputusan ibu Rita adalah sesuatu yang mutla
Siapa bilang menulis kisah sendiri itu mudah? Semua itu tidak berlaku bagi Kianna. Bagi gadis cantik berponi itu, menulis kisah percintaannya sendiri jauh lebih sulit ketimbang mengarang kisah fiksi. Seperti saat ini, sepuluh menit sudah berlalu, Kianna hanya memandangi layar laptopnya. Ia bingung harus memulai dari mana ceritanya. Namun, kilasan tentang bagaimana awal pertemuannya dengan Gior dan ia merasakan Love at the first sight muncul begitu saja di dalam pikirannya. Kedua sudut bibir Kianna tertarik ke atas bersamaan, ia sendiri tersipu malu saat kembali mengingat betapa baik dan ramahnya seorang Giorgio Fernandes padanya.Kini, sudah genap satu tahun berlalu dan Kianna masih berhasil menyembunyikan perasaannya pada Gior dengan sangat baik dan rapi. Tidak ada yang mencurigainya satu pun karena Kianna tidak pernah bersikap mencolok di depan Gior, bahkan gadis cantik itu lebih memilih untuk menghindari Gior ketika mereka akan berpapasan atau berdekatan.K
Kianna sudah menyetujui untuk pulang bersama Lutfi. Kini mereka berjalan bersisian satu sama lain. Wajah Lutfi terlihat begitu semringah, berbanding terbalik dengan ekspresi Kianna yang tetap datar."Cie-cie. Akhirnya, pacaran juga!" Beberapa teman satu kelas Lutfi menggoda mereka berdua saat sampai di parkiran."Berisik lo!" balas Lutfi, tapi dengan wajah merah padam.Kianna menoleh ke sekeliling dan matanya berhenti di satu titik. Mobil Jazz hitam terparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dibalik setir mobil itu, ada Gior yang sedang menunggu kedatangan Nada. Kianna hanya bisa menghela napas untuk menyembunyikan rasa kecewa yang sering kali muncul tiba-tiba.Lutfi menyodorkan sebuah helm pada Kianna dan mereka berdua meninggalkan pelataran sekolah menuju ke rumah Kianna. Gadis berponi itu mengucapkan terima kasih banyak karena sudah diberikan tumpangan gratis. Namun, Kianna sama sekali tidak berbasa-basi untuk mengajak Lutfi mampir ke rumahnya. Ia se
Koridor menuju kelas Kianna sudah cukup sepi, meskipun masih ada beberapa orang yang masih berada di kelas, terutama kakak kelasnya. Kianna bergegas kembali ke kelas untuk membereskan alat tulis serta mengambil tas. Dari ambang pintu, Kianna melihat Andara menelungkupkan kepala di atas meja. Suara isak tangis sahabatnya itu terdengar, membuat Kianna segera mendekat.Baru saja Kianna ingin bertanya, Andara sudah lebih dulu memeluknya dengan erat."Kia, maafin aku ya, Ki. Aku janji, gak akan bikin kamu kesel lagi. Aku tahu perbuatan aku salah. Aku minta maaf, Ki. Tolong, maafin aku, Ki." Andara meminta maaf pada Kianna dengan sisa-sisa sesegukan tangisannya.Kianna memberi pelukan balik pada sahabat baiknya itu. "Udahlah, lupain aja ya, Dar. Aku udah maafin kamu kok.""Makasih yah, Ki." Kianna mengangguk dan mengajak Andara untuk segera turun meninggalkan kelas mereka.Langkah kaki Kianna dan Andara melambat ketika mereka hampir mencapai anak tangga