Azil seketika menghentikan pengejarnya, melihat Zoe yang juga berhenti. Ia tak bisa balik arah untuk mengejar perampok yang tak penting.Mendengar pernyataan tadi jelas ada hal tidak baik di depan sana, dari keduanya tidak ada yang tahu. Mereka harus terus berjalan agar cepat sampai.“Kita lanjutkan perjalanan saja dan mencari penginapan,” kata Azil yang memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Karena hari juga sudah siang. Mereka harus segera sampai ke kota atau desa. Karang mereka tidak bisa bermalam di hutan yang penuh bahaya.“Iya, kau benar. Mari kita lanjutkan,” kata Zoe yang setuju untuk melanjutkan perjalanan.Mereka berjalan beriringan dengan pakaian yang tidak tapi lagi, tapi tak dihiraukan karena itu dihutan.Azil melihat peta yang ia bawa, ia memperkirakan seberapa jauh lagi mereka sampai di kota. Agar bisa menyiapkan semua dan tidak kemalaman di hutan.“Masih jauh lagi kah?” tanya Zoe memperhatikan Azil yang masih membaca peta yang ada di tangannya.“Sepertinya begitu, ay
Zoe berjalan melewati puing-puing rumah, kabur yang mulai menyebar membuat penglihatannya terganggu. Desa yang tadi terlihat luas, sekarang mulai samar karena kabut.Suasana semakin sunyi, udara mulai dingin. Perubahan yang tiba-tiba membuat Zoe tak nyaman. Ia melihat ke arah Azil yang sepertinya sedang kedinginan, sambil menahan luka di tangannya.“Kita menginap saja di sini,” ucap Azil pelan yang sepertinya tidak ingin melanjutkan perjalanan. Padahal suasana di Sana tidaklah menyenangkan. Bagaimana bisa Azil meminta berhenti.Zoe tak langsung menjawab, ia melihat sekelilingnya yang benar-benar tidak stabil. Ada suasana yang membuatnya tak nyaman dan ingin segera pergi dari sana.“Apa kau yakin?” tanya Zoe pada Azil memastikan lagi pilihannya. Karena tampar itu benar-benar tidak baik.Zoe terbiasa tidur di sembarang tempat. Tapi ia jelas merasa tak nyaman saat melihat kabut dan suasana dingin di sana. Ia rasa ada hal aneh yang mungkin tidak dirasakan oleh Azil.“Iya dari pada tidur d
Zoe merasa terancam melihat ada orang lain di sana, untuk memastikan jika itu bukan hal yang berbahaya Ia mendekat. Sayangnya ia tak menemukan apa-apa.“Kau berlarian seperti ada hal penting saja,” ucap Azil mulai kesal, ia ingin segera istirahat. Tapi melihat Zoe sepertinya belum mau duduk diam.Jadi Azil dengan terpaksa mengikuti Zoe yang masih belum menemukan, tempat nyaman untuknya.“Bukan begitu aku curiga. Kalau ada seseorang di sekitar kita, apa kau tak merasakannya?” Zoe yang benar-benar merasa jika ada banyak orang di sana dan jelas ingin tahu kenapa desa itu bisa hancur.Sayang Azil tak peduli dengan itu karena rasa lelahnya dan ia ingin segera istirahat. Jadi jelas ia tak menghiraukan apapun di sana.“Aku lelah cepat berhenti berhalusinasi dan istirahat lah,” ucap Azil yang tak peduli, ia ingin istirahat.Tapi berbeda dengan Zoe yang merasakan firasat buruk, suasana semakin berkabut. Malam jadi cepat, ia yang duduk di samping Azil tak tenang.Zoe terus berjaga dalam gelap,
Belum sempat rasa kaget mereka hilang, tiba-tiba dua orang penjaga datang dihadapan Zoe dan Azil yang masih belum beranjak dari tempat.Kehadiran dua pernah penjaga diluar dugaan, yang mana hal itu semakin membuat Zoe dan Azil makin bingung.“Selamat datang di desa kabu. Kami menyambut kalian,” kata Penjaga itu membuat Zoe menatap Azil.Azil belik menatap Zoe dengan bingung. Keduanya tak ada yang menjawab malah saling tatap-tatapan. Mencoba memahami apa yang sedang terjadi.“Mari,” kata Penjaga mencoba untuk mempersiapkan Zoe dan Azil yang sepertinya masih belum sadar.“Tunggu, desa yang hancur tadi dimana?” tanya Zoe yang jelas masih tak paham dengan kejadian yang tiba-tiba. Karena desa yang sebelumnya hancur tak lagi terlihat. Kabut tebal pun sudah tak ada.Terpampang jelas di depan matanya sebuah desa yang rapi dan megah dengan nyala lampu yang tertata, benar-benar pemandangan yang bertolak belakang. “Iya, kalian tak sedang menipun kan?” tanya Azil yang tak percaya, ia juga tak me
Mendengar kecurigaan Azil, membuat Zoe sendiri juga merasa waspada. Ia sendiri tidak banyak pengalaman.Zoe menatap Azil yang masih berpikir keras memikirkan kebaikan Darso, sebagai kepala desa kabut. Dengan sambutan yang tiba-tiba setelah melewati solusi yang mengerikan, dan Bahkan mereka hampir saja terbawa suasana dan ingin menginap di sana.Tapi karena racun yang ada di kekuatan ilusi tersebut membuat tangan hasil bereaksi dan begitu sakit. Hingga akhirnya mereka melanjutkan perjalanan dan menemukan Desa Kabut.Suasana malam yang sepi hanya jangkrik dan binatang malam lainnya yang bersuara. Zoe terdiam cukup lama. Tapi, ia tak merasa khawatir.Apalagi setelah penjelasan yang disampaikan oleh Darso, membuat Zoe cukup paham jika penghalang ilusi yang dibuat cukup kuat.“Benarkah demikian, kau yang lebih berpengalaman,” ucap Zoe yang jelas tidak merasa terancam. Ia malah lebih senang mendapatkan bantuan dan bisa tidur ditempat yang lebih nyaman.“Menurutmu bagaimana, kebaikan ini tul
Zoe langsung bangkit dan mengeluarkan pedangnya. Begitu juga Azil yang langsung bersiap dengan pedangnya. Dua belah pedang tepat di leher pelayan yang saat itu kaget. Seketika pelayanan itu kejut tak bisa bergerak.Melihat hanya seorang pelayan yang datang, membuat Azil langsung memasukkan kembali pedangnya. Begitu juga dengan Zoe.“Maaf, aku kira musuh,” ucap Zoe yang langsung meminta maaf karena tak tahu jika hanya pelayan yang masuk ke kamar mereka.Azil juga kaget dengan kedatangan pelayan yang tiba-tiba masuk ke kamar. Ia tak mau minta maaf sama sekali karena tahu apa yang dilakukan oleh pelayan itu salah. Jadi hasilnya menatapnya dengan tatapan kesal. Apalagi dia yang baru saja bangun tidur tentunya hal itu membuatnya menahan marah.“Aku hanya ingin mengantarkan sarapan, kata tuan tidak boleh mengganggu kalian yang sedang istirahat. Jadi aku masuk diam-diam,” ucap Pelayan yang menjelaskan kedatangannya.Setelah itu pelayan yang lain langsung masuk bergantian membawa nampan mak
Zoe mantap tajam Azil yang menyerangnya barusan, i tak menyangka jika Azil melemparkan pedang ke arahnya.“Apa yang kau lakukan?” Tanya Zoe dengan kesal atas ulah Azil yang membuat dia pun tidak jadi sarapan. Zoe tidak tahu jika Azil akan datang sebegitu cepat dan melemparkan pedangnya titik Padahal tadi dia bilang ingin mandi.“Jangan di makan dulu, itu bisa saja beracun.” Azil yang mengeluarkan jarum perak mencoba mengecek makanan itu.Zoe mengangkat alisnya sebelah, rasa kesal sempat hiinggap. Tapi seketika hilang setelah memahami Azil yang perhatian pada dirinya, meskipun cara yang digunakan salah.“Kenapa tidak bilang dari tadi,” ucap Zoe yang tidak jadi makan selama yang dilakukan oleh Azil. Jelas kali bagian miliknya pun jatuh terbuang sia-sia hanya ada satu bagian lagi yang masih belum tersentuh yaitu milik Azil.Jadi melihat itu Zoe merasa sayang pada nasi yang dibuang. Padahal hidangan senikmat itu untuk sarapan pagi belum sempat dia mencicipi malah terjadi insiden di luar
Zoe panik seketika melihat Azil batuk darah, ia tak mengira jika temannya akan mengalaminya. Tak ada sebab apapun. Padahal tadinya Azil baik-baik saja.“Kau kenapa?” tanya Zoe yang panik melihat apa yang terjadi. Ia tak menyangka jika Azil mengalami hal buruk. Padahal Zoe yang tak ada racun dalam makanannya. Bagaimana bisa Azil muntah darah. Ia belum tahu penyebabnya pastinya. Ia seperti apa yang terjadi cukup serius.Azil yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba muntah darah, hal itu membuat Zoe benar-benar tidak mengerti karena dari tadi mereka makan makanan yang sama dan bahkan melakukan hal yang sama. Jika bundarso dari Desa asap memberikan Azil racun tentunya Zoe juga ikut terkena racun, tapi nyatanya ia baik-baik saja.“Sebentar, aku akan mengeluarkan racun menggunakan tenaga dalamku,” jawab Azil merasa ada racun di dalam tubuhnya. Ia tidak merasakan apapun saat berada di desa asap, tapi setelah berjalan beberapa langkah Ia baru merasakan reaksi racun yang ada dalam tubuhnya hing