Share

21. Hal Aneh

Author: PengkhayalMalam
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Disamping itu Zoe yang masih baik-baik saja mulai lelah. Ia sudah berjalan cukup jauh bersama Azil.

Melihat Azil yang tak kenal lelah kesana kemari, membuat Zoe mengimbanginya. Ia juga masih dalam tahap pemulihan.

Langkah kaki yang tak lagi cepat, keringat yang bercucuran. Membuat Zoe terduduk lemas di dekat pohon besar.

“Apa kau menyerah?” tanya Azil melihat Zoe duduk diam, bersandar di dekat pohon seakan ia tak mau lagi melanjutkan perjalanan.

Selama perjalan Azil juga merasa aneh, karena ia tak bisa merasakan tenaga dalam milik Zoe. Padahal Zoe seorang pendekar pedang, harusnya memiliki kekuatan hebat.

“Tidak, aku hanya lelah. Kita istirahat sebentar,” jawab Zoe yang ingin istirahat karena perjalanan jauh, ia benar-benar lelah.

Jadi jelas Zoe memilih untuk istirahat, daripada memaksakan diri yang akan membuatnya pingsan kehabisan tenaga.

“Kenapa staminamu lemah, bukannya kau pendekar?” tanya Azil yang merasa heran melihat Zoe sudah kelelahan, sedangkan dirinya belum. Meski ia juga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    22. Serangan Dadakan

    Suasana begitu tegang, Zoe mundur beberapa langkah, ia melihat situasi yang tidak baik, dua lawan sepuluh bukanlah hal yang mudah.“Mau apa kalian?” tanya Zoe melihat ia sudah dikepung. Tak ada dari mereka yang ia kenal.Kondisi diluar dugaan yang tidak menguntungkan. Membuat Zoe berusaha untuk tetap waspada. Ia mengulur waktu sambil bertanya. Serangan mendadak membuat Zoe tak tahu apa yang harus ia lakukan, ia belum menyusun rencana. “Hahahaha…., masih saja kau bertanya. Serahkan harta kalian,” acam rombongan perampok yang terlihat geram. Mereka langsung menyerang.“Kau ke kanan!” Teriak Azil yang mengatur perlawanan. Rombongan yang begitu banyak akan mempersulit mereka. Jadi Azil berniat membagi dua rombongan. Dengan Zoe yang ke Kanan dan Azil ke kiri.Sayang Zoe bingung karena panik, ia yang seharusnya kekanan malah ke kiri. Jadi mereka sama-sama terkepung dan mencoba melawan.“Kenapa kau kemari?” tanya Azil lagi yang merasa kesal karena Zoe mengacaukan rencana.“Aku kaget menden

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    23. Serangan Brutal

    Melihat itu Zoe sadar jika ia tak bisa terus menghindar. Ia merasa kesal dengan apa yang terjadi di hadapannya. “Apa kau tak apa-apa?” tanya Zoe yang mendekati Azil. Darah keluar membasahi baju. Karena serangan tadi membuat Zoe hilang fokus.Mata Zoe tak bisa berpaling. Ia tak jika terjadi sesuatu pada Azil. Ia mencoba memastikan jika temannya itu baik-baik saja. “Aku bukan anak kecil, fokus dan bunuh mereka,” kesal Azil yang menyuruh Zoe untuk lebih serius. Goresan pedang membuat Azil terluka bukan jadi masalah besar baginya. Ia sering sekali melakukan perjalanan dan bahkan bertarung. Azil yang bangkit setelah mengikat tangannya untuk menghentikan darah yang keluar. Membuat Zoe lega, ia tahu jika Azil baik-baik saja.“Kau istirahat saja,” ucap Zoe yang maju sendirian ingin melawan musuh. Dengan pedangnya, Ia segera bangkit.Azil mengangguk dan segera duduk kembali, ia hanya perlu istirahat. Jadi sebenarnya ia masih bisa bertarung. Tapi melihat Zoe yang semangat membuatnya lega dan

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    24. Mencari Tempat Istirahat

    Azil seketika menghentikan pengejarnya, melihat Zoe yang juga berhenti. Ia tak bisa balik arah untuk mengejar perampok yang tak penting.Mendengar pernyataan tadi jelas ada hal tidak baik di depan sana, dari keduanya tidak ada yang tahu. Mereka harus terus berjalan agar cepat sampai.“Kita lanjutkan perjalanan saja dan mencari penginapan,” kata Azil yang memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Karena hari juga sudah siang. Mereka harus segera sampai ke kota atau desa. Karang mereka tidak bisa bermalam di hutan yang penuh bahaya.“Iya, kau benar. Mari kita lanjutkan,” kata Zoe yang setuju untuk melanjutkan perjalanan.Mereka berjalan beriringan dengan pakaian yang tidak tapi lagi, tapi tak dihiraukan karena itu dihutan.Azil melihat peta yang ia bawa, ia memperkirakan seberapa jauh lagi mereka sampai di kota. Agar bisa menyiapkan semua dan tidak kemalaman di hutan.“Masih jauh lagi kah?” tanya Zoe memperhatikan Azil yang masih membaca peta yang ada di tangannya.“Sepertinya begitu, ay

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    24. Orang Tak Dikenal

    Zoe berjalan melewati puing-puing rumah, kabur yang mulai menyebar membuat penglihatannya terganggu. Desa yang tadi terlihat luas, sekarang mulai samar karena kabut.Suasana semakin sunyi, udara mulai dingin. Perubahan yang tiba-tiba membuat Zoe tak nyaman. Ia melihat ke arah Azil yang sepertinya sedang kedinginan, sambil menahan luka di tangannya.“Kita menginap saja di sini,” ucap Azil pelan yang sepertinya tidak ingin melanjutkan perjalanan. Padahal suasana di Sana tidaklah menyenangkan. Bagaimana bisa Azil meminta berhenti.Zoe tak langsung menjawab, ia melihat sekelilingnya yang benar-benar tidak stabil. Ada suasana yang membuatnya tak nyaman dan ingin segera pergi dari sana.“Apa kau yakin?” tanya Zoe pada Azil memastikan lagi pilihannya. Karena tampar itu benar-benar tidak baik.Zoe terbiasa tidur di sembarang tempat. Tapi ia jelas merasa tak nyaman saat melihat kabut dan suasana dingin di sana. Ia rasa ada hal aneh yang mungkin tidak dirasakan oleh Azil.“Iya dari pada tidur d

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    25. Sebuah Desa

    Zoe merasa terancam melihat ada orang lain di sana, untuk memastikan jika itu bukan hal yang berbahaya Ia mendekat. Sayangnya ia tak menemukan apa-apa.“Kau berlarian seperti ada hal penting saja,” ucap Azil mulai kesal, ia ingin segera istirahat. Tapi melihat Zoe sepertinya belum mau duduk diam.Jadi Azil dengan terpaksa mengikuti Zoe yang masih belum menemukan, tempat nyaman untuknya.“Bukan begitu aku curiga. Kalau ada seseorang di sekitar kita, apa kau tak merasakannya?” Zoe yang benar-benar merasa jika ada banyak orang di sana dan jelas ingin tahu kenapa desa itu bisa hancur.Sayang Azil tak peduli dengan itu karena rasa lelahnya dan ia ingin segera istirahat. Jadi jelas ia tak menghiraukan apapun di sana.“Aku lelah cepat berhenti berhalusinasi dan istirahat lah,” ucap Azil yang tak peduli, ia ingin istirahat.Tapi berbeda dengan Zoe yang merasakan firasat buruk, suasana semakin berkabut. Malam jadi cepat, ia yang duduk di samping Azil tak tenang.Zoe terus berjaga dalam gelap,

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    26. Desa Ilusi

    Belum sempat rasa kaget mereka hilang, tiba-tiba dua orang penjaga datang dihadapan Zoe dan Azil yang masih belum beranjak dari tempat.Kehadiran dua pernah penjaga diluar dugaan, yang mana hal itu semakin membuat Zoe dan Azil makin bingung.“Selamat datang di desa kabu. Kami menyambut kalian,” kata Penjaga itu membuat Zoe menatap Azil.Azil belik menatap Zoe dengan bingung. Keduanya tak ada yang menjawab malah saling tatap-tatapan. Mencoba memahami apa yang sedang terjadi.“Mari,” kata Penjaga mencoba untuk mempersiapkan Zoe dan Azil yang sepertinya masih belum sadar.“Tunggu, desa yang hancur tadi dimana?” tanya Zoe yang jelas masih tak paham dengan kejadian yang tiba-tiba. Karena desa yang sebelumnya hancur tak lagi terlihat. Kabut tebal pun sudah tak ada.Terpampang jelas di depan matanya sebuah desa yang rapi dan megah dengan nyala lampu yang tertata, benar-benar pemandangan yang bertolak belakang. “Iya, kalian tak sedang menipun kan?” tanya Azil yang tak percaya, ia juga tak me

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    27. Gantian Berjaga

    Mendengar kecurigaan Azil, membuat Zoe sendiri juga merasa waspada. Ia sendiri tidak banyak pengalaman.Zoe menatap Azil yang masih berpikir keras memikirkan kebaikan Darso, sebagai kepala desa kabut. Dengan sambutan yang tiba-tiba setelah melewati solusi yang mengerikan, dan Bahkan mereka hampir saja terbawa suasana dan ingin menginap di sana.Tapi karena racun yang ada di kekuatan ilusi tersebut membuat tangan hasil bereaksi dan begitu sakit. Hingga akhirnya mereka melanjutkan perjalanan dan menemukan Desa Kabut.Suasana malam yang sepi hanya jangkrik dan binatang malam lainnya yang bersuara. Zoe terdiam cukup lama. Tapi, ia tak merasa khawatir.Apalagi setelah penjelasan yang disampaikan oleh Darso, membuat Zoe cukup paham jika penghalang ilusi yang dibuat cukup kuat.“Benarkah demikian, kau yang lebih berpengalaman,” ucap Zoe yang jelas tidak merasa terancam. Ia malah lebih senang mendapatkan bantuan dan bisa tidur ditempat yang lebih nyaman.“Menurutmu bagaimana, kebaikan ini tul

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    29. Sarapan Pagi

    Zoe langsung bangkit dan mengeluarkan pedangnya. Begitu juga Azil yang langsung bersiap dengan pedangnya. Dua belah pedang tepat di leher pelayan yang saat itu kaget. Seketika pelayanan itu kejut tak bisa bergerak.Melihat hanya seorang pelayan yang datang, membuat Azil langsung memasukkan kembali pedangnya. Begitu juga dengan Zoe.“Maaf, aku kira musuh,” ucap Zoe yang langsung meminta maaf karena tak tahu jika hanya pelayan yang masuk ke kamar mereka.Azil juga kaget dengan kedatangan pelayan yang tiba-tiba masuk ke kamar. Ia tak mau minta maaf sama sekali karena tahu apa yang dilakukan oleh pelayan itu salah. Jadi hasilnya menatapnya dengan tatapan kesal. Apalagi dia yang baru saja bangun tidur tentunya hal itu membuatnya menahan marah.“Aku hanya ingin mengantarkan sarapan, kata tuan tidak boleh mengganggu kalian yang sedang istirahat. Jadi aku masuk diam-diam,” ucap Pelayan yang menjelaskan kedatangannya.Setelah itu pelayan yang lain langsung masuk bergantian membawa nampan mak

Latest chapter

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    136. Keberhasilan Zoe memimpin perguruan

    Tahun-tahun berlalu, dan Zoe terus menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa di Perguruan Langit. Di bawah bimbingannya, perguruan itu mengalami banyak perubahan positif dan tumbuh semakin kuat. Keberhasilannya memimpin Perguruan Langit tidak hanya diukur dari kemenangan dalam pertempuran, tetapi juga dari kemajuan dan kedamaian yang dia bawa kepada komunitasnya.Salah satu langkah awal yang Zoe ambil adalah memperbarui kurikulum pelatihan. Dia menggabungkan teknik-teknik baru yang dia pelajari selama misinya dengan tradisi lama yang telah membentuk dasar perguruan. Pendekatannya yang holistik dalam pelatihan—yang mencakup fisik, mental, dan spiritual—meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan para murid. Mereka tidak hanya menjadi pejuang yang kuat, tetapi juga individu yang seimbang dan bijaksana.Zoe juga memperkenalkan program pertukaran dengan perguruan lain. Murid-murid dari Perguruan Langit dikirim untuk belajar di tempat lain, dan sebaliknya, murid dari perguruan lain datang ke P

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    135. Lembah Gelap

    Keesokan harinya, Zoe dan murid-murid Perguruan Langit bersiap untuk berangkat. Mereka mengemas perlengkapan mereka dan mengucapkan selamat tinggal kepada tempat yang telah menjadi rumah dan tempat perlindungan mereka selama ini. Guru Hand dan Guru Liang memimpin kelompok itu, memastikan semua orang siap secara fisik dan mental untuk misi besar ini.Perjalanan mereka membawa mereka melintasi hutan lebat, melewati pegunungan tinggi, dan melalui desa-desa yang dilanda kekhawatiran. Di setiap tempat, Zoe dan yang lainnya mendengar lebih banyak tentang kekuatan gelap yang bangkit, menebarkan ketakutan dan kehancuran. Namun, mereka juga menemukan dukungan dan harapan dari orang-orang yang mempercayai kemampuan mereka untuk mengalahkan ancaman tersebut.Di salah satu desa, mereka bertemu dengan seorang wanita tua bijaksana yang memberikan mereka petunjuk penting. "Di jantung lembah gelap, ada sebuah kuil kuno. Di sana, kalian akan menemukan sumber kekuatan gelap itu. Tapi berhati-hatilah, p

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    134. Sebagai Panutan

    Sebagai panutan, Zoe sering kali mendapati dirinya memberikan bimbingan kepada murid-murid yang lebih muda dan kurang berpengalaman. Dia mengajarkan mereka teknik-teknik bela diri dengan sabar dan penuh perhatian, selalu memastikan bahwa mereka memahami setiap gerakan dan maknanya. Namun, yang lebih penting, Zoe juga mengajarkan nilai-nilai seperti keberanian, ketekunan, dan kejujuran.Satu sore, setelah sesi latihan yang melelahkan, seorang murid muda bernama Kai mendekati Zoe dengan mata penuh rasa ingin tahu. "Zoe, bagaimana kamu bisa begitu kuat dan bijaksana? Apakah ada rahasia tertentu yang kamu miliki?"Zoe tersenyum lembut dan menepuk bahu Kai. "Tidak ada rahasia, Kai. Semua berasal dari kerja keras, kesabaran, dan keinginan untuk terus belajar. Setiap hari adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik dari diri kita yang kemarin."Kai mendengarkan dengan seksama, terinspirasi oleh kata-kata Zoe. "Tapi kadang-kadang, rasanya sulit untuk terus berjuang, terutama ketika kita merasa

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    133. Pertandingan

    Setelah kemenangan melawan aliansi bandit, Zoe memimpin Perguruan Langit dengan semangat baru. Dia menyadari bahwa meskipun mereka berhasil mengatasi ancaman besar, tantangan lain mungkin masih menunggu di masa depan. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk meningkatkan kolaborasi dengan desa-desa sekitar dan memperkuat aliansi mereka.Zoe mengadakan pertemuan besar dengan para pemimpin desa di sekitar wilayah Perguruan Langit. Di pertemuan itu, mereka berdiskusi tentang cara terbaik untuk bekerja sama dalam menjaga keamanan dan kemakmuran wilayah mereka. Para pemimpin desa, terkesan dengan kepemimpinan dan kebijaksanaan Zoe, setuju untuk membentuk jaringan pertahanan dan komunikasi yang lebih kuat.Setelah pertemuan tersebut, Zoe merasa lega dan yakin bahwa wilayah mereka akan lebih aman dengan adanya kerjasama yang erat. Namun, dia juga tahu bahwa pekerjaan mereka belum selesai. Dia dan Lian, bersama dengan para guru dan murid lainnya, terus berlatih dan mempersiapkan diri untuk segal

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    132

    Kehidupan di Perguruan Langit berjalan dengan semangat baru setelah keberhasilan mereka membantu desa. Zoe terus memperkuat ikatan antara para anggota perguruan dan memastikan semua orang mendapat pelatihan dan dukungan yang mereka butuhkan.Suatu hari, saat Zoe sedang berjalan di taman perguruan, dia menemukan Master Jaya duduk di bawah pohon besar, tampak merenung. Zoe mendekati dan duduk di sampingnya."Apa yang sedang Anda pikirkan, Master Jaya?" tanya Zoe dengan lembut.Master Jaya tersenyum tipis. "Aku sedang memikirkan masa depan perguruan ini, Zoe. Kamu telah membawa perubahan yang positif, tetapi kita harus tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan."Zoe mengangguk. "Saya mengerti, Master. Saya ingin memastikan bahwa perguruan ini tetap kuat dan aman."Master Jaya menatap Zoe dengan penuh kebanggaan. "Aku percaya padamu, Zoe. Ada satu hal yang harus kamu ketahui. Ada sebuah kitab kuno yang tersimpan di dalam perpustakaan rahasia perguruan ini. Kitab itu berisi peng

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    131. Kebenaran Terungkap

    Malam hari, saat bintang-bintang bersinar redup di langit, Zoe duduk sendirian di taman perguruan. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan buruk yang bisa terjadi. "Bagaimana jika mereka benar-benar datang?" gumamnya pelan.Di kejauhan, suara langkah kaki mendekat. Zoe menoleh dan melihat sahabatnya, Lian, datang dengan raut wajah serius. "Zoe, kita harus berbicara," kata Lian."Ada apa, Lian? Apa kau juga merasa ada yang aneh belakangan ini?" tanya Zoe dengan nada cemas.Lian mengangguk. "Ya, aku merasakannya juga. Beberapa hari terakhir, aku melihat orang-orang yang mencurigakan di sekitar perguruan. Mereka seperti sedang mengawasi kita."Zoe menghela napas dalam-dalam. "Kita harus waspada. Kita tidak bisa membiarkan mereka mengganggu ketenangan di sini."Lian setuju. "Aku akan berbicara dengan guru dan meminta mereka untuk meningkatkan keamanan. Sementara itu, kita harus tetap bersama dan saling mengawasi."Zoe mengangguk. Mereka berdua tahu bahwa ancaman yang mereka rasakan b

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    130. Penyusupan

    Zoe dan Azil memutuskan untuk tidak hanya mengandalkan informasi dari dalam perguruan. Mereka bertekad untuk menyelidiki lebih jauh tentang ancaman yang telah menyerang Perguruan Langit. Untuk itu, mereka menyamar dan pergi ke tempat-tempat ramai di kota, berharap mendapatkan informasi lebih banyak.Malam itu, Zoe dan Azil mengenakan pakaian sederhana, menyamar sebagai warga biasa. Mereka berjalan menyusuri pasar malam yang penuh dengan pedagang dan pembeli. Cahaya lentera dan suara orang-orang yang bercakap-cakap memenuhi udara, membuat mereka merasa sedikit lebih tenang meskipun waspada."Azil, kita harus mencari informasi tentang siapa yang mengirim para penyerang itu," bisik Zoe.Azil mengangguk. "Aku setuju. Kita harus berhati-hati dan tidak menarik perhatian."Mereka berkeliling pasar, mendengarkan percakapan dan mencoba mencari petunjuk. Di sebuah kedai teh yang ramai, mereka duduk dan memesan minuman sambil mengamati orang-orang di sekitar mereka. Zoe memperhatikan seorang pri

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    129.

    Zoe terus berjuang dengan tekad yang membara. Setiap hari di Perguruan Langit, dia mendorong dirinya lebih keras, berlatih dengan intensitas yang luar biasa. Kehilangan panutan yang sangat dihormatinya hanya memperkuat tekadnya untuk menjadi lebih kuat dan lebih bijaksana.Meskipun rasa kehilangan itu masih terasa menyakitkan, Zoe menemukan cara untuk menghadapinya. Dia mengenang nasihat dan pelajaran yang diterimanya dari panutannya, menjadikan ingatan itu sebagai sumber motivasi. Setiap pukulan, tendangan, dan gerakan dalam latihannya dipenuhi dengan semangat untuk menghormati memori orang yang telah pergi.Zoe melanjutkan latihannya dengan semangat yang tak kenal lelah di Perguruan Langit. Dia mendorong dirinya lebih keras setiap hari, bertekad untuk menjadi pejuang yang kuat dan mandiri. Namun, di balik semangatnya, Zoe menyimpan rasa kehilangan yang mendalam. Beberapa waktu lalu, dia kehilangan seorang panutan yang sangat dia hormati dan sayangi.Meskipun rasa kehilangan itu bera

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    128. Pendekatan Zoe

    Dalam sebuah perguruan bela diri yang dikenal sebagai Perguruan Langit, terdapat seorang pemimpin yang bijaksana bernama Guru Hand. Guru Hand tidak hanya dihormati karena keahliannya dalam bela diri, tetapi juga karena kebijaksanaannya dalam memimpin dan mengajar.Zoe, seorang murid berbakat di perguruan tersebut, tidak menyadari bahwa Guru Hand adalah pamannya sendiri. Selama ini, Zoe mengira bahwa Guru Hand adalah orang lain tanpa ikatan keluarga dengannya. Ketidaktahuan Zoe tentang hubungan keluarga ini menambah dinamika menarik dalam cerita, di mana rahasia dan hubungan yang tersembunyi perlahan terungkap seiring berjalannya waktu.Di sebuah sore yang tenang di Perguruan Langit, Zoe sedang duduk di taman perguruan sambil menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Guru Hand datang menghampiri Zoe dan duduk di sebelahnya. "Kamu terlihat tenang hari ini, Zoe," kata Guru Hand dengan senyum hangat.Zoe membalas senyum tersebut dan berkata, "Ya, Guru Hand. Sore ini sangat indah. Saya h

DMCA.com Protection Status