Share

POISONED LOVE
POISONED LOVE
Penulis: Yani

Arrogant Man

Penulis: Yani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-08 20:24:17

“Lyra, selama dua jam nanti, jangan ada yang menggangu saya.”

Perempuan yang merasa namanya terpanggil, mendongak. Membenarkan letak kaca mata tebalnya dan memandang sang bos yang berdiri menjulang di depannya.

“Baik, Sir,” jawabnya menyanggupi. Memangnya apa lagi yang harus Lyra jawab selain kata iya. Sebagai asisten, Lyra hanya membantu masalah pekerjaan dan memenuhi permintaan sang atasan. Tidak ikut campur dengan masalah pribadi sang atasan apalagi hobi yang terbilang aneh.

“Semua telepon masuk, kamu handle saja. Nanti kamu laporkan setelah saya senggang.”

Tanpa perlu dijelaskan, dia sudah tahu kegiatan apa yang dilakukan bosnya di ruangannya setelah ini. Apalagi barusan seorang wanita cantik baru saja masuk. Entah wanita keberapa dalam minggu ini, setiap hari selalu berganti. Jarinya bahkan tidak mampu menghitung sangking banyaknya.

Brian, seorang eksekutif muda, dengan wajah yang rupawan dan rahangnya yang tegas. Tidak sulit baginya berganti wanita dalam hitungan jam apalagi dengan daya pikatnya yang tinggi. Hampir tiap jam dikelilingi wanita-wanita cantik yang siap melebarkan pahanya dengan suka rela. Bahkan bertekuk lutut hanya untuk menjadi teman ranjangnya semalam. Hanya sampai itu, Brian lumayan keras menjaga batasannya.  Dia tidak suka terikat pada hubungan yang terlalu serius, semuanya hanya selingan untuk menyegarkan otaknya kembali.

Mungkin bila dihitung, dari 1000 wanita, hanya 1 wanita yang di luar kriterianya. Lyra, wanita yang menjadi asistennya sendiri. Wanita di bawah standar tapi memiliki otak yang sangat encer. Apalagi pekerjaannya yang selalu memuaskan membuat Brian mempertahankan wanita itu sampai lima tahun ini.

“Oh, ya. Kamu sudah siapkan kontrak dengan HK?” tanya Brian, saat baru selangkah dia berjalan. Dia baru ingat, nanti malam harus kembali meeting dengan perwakilan dari HK. Pertemuan penting dan lumayan memerlukan banyak persiapan sebelumnya. Bahkan semua karyawan bekerja lebih keras pada kesempatan ini, terutama Lyra.

Lyra mengangguk mantap, mengambil sebuah map cokelat dan tumpukan file yang sudah disusun rapi. “Semua sudah siap, Sir.”

Brian mengangguk puas. Tanpa berkata lagi, dia kembali melanjutkan langkah. Kali ini langkahnya sangat buru-buru. Ada hal mendesak yang harus dituntaskan, apalagi ini berkaitan pada pangkal pahanya yang mengembung.

Dia memang sengaja mengundang wanita ke kantornya. Ada ruangan khusus yang sering digunakannya untuk sekadar melepaskan hasrat yang kadang tidak tahu waktu. Brian pun sudah biasa melakukannya di kantor, apalagi dengan kesibukannya yang hampir memakan waktu.

Lyra hanya memandang kepergian atasannya dengan tatapan datar. Dia tidak pernah ikut campur pada apa pun yang menjadi hobi sang atasan. Pekerjaannya cukup pada berkas, bukan pada kebutuhan seksual Brian yang terlampau tinggi. Sering dia mendengar beberapa karyawan wanita bergosip di kantin atau kamar mandi. Bertanya dengan penasaran seperti apa wanita yang sedang berdekatan dengan pria itu. Lyra hanya menjawab seadanya, apalagi Brian bukan orang yang suka bermain dengan bawahannya sendiri. Pria itu selalu membawa orang luar.

Selagi menunggu kegiatan sang atasan selesai, Lyra memutuskan berselancar di mesin pencarian. Mulai mempelajari harga saham dan berita ekonomi yang setiap detiknya terus terupdate.

-oOo-

Fuck, lebih dalam!”

“Shhh ….”

“Oh, come on, Baby!”

Brian semakin terangsang mendengar kata-kata kasar yang sejak tadi wanita itu desahkan. Dia makin melesakkan miliknya makin dalam, hampir menyentuh dinding rahim wanita di bawahnya. Peluhnya mengucur deras, napasnya memburu, semakin mengejar sesuatu yang terasa akan segera sampai.

Brian makin bergerak cepat, hampir tidak terkendali. Sampai sesuatu yang terasa akan meledak, dia segera mengeluarkan miliknya. Mengurutnya cepat sampai cairan panas itu keluar dan menyembur di atas perut wanita yang sudah tergeletak pasrah.

Raut kepuasan tercetak di wajah keduanya. Wanita yang terbaring lemah itu melihat semuanya dengan decakan puas, mengagumi milik Brian yang tak pernah mengecewakan.

“Padahal aku tidak sedang masa subur. Kenapa kamu tidak mengeluarkannya di dalam?” tanya Donna, wanita yang pada hari ini menjadi teman ranjangnya.

Donna, seorang model papan atas yang selalu mengisi laman majalah dewasa. Tanpa dijelaskan, Brian sudah dapat menebak banyak lelaki yang menikmati wanita ini. Apalagi dia bisa merasakan milik wanita itu yang tidak lagi rapat.

Mendengar pertanyaan tadi, Brian hanya mampu mengedikkan bahunya pelan. “Hanya ingin di luar,” jawab Brian sekenanya.

Brian bangkit, memungut kembali pakaiannya yang tercecer di lantai. Tanpa melihat lagi pada Donna yang masih terbaring di atas ranjang dalam keadaan telanjang bulat. Bahkan selimut tidak berfungsi sebagaimana kegunaannya. Wanita itu seakan dengan sengaja mempertontonkan kemolekan badannya yang bugil.

“Tidak mau lanjut?” tanya Donna, memandang Brian dengan lekat dan menggoda. Bisa merasakan milik Brian adalah sebuah kebanggaan baginya. Apalagi di kalangan model, lelaki itu cukup terkenal dan mendapat julukan hot man. Semua temannya berlomba mendapatkan Brian dalam genggaman, bukan hanya menjadi teman tidur. Bila bisa, menjadi pasangan hidup Brian yang jelas akan menguntungkan mereka. Kedudukan pria itu lumayan tinggi dan pasti bisa menjamin kehidupan pasangannya juga.  

“Tidak. Aku masih ada rapat setelah ini.” Brian melihat arlojinya, terdengar dengusan pelan. Kali ini dia tidak terlalu bernafsu. Entah karena Donna kurang menggairahkan, atau memang karena pikirannya sedang terbebani pada meeting-nya sebentar lagi. Dua-duanya membuat birahinya tak seperti biasa.

“Kamu cepat berpakaian dan keluar!” usir Brian secara terang-terangan.

Donna mendelik, tak suka dengan sikap Brian yang tak berperasaan. “Kamu ngusir aku?” tanyanya dengan bibir yang terbuka lebar. Baru beberapa menit yang lalu sikapnya hangat, sekarang pria itu kembali menjadi dingin dan tak berperasaan.

“Aku hanya menyuruh kamu berpakaian dan keluar.”

“Sama saja!” sentak Donna kesal. Dia berdiri, menghampiri Brian yang sudah kembali rapi dengan pakaiannya.

Tanpa mempedulikan ketelanjangannya, Donna berdiri berhadapan dengan Brian. Tangannya terulur, menyentuh dada pria itu, menggambar sesuatu secara abstrak. “Aku selalu siap saat kamu sedang jenuh,” katanya, diakhir dengan kerlingan menggoda.

Brian menyingkirkan tangan Donna, mundur selangkah untuk memperbesar jarak di antara mereka. Wajahnya datar, memandang wanita itu dengan asing.

“Kita bicarakan lain waktu,” katanya asal.

Donna tersenyum miring. Dia mengangguk, akhirnya mau memakai baju sebelum disuruh dua kali. Dia tahu Brian adalah orang yang tidak suka dibantah. Apa pun yang disuruh, harus selalu dituruti. Donna tidak keberatan, selama bisa membuat pria itu menjadi miliknya.

Setelah beberapa saat basa-basi, Donna keluar dari ruangan yang menjadi tempatnya bercinta barusan. Penampilannya sudah kembali rapi, berjalan dengan dagu terangkat tinggi.

Gayanya yang angkuh menjadi ciri khas sendiri. Dia selalu merasa paling segalanya, orang-orang hanya serpihan kecil yang tidak ada harganya. Keluar dari ruangan, Donna melirik ke meja asisten, di sana Lyra masih berkutat dengan komputernya. Tampak sangat sibuk hingga tak menyadari keberadaannya.

Donna mendengus, pantas saja orang bilang asisten Brian tidak akan menjadi ancaman, penampilannya bahkan di bawah standar. Kaca mata tebal, wajah pas-pasan, dan seragam longgar seperti wanita hamil. Tidak ada yang menarik, Donna pun tidak perlu merasa tersaingi.

Lyra yang merasa diperhatikan, mendongak. Dia menatap Donna yang tak berhenti memperhatikannya. Dia tahu wanita model itu tengah menilai penampilannya, tidak sulit menebak. Lyra selalu hapal pada setiap gerak-gerik dan tatapan orang-orang padanya.

“Ekhem, ada yang bisa saya bantu, Nona?” tanya Lyra, menggunakan bahasa formalnya untuk menegur si model.

Donna tersenyum sinis, mengibaskan tangan seringan kapas. “Tidak ada,” katanya dan melenggang pergi begitu saja.

Sikap menyebalkan yang hanya disambut gelengan kepala oleh Lyra. Dia kembai berkutat pada pekerjaannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • POISONED LOVE   Crazy Idea

    “Tidak salah banyak perusahaan yang bekerja sama dengan Anda.”Brian yang mendengar pujian tersebut tersenyum puas. Sebenarnya sudah sering sekali dia mendengar kalimat senada, tapi tetap saja hatinya tak pernah biasa.Memiliki perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang komunikasi jelas tidak segampang yang dilihat orang. Banyak kerja keras dan juga usaha, naik turun bukan hal baru bagi mereka.Brian memulai semuanya dari titik nol. Memulai dari hal kecil sampai bisa merengkuh banyak negara agar ikut bekerja sama dalam lingkarannya. Bahkan menyeleksi orang-orang yang bernaung dalam atap yang sama, bersinergi untuk mengembangkan perusahan tersebut sampai berhasil di titik ini.“Saya harap kerja sama ini bisa berjalan dengan lancar,” timpal Brian, mengalami salah satu perwakilan dari Hong Kong.Mereka sudah melalui meeting yang cukup panjang, saling memahami visi misi satu sama lain untuk mendapatkan kesamaan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • POISONED LOVE   Dark Night

    Lyra meraup wajahnya yang tampak pucat. Sapuan make up tipis sudah memudar bahkan hilang, meninggalkan sisa wajahnya yang polos. Lipstik nude kesayangannya bahkan ikut menghilang. Maklum, semua produk yang digunakannya hanya make up murahan. Meski gajinya lumayan tinggi sebagai seorang asisten, Lyra tetap tidak bisa bertindak boros. Apalagi masih banyak hutang yang harus segera dilunasinya.Lyra menatap pantulan wajahnya di cermin. Menatap wajah basahnya dengan jejak air yang masih menetes.“Sialan!” rutuknya berkali-kali. Ini karena ulah atasannya. Lyra merasa meriang membayangkan kejadian Brian dengan wanitanya tadi.Ada sesuatu yang asing, mendebarkan dalam hatinya. Melihat secara langsung adegan panas tersebut membuatnya merasa panas dan basah bersamaan. Meski dia selalu menampilkan wajah datar, tetap saja Lyra tidak bisa menampik keras perasaan asing tersebut. Rasa lumrah yang muncul seiring dengan kedewasaannya. Ada r

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10
  • POISONED LOVE   Crazy Boss

    Lyra menatap Brian dengan wajah basahnya, bibirnya bergetar. Namun, dia masih berusaha berdiri, meski kakinya terasa seperti jelly.“Pulang.” Hanya itu yang mampu diucapkannya. Dia tidak mau semakin lama di sini.Brian yang sejak tadi memandangnya, akhirnya mengangguk. Dia mengulurkan tangan, bermaksud mambantu wanita itu. Namun alih-alih menyambut uluran tersebut, Lyra malah melewati sang atasan dengan langkah tertatih. Dia memeluk dirinya sendiri. Bukan saja karena udara malam yang menusuk kulitnya, tapi bayangan kejadian tadi cukup membuat bekas ketakutan tak mau juga hilang.Sebuah mobil berhenti di depan mereka. Lyra masuk lebih dulu ke kursi depan, mendudukkan diri di sana. Dia memejamkan mata, agar tidak ada pertanyaan yang diberikan Brian.Sementara Brian masih belum berhenti dengan rasa penasarannya. Keadaan Lyra lengkap dengan tatapan kesedihan itu berhasil menarik rasa empatinya yang sempat hilang. Dia melihat sisi lain dar

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-11
  • POISONED LOVE   Thans, Sir!

    Hari berikutnya, semua kembali seperti semula. Lyra dengan kesibukan yang tidak pernah selesai dan Brian masih dengan hobinya membawa wanita di sela pekerjaannya. Lyra hanya diam saja, tidak peduli dengan kegiatan pria itu sepeti sebelumnya. Selama Brian tidak menganggu pekerjaannya dengan menyuruh wanita yang datang dan mengaku memiliki anak dari pria itu. Hal biasa, yang sudah diatasi oleh pihak keamanan. Lyra menggeleng, ngeri juga dengan hobi pria itu.“Lyra, nanti malam kamu ikut saya ke London.”Lyra lekas mendongak saat mendengar suara yang sudah akrab dengan telinganya. Dia menatap Brian dengan bingung. “Maaf?”Pria itu sangat panjang umur, pikir Lyra. Baru saja dipikirkan, tahu-tahu sudah muncul di depannya, bahkan dia tidak sadar sejak kapan Brian keluar dari ruangannya.Brian yang sudah berdiri di depan meja Lyra, menatap wanita itu dengan tajam. apa sejak kejadian beberapa hari lalu, fungsi telinga wanita itu bermasalah

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-14
  • POISONED LOVE   Being a Crazy Man

    Brian sesekali menatap sang asisten yang duduk bersebrangan dengannya. Sejak tadi wanita itu memasang aksi bungkam seribu kata. Bahkan wajahnya kembali datar, tidak ada ekspresi apa pun. Mereka tidak terlibat dalam satu obrolan, kecuali masalah jadwal di London nanti.Brian mendengus, sampai kapan dia akan terus memperhatikan eskpresi Lyra. Hanya karena pernah melihat wanita itu bersemu dan menangis dalam satu malam, Brian selalu dibuat penasaran setelahnya. Apalagi gairahnya selalu tersulut pada wanita yang tidak akan ditidurinya.“Sorry, Sir. Apa ada yang bisa saya bantu?”Sebuah suara dari seorang pramugari cantik menyapa gendang telinganya. Brian mengalihkan perhatian, menatap penampilan pramugari tersebut dari atas ke bawah. Dia sedikit tidak asing dengan wajah wanita itu.Dia memberikan senyum miring saat melihat tatapan penuh arti dari sang pramugari. Tanpa diucapkan, dia tahu wanita itu berusaha menggodanya. Apalagi dengan dua

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • POISONED LOVE   I am (not) Jealous

    Lyra bangun dengan tubuhnya yang terasa segar. Rasanya ini pertama kali baginya bisa tidur nyenyak tanpa bayangan pekerjaan kantor yang menghantui setiap saat. Lyra tersenyum, menatap langit-langit kamar, tapi sesaat kemudian dahinya mengerut samar. Lyra seakan tersadar ini bukan kamarnya, terlalu besar dan bersih. Dengan gerakan cepat, Lyra merubah posisinya menjadi duduk. Dia mengucek matanya berkali-kali, memastikan tempatnya saat ini. Iya, ini bukan tempatnya.Dia berusaha menggali ingatannya yang sempat blank sehabis bangun tidur. Hingga ingatannya terakhir kali berhenti di pesawat sebelum take off.“Holly shit! Jangan bilang aku ketiduran?” Lyra menggigit bibir bawahnya dengan gemas. Jika benar dirinya tertidur, jelas ada yang membantunya ke kamar ini. Dalam artian menggendongnya. Lyra makin memaki dirinya sendiri. Jika benar ada yang menggendongnya, maka siapa?Siapapun itu, dia berharap bukan Brian. Sungguh, rasanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • POISONED LOVE   Kissing

    Lyra tak hentinya menatap pergelangan tangannya yang dipegang erat dan punggung pria yang berjalan di depannya dengan kening berkerut. Ribuan tanda tanya bersarang di otaknya. Apalagi dengan keputusan sang atasan yang dinilainya terlalu gegabah, sulit dimengerti.Pasalnya kerja sama ini bernilai besar, terlalu besar hingga sayang sekali dilewatkan. Dan seorang Brian, malah memutuskan semua sepihak dengan enteng padahal keberhasilan tinggal di depan mata. Mereka hanya tinggal tanda tangan dan semua sepakat.Lyra menggeleng, semakin tidak bisa membaca jalan pikiran pria itu. Memang, pria sangat rumit.“Apa pun pertanyaan yang berada di otak kecilmu itu, tidak akan saya jawab,” kata Brian yang sudah berhenti dan berhadapan dengan Lyra. Dia sejak tadi memperhatikan bagaimana kening Lyra yang terus berkerut dan menggangu pemandangannya.Lyra hampir memutar bola matanya, tapi ditahan sekuat tenaga. Sebagai gantinya, dia tersenyum sopan, berusaha tid

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • POISONED LOVE   Just Mine

    Brian memandang jam di pergelangan tangannya. Sudah dua jam dan wanita itu belum juga keluar. Padahal dirinya sendiri tidak butuh waktu lama untuk mempersiapkan diri.“Dia sedang dandan atau tenggelam?” dumelnya dengan nada kesal. Malam ini sesuai dengan tujuan kemari, mereka akan menghadiri sebuah pesta besar relasi bisnisnya. Brian memang tidak pernah melewatkan satupun undangan dari relasinya, karena saat itu dia bisa mengenal orang baru sekaligus membangun koneksi. Di beberapa kesempatan, dia juga mendapatkan teman ranjang. Namun, kali ini sepertinya hasrat untuk melakukan hal terssebut tidak ada sedikit pun.Brian berusaha bersabar, sedikit lagi. Sambil menunggu Lyra keluar, dia menyibukkan diri dengan ponselnya. Menghubungi karyawannya yang bertugas menghadle pekerjaannya selama di London. Meski tidak berada di sana, dia tidak pernah sedetik pun lepas tangan terhadap perkembangan perusahaan dan masalah sekecil apa pun.Sampai lima belas menit k

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-02

Bab terbaru

  • POISONED LOVE   Ending

    Setelah beberapa saat, Brian dan Lyra memutuskan untuk berbicara tentang rencana mereka untuk masa depan. Mereka berdua ingin memiliki hubungan yang serius dan memulai babak baru dalam hidup mereka."Aku ingin kita bisa memiliki rumah sendiri dan hidup bersama," kata Brian dengan nada yang penuh harapan. "Aku ingin kita bisa memiliki anak-anak dan membangun keluarga yang bahagia."Lyra merasa sangat terkejut dan bahagia ketika mendengar kata-kata Brian. Ia menyadari bahwa Brian telah membuat pilihan yang tepat dan bahwa ia siap untuk memiliki hubungan yang serius dengan Brian."Aku juga ingin itu, Brian," kata Lyra dengan nada yang penuh kasih sayang. "Aku ingin kita bisa memiliki rumah sendiri dan hidup bersama. Aku ingin kita bisa memiliki anak-anak dan membangun keluarga yang bahagia."Brian dan Lyra memeluk satu sama lain dengan erat, merasakan kebahagiaan dan kelegaan yang tidak terhingga. Mereka berdua tahu bahwa mereka telah membuat pilihan yang tepat dan bahwa mereka siap untu

  • POISONED LOVE   Memilih

    Brian merasa sangat terharu ketika memikirkan tentang Lyra dan Sophia. Ia menyadari bahwa ia memiliki perasaan yang kuat terhadap kedua wanita tersebut, tapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa memiliki keduanya secara bersamaan.Setelah beberapa hari berpikir, Brian akhirnya membuat keputusan yang sulit. Ia memutuskan untuk memilih Lyra daripada Sophia.Brian merasa bahwa Lyra adalah wanita yang lebih tepat untuknya. Ia menyadari bahwa Lyra memiliki sifat yang baik, cerdas, dan cantik. Ia juga merasa bahwa Lyra memiliki perasaan yang sama terhadapnya.Sementara itu, Brian juga menyadari bahwa Sophia memiliki perasaan yang kuat terhadapnya, tapi ia juga tahu bahwa Sophia memiliki masa lalu yang rumit dan memiliki perasaan yang masih terikat dengan masa lalunya.Brian merasa bahwa ia tidak bisa membiarkan perasaan Sophia terhadapnya menjadi penghalang untuk memiliki hubungan yang serius dengan Lyra. Ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Sophia dan memulai hubungan yang serius

  • POISONED LOVE   Cinta dari Masa Lalu

    Brian dan Lyra telah berkencan selama beberapa bulan dan hubungan mereka semakin dekat. Mereka berdua sangat bahagia dan puas bisa memiliki satu sama lain.Namun, suatu hari, Brian menerima sebuah telepon dari seseorang yang tidak terduga. Seseorang itu adalah mantan pacar Brian, Sophia.Sophia adalah seorang wanita yang sangat cantik dan pintar. Ia memiliki rambut panjang yang berwarna hitam dan mata yang berwarna biru. Ia juga memiliki tubuh yang sangat indah dan langsing.Brian dan Sophia pernah memiliki hubungan yang sangat serius beberapa tahun yang lalu. Namun, mereka berdua memutuskan untuk berpisah karena beberapa alasan.Brian tidak pernah melupakan Sophia dan masih memiliki perasaan yang sangat kuat terhadapnya. Namun, ia telah berkencan dengan Lyra dan merasa sangat bahagia dengan hubungan mereka.Sophia juga tidak pernah melupakan Brian dan masih memiliki perasaan yang sangat kuat terhadapnya. Ia telah mendengar bahwa Brian telah berkencan dengan Lyra dan ingin tahu apa ya

  • POISONED LOVE   SWEET MOMENT

    Brian dan Lyra duduk di atas pantai yang indah, menikmati matahari terbenam yang memancarkan cahaya keemasan di langit. Mereka berdua telah berhasil menghentikan rencana ayah tiri Lyra dan menyelamatkan perusahaan.Brian memandang Lyra dengan mata yang penuh kasih sayang. "Aku sangat bangga denganmu, Lyra," katanya dengan nada yang berani. "Kamu sangat kuat dan berani."Lyra tersenyum dan memandang Brian dengan mata yang penuh cinta. "Aku juga bangga denganmu, Brian," katanya dengan nada yang berani. "Kamu sangat pintar dan berani."Brian mengambil tangan Lyra dan memegangnya dengan erat. "Aku sangat bahagia bisa bersama denganmu, Lyra," katanya dengan nada yang penuh kasih sayang.Lyra memandang Brian dengan mata yang penuh cinta. "Aku juga sangat bahagia bisa bersama denganmu, Brian," katanya dengan nada yang penuh kasih sayang.Mereka berdua kemudian berpelukan dan menikmati matahari terbenam yang memancarkan cahaya keemasan di langit. Mereka berdua merasa sangat bahagia dan puas b

  • POISONED LOVE   Teror, Lagi

    Mereka bertiga memutuskan untuk memanggil polisi dan memberitahu mereka tentang mobil yang tidak dikenal tersebut. Mereka memberikan informasi tentang mobil tersebut dan meminta polisi untuk membantu mereka.Polisi meminta mereka untuk berhati-hati dan tidak melakukan apa-apa yang dapat memicu ancaman tersebut. Mereka juga meminta mereka untuk memantau mobil tersebut dan memberitahu mereka jika ada perubahan.Mereka bertiga merasa lega karena polisi telah memutuskan untuk membantu mereka. Mereka juga merasa bahwa mereka telah melakukan hal yang benar dengan melaporkan ancaman tersebut kepada polisi.Namun, ketika mereka sedang memantau mobil tersebut, mereka melihat bahwa mobil tersebut telah bergerak dan menuju ke arah rumah Lyra. Mereka merasa khawatir dan tidak percaya."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Lyra dengan khawatir."Aku tidak tahu," jawab Brian. "Tapi kita harus berhati-hati.""Aku setuju," kata Liam. "Kita harus memanggil polisi dan memberitahu mereka tentang mobil ya

  • POISONED LOVE   Dalang 2

    Mereka bertiga terkejut dan tidak percaya ketika mereka menemukan bahwa ada seseorang lain yang terlibat dalam rencana Alex. Mereka tidak tahu siapa orang itu dan apa motifnya."Siapa orang itu?" tanya Brian dengan penasaran."Aku tidak tahu," jawab Lyra. "Tapi kita harus mencari tahu."Mereka bertiga memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mencari tahu siapa orang itu dan apa motifnya. Mereka mulai mencari informasi dan melakukan wawancara dengan beberapa orang yang mungkin terlibat dalam rencana Alex.Setelah beberapa hari melakukan penyelidikan, mereka bertiga akhirnya menemukan jawaban. Mereka menemukan bahwa orang itu adalah none lain dari CEO perusahaan mereka sendiri, Mr. Johnson.Mereka bertiga terkejut dan tidak percaya ketika mereka menemukan bahwa Mr. Johnson terlibat dalam rencana Alex. Mereka tidak tahu apa motifnya dan mengapa Mr. Johnson ingin menghancurkan perusahaan mereka."Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Lyra dengan khawatir."Aku tid

  • POISONED LOVE   Dalang

    Brian, Lyra, dan Liam semakin khawatir dan ingin mengetahui siapa yang menulis surat itu. Mereka memutuskan untuk terus menyelidiki dan mencari tahu siapa yang menulis surat itu.Tiba-tiba, Lyra memiliki ide. "Aku tahu siapa yang mungkin menulis surat itu," kata Lyra dengan yakin."Siapa?" tanya Brian dan Liam dengan penasaran."Aku akan memberitahu kalian," jawab Lyra dengan senyum. "Tapi kalian harus berjanji untuk tidak marah."Brian dan Liam saling memandang dan berjanji untuk tidak marah. Mereka ingin mengetahui siapa yang menulis surat itu dan apa yang terjadi."Aku siap," kata Brian dengan serius."Aku juga siap," kata Liam dengan penasaran.Lyra mengambil napas dalam-dalam dan mulai menceritakan apa yang ia ketahui."Aku pikir yang menulis surat itu adalah seseorang yang telah kita kenal sebelumnya," kata Lyra dengan hati-hati. "Seseorang yang telah kita anggap sebagai teman, tapi ternyata memiliki niat yang tidak baik."Brian dan Liam saling memandang dengan penasaran. "Siapa

  • POISONED LOVE   Ulang Tahun Lyra

    Beberapa bulan kemudian, Lyra, Brian, dan Liam telah menjadi teman yang sangat dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik di kantor maupun di luar kantor.Suatu hari, Brian memutuskan untuk mengajak Lyra dan Liam ke sebuah restoran mewah untuk merayakan ulang tahun Lyra. Ia ingin membuat Lyra merasa spesial dan dihargai.Lyra terkejut dan merasa senang dengan ajakan Brian. Ia tidak pernah berpikir bahwa Brian akan mengajaknya ke sebuah restoran mewah untuk merayakan ulang tahunnya."Aku senang sekali, Brian," kata Lyra dengan senyum. "Aku tidak pernah berpikir bahwa kamu akan mengajakku ke sebuah restoran mewah untuk merayakan ulang tahunku."Brian memandang Lyra dengan senyum. "Aku ingin membuatmu merasa spesial, Lyra," kata Brian. "Aku ingin membuatmu merasa dihargai."Liam, yang telah mendengar percakapan mereka, memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Ia ingin merayakan ulang tahun Lyra bersama mereka."Aku ingin bergabung dengan kalian," kata Liam dengan senyum. "Aku

  • POISONED LOVE   Liam Jatuh Cinta

    Liam, yang tidak menyadari bahwa Brian telah berbicara dengan Lyra tentang niatnya, terus berusaha untuk mendekati Lyra. Ia mengajak Lyra ke sebuah acara perusahaan dan berusaha untuk membuatnya merasa nyaman.Lyra, yang telah berhati-hati setelah berbicara dengan Brian, merasa tidak nyaman dengan perhatian Liam. Ia berusaha untuk menjaga jarak dengan Liam dan tidak ingin membuat Brian merasa cemburu.Namun, Liam tidak menyadari bahwa Lyra telah berhati-hati dan terus berusaha untuk mendekatinya. Ia membuat Lyra merasa tidak nyaman dan Lyra mulai merasa bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk menghentikan Liam.Lyra memutuskan untuk berbicara dengan Liam dan membuatnya menyadari bahwa ia tidak memiliki perasaan terhadapnya. Ia ingin membuat Liam menyadari bahwa ia hanya ingin menjadi teman dan tidak ingin memiliki hubungan yang lebih dalam."Liam, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu," kata Lyra dengan serius. "Aku tahu bahwa kamu memiliki perasaan terhadapku, tapi aku ingin me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status