Share

Kissing

Penulis: Yani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-30 21:57:54

Lyra tak hentinya menatap pergelangan tangannya yang dipegang erat dan punggung pria yang berjalan di depannya dengan kening berkerut. Ribuan tanda tanya bersarang di otaknya. Apalagi dengan keputusan sang atasan yang dinilainya terlalu gegabah, sulit dimengerti.

Pasalnya kerja sama ini bernilai besar, terlalu besar hingga sayang sekali dilewatkan. Dan seorang Brian, malah memutuskan semua sepihak dengan enteng padahal keberhasilan tinggal di depan mata. Mereka hanya tinggal tanda tangan dan semua sepakat.

Lyra menggeleng, semakin tidak bisa membaca jalan pikiran pria itu. Memang, pria sangat rumit.

“Apa pun pertanyaan yang berada di otak kecilmu itu, tidak akan saya jawab,” kata Brian yang sudah berhenti dan berhadapan dengan Lyra. Dia sejak tadi memperhatikan bagaimana kening Lyra yang terus berkerut dan menggangu pemandangannya.

Lyra hampir memutar bola matanya, tapi ditahan sekuat tenaga. Sebagai gantinya, dia tersenyum sopan, berusaha tidak terpengaruh dengan semua keputusan pria tersebut.

“Tidak ada yang mau saya tanyakan.”

Brian menarik sebelah alisnya ke atas, sangsi dengan ucapan sang asisten. “Kamu tidak penasaran dengan sikap saya di dalam tadi?”

Lyra memberikan senyum seraya menggeleng pelan. “Anda sudah melarang saya bertanya. Artinya saya tidak perlu penasaran berlebihan,” katanya dengan santai.

Brian hampir mengumpat pelan. Dia memandang tajam wanita yang selalu bersikap tenang tersebut. Sikap tenang yang malah membuat dirinya gusar. Brian tidak suka ketenangan Lyra, yang membuat wanita itu berbeda di matanya.

“Sir?”

“Apa?” sentak Brian yang tidak dalam mood yang baik.

Lyra meringis dalam hati. Sepertinya saat ini dia memang harus banyak diam, ketimbang kena semprot terus. Namun, untuk satu ini Lyra harus bicara. Dia mulai risih juga terlalu lama dalam keadaan ini.

“Tangan saya, Sir. Kapan dilepas?” tanyanya, mengangkat tangan yang masih dicekal pria itu dengan erat.

Shit!” umpatnya pelan. Dia segera melepaskan cekalannya. Berdehem pelan untuk menghilangkan rasa gugup dan. Bisa-bisanya salah tingkahnya dia lupa melepaskan tangan Lyra. “Sorry.”

Lyra hanya mengangguk, seakan kejadian barusan tidak terlalu penting. “Jadi, kita kembali ke hotel?”

“Ya.”

“Hmm, baiklah.”

Brian kembali memandang Lyra lama, seakan tengah mempertimbangkan sesuatu. “Kamu tidak mau jalan-jalan?”

“Hah?” Lyra memberikan tatapan bertanyanya, seakan tidak yakin dengan ajakan pria tersebut.

“Saya hanya bertanya. Apa kamu tidak mau jalan-jalan?”

“Oh, tidak.”

Lagi, Brian meringis kecil. Kenapa sangat sulit berkata jujur dan mengajak wanita itu jalan-jalan. Padahal niatnya hanya membunuh waktu yang masih panjang.

“Kamu temani saya jalan-jalan. Saya bosan di hotel terus,” katanya tanpa menatap Lyra. Brian langsung melengos dan berjalan lebih dulu dengan langkah cepat. Dalam hati dia tidak berhenti mengutuk Lyra yang tidak peka dan dirinya yang terasa sangat murahan. Baru pertama kali ini dia merasa sangat malu berhadapan dengan wanita.

'Come on, Brian. What are you fucking doing!'

Sementara Lyra di belakangnya hanya mengikuti saja. Dia mengedikkan bahu, tidak ambil pusing dengan mood swing sang atasan. Dugaannya mungkin mood pria itu buruk lantaran tidak menuntaskan hasrat seksualnya. Karena bila diingat, Lyra jarang melihat pria itu make out dengan wanita beberapa hari terakhir. Entahlah, dia tidak mau ambil pusing. Bukan urusannya. Lyra hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan semua urusan di sini dan kembali ke rumahnya. Rasanya lelah menghabiskan waktu terlalu lama dengan sang atasan yang tidak dalam suasana hati baik.

Mereka berjalan-jalan, dalam artian yang sebenarnya. Hanya berjalan kaki, menikmati pemandangan jalanan kota London yang masih hijau. Restoran tadi memang dekat dengan Central Park di mana keadaannya sudah ramai. Beberapa orang hilir mudik di depan mereka. Beberapa pasangan tampak bergandengan, seakan mengolok keadaan mereka yang berjalan berjauhan.

Rumput-rumput yang hijau mengingatkan Lyra pada beberapa film romantis yang ditontonnya Minggu lalu. Sepasang kekasih yang berseda gurau di atas hamparan rumput hijau, hampir seperti padang ilalang.

Tanpa sadar Lyra tersenyum tipis. Dia menunduk, menyembunyikan senyum yang terbit karena hayalannya.

Hal sekecil itu masih bisa tertangkap Brian. Dia menghentikan langkahnya, berbalik agar bisa menatap Lyra yang masih menunduk.

Karena terlalu fokus dengan hayalannya, Lyra tidak sadar Brian sudah berhenti. Dia tetap melangkah sampai membentur sesuatu yang keras.

“Shhh ....”

Lyra meraba keningnya, tatapannya naik dan bertemu dengan wajah dingin sang atasan. Rasanya Lyra ingin tenggelam. Dia kira Brian pasti marah padanya.

Saat Lyra akan mundur untuk menciptakan jarak, pinggangnya malah ditarik paksa oleh Brian. Lyra melotot, spontan kedua tangannya berada di dada pria itu, menahan jarak agar tak terlalu dekat.

Sir?” panggilnya dengan suara pelan

Brian tahu wanita itu tak nyaman dengan kedekatannya. Namun, Brian pun sudah muak dengan rasa penasarannya yang semakin menjadi. Ditatapnya wajah wanita itu dengan intens. Mencari setidaknya satu hal menarik yang bisa menjadi alasan terkuatnya. Namun, menurutnya tidak ada satupun hal yang menarik dari wajah dengan kaca mata bingkai tebal itu. Wajah polos yang bahkan tidak ada polesan make up sedikitpun.

Lyra jelas berbeda dengan wanita yang berada di sekitarnya. Bisa dikatakan, wanita itu jauh dari kriterianya. Namun, hanya Lyra yang sampai ini tidak terpikat padanya. Atau, bisa jadi sebenarnya wanita itu memendam perasaan padanya.

Brian tersenyum miring dengan pikirannya. Dia makin menarik tubuh ramping itu mendekat, menghilangkan sekat yang menggangu.

“Lyra,” panggilnya pelan, sengaja melambat waktu untuk menikmati setiap ekspresi Lyra yang masih terbelalak kaget karena aksinya.

“Sir, jangan seperti ini.” Lyra berusaha melepaskan rengkuhan di pinggangnya. Dia memberontak kecil yang tidak membuahkan hasil apa pun. regkuhan itu terlalu kuat dan dekat. Bahkan dari jarak ini dia bisa mendengar deru napas dan aroma musk pria itu. Ini sudah zona bahaya, pikirnya.

“Sebenarnya aku penasaran, kenapa wanita seperti kamu malah membuatku tertarik,” kata Brian tanpa sadar.

“Hah?” Lyra berhenti memberontak. Dia membalas tatapan Brian dengan kernyitan tak paham.

“Bahkan kamu tidak terlalu cantik, tidak ada yang menarik sedikit pun dari kamu. Tapi, kenapa rasa penasaranku semakin besar saja.”

Lyra tidak paham apakah pria itu sedang memuji atau merendahkannya. Dua-duanya terdengar sama saja di telinganya. Lyra menarik napas panjang, berusaha mencari susunan kata yang sopan. “Jika begitu, jangan pernah penasaran pada saya, Sir. Karena saya pun tidak tertarik pada Anda.”

Kalah telak. Brian merasa ditolak bahkan sebelum mengutarakan sebuah ajakan. Dia tersenyum miring. Baru mengutarakan rasa penasarannya saja, Lyra sudah berani menolaknya. Hal yang sangat melukai egonya.

“Oh, ya? Apa benar kamu tidak tertarik?” tanyanya dengan senyum meremehkan. Menurut Brian, tidak ada yang bisa menampik pesonanya, tak terkecuali wanita di depannya ini. Jika Lyra menampik, maka Brian akan berusaha membuat wanita itu tertekuk lutut sekarang juga.

Lyra mengangguk yakin. Hal yang salah karena saat itu dia langsung merasakan sebuah benda kenyal menyentuh bibirnya. Tidak hanya sampai di situ, bibirnya bahkan dilumat dengan pelan, dengan tubuh yang merekat erat. Lyra melotot, tidak siap dengan serangan tiba-tiba itu.

Bab terkait

  • POISONED LOVE   Just Mine

    Brian memandang jam di pergelangan tangannya. Sudah dua jam dan wanita itu belum juga keluar. Padahal dirinya sendiri tidak butuh waktu lama untuk mempersiapkan diri.“Dia sedang dandan atau tenggelam?” dumelnya dengan nada kesal. Malam ini sesuai dengan tujuan kemari, mereka akan menghadiri sebuah pesta besar relasi bisnisnya. Brian memang tidak pernah melewatkan satupun undangan dari relasinya, karena saat itu dia bisa mengenal orang baru sekaligus membangun koneksi. Di beberapa kesempatan, dia juga mendapatkan teman ranjang. Namun, kali ini sepertinya hasrat untuk melakukan hal terssebut tidak ada sedikit pun.Brian berusaha bersabar, sedikit lagi. Sambil menunggu Lyra keluar, dia menyibukkan diri dengan ponselnya. Menghubungi karyawannya yang bertugas menghadle pekerjaannya selama di London. Meski tidak berada di sana, dia tidak pernah sedetik pun lepas tangan terhadap perkembangan perusahaan dan masalah sekecil apa pun.Sampai lima belas menit k

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-02
  • POISONED LOVE   Something Wrong

    “Sir, maksud Anda tadi apa?”Lyra langsung menutut penjelasan dari sikap Brian selama di pesta tadi. Selama di pest, Brian merangkul pinggangnya dengan posesif, sama sekali tak terlepas walau hanya sedetik. Lyra harus menahan perasaan risihnya mendapatkan tatapan orang-orang padanya.Beberapa wanita memberikan tatapan iri dan penuh penilaian. Mungkin mereka cukup asing dengan wajahnya yang mengalami banyak perubahan. Sedangkan para pria memberikan tatapan mesum yang membuarnya muak. Beruntung Brian memberikan teguran meski secara tidak langsung. Lyra yakin, beberapa hari lagi gossip tentangnya dan Brian akan muncul di majalah gossip. Memang, semua hal tentang pebisnis muda itu sangat menarik khalayak yang haus berita.“Sir?”“Apa?” Brian membalikkan tubuhnya hingga bisa berhadapan dengan Lyra. Alisnya sedikit terangkat memperhatikan wajah Lyra yang tampa kesal. “Wajahmu jelek sekali.”Lyra hampir mend

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-18
  • POISONED LOVE   What's Wrong With You, Lyra?

    Brian mengernyit bingung dengan sikap Lyra yang tampak murung. Bahkan berkali-kali perempuan itu tampak tak fokus di ruang rapat tadi. Tatapannya selalu kosong, ditegur sekali hanya mengangguk pelan dan kembali melanjutkan kesalahan yang sama. Kali ini Brian tidak tinggal diam. Dia terusik dnegan ekspresi perempuan itu. Sabarnya yang tipis, hilang sejak beberapa menit yang lalu. Konsentrasinya ikut buyar dengan penasarannya yang makin besar.“Kita lanjutkan di rapat selanjutnya.” Brian menutup rapat dengan tatapan dingin yang membuat para karyawan tak dapat membantah. Memang siapa yang berani membantah seorang atasan sepertinya? Meski terkenal diktator, tapi Brian selalu menghargai usaha bawahannya dengan kesejahteraan yang lumayan cukup.Semua merasa puas dan terjamin. Tanpa banyak kata, satu persatu keluar dari ruang rapat. Wajah mereka menujukkan gurat lega, memang siapa yang suka dengan rapat panjang yang menguras otak. Apalagi denga

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • POISONED LOVE   I'm Afraid

    Satu hal yang paling Lyra takutkan sekarang adalah kesepian. Dia benci sepi. Bagaimana sepi kembali membawa bayang-bayang masa lalu yangs berusaha dilupakannya. Namun keramaian pun tidak bisa membantu banyak. Pulang dari kantor, dia memilih mencari taksi. Merenung selama di perjalanan sampai si sopir menyebutkan angka kargo. Lyra tesadar. Dia meminta maaf dan segera turun setelah membayar. Jarak jalan raya ke apartemen harus melewati satu gang yang lumayan sepi. Apalagi dia pulang larut untuk menyelesaikan pekerjaannya. Akibat terlalu lama menghindar dari sang atasan, dia harus menuai akibatnya sendiri. Berkali-kali Lyra melirik ke belakang, seakan memastikan tidak ada yang mengikutinya. Tatapannya selalu waspada, meski dengan tubuh yang bergetar. Berita kebebasan ayahnya benar-benar mengganggu konsentrasinya. Bahka seharian ini dirinya banyak melamun. Hidup tenangnya sudah berakhir. Lyra seperti kembali masuk ke dalam kegelapan yang mencekam, menakut

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • POISONED LOVE   So Damn It

    Sudah lama Brian tidak menginjakkan kakinya kemari. Terhitung sudah beberapa minggu sejak kejadian Lyra waktu itu. Perempuan itu berhasil memenuhi pikirannya sampai Brian tidak mampu mengalihkan tentang Lyra sedetik pun. Semua tentang Lyra terasa menarik baginya.Malam ini dia kembali ke klub atas undangan salah satu kawannya. Apalagi saat ini Brian sedang kesal. Sudah berkali-kali dia menghubungi Lyra, tapi tidak ada satupun yang dibalas. Panggilannya pun sepertinya diabaikan. Brian merasa ada yang aneh dengan tingkah Lyra yang tidak biasa. Meski perempuan itu sering menjaga jarak dengannya, kali ini Lyra bahkan terang-terangan menghindarinya.Terlalu pusing memikirkan satu perempuan, di sinilah Brian berada. Duduk bersama kedua kawannya yang lain. Di paha mereka masing-masing terdapat wanita yang sejak tadi tak berhenti menggodanya dengan sentuhan seringan kapas yang terasa menggelitik. Brian sengaja membiarkan tingkah wanita itu. Melihat sejauh mana tingkah wa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • POISONED LOVE   When I am Feeling Worried

    Lyra merasa seseorang tengah mengawasinya. Dia menoleh dan mendapati tatapan intens dari sang atasan yang tak lain adalah Brian. Tarikan napas terdengar. Dia berusaha bersikap tenang, pura-pura tidak menyadari meski makin lama dia tak tahan juga. Beberapa hari ini dia berhasil menjaga jarak. Meminimalisir kebersamaan mereka dan bersikap formal layaknya atasan dan bawahan seperti sebelumnya. Meski berkali-kali Brian selalu berusaha mendekatinya, Lyra dengan cepat akan menghindar dengan ribuan alasan yang dibuatnya sendiri. Lyra merasa berdekatan dengan Brian adalah sebuah kesalahan. Pria itu hanya akan memberikan masalah baru pada hatinya. Cukup masalah dengan sang ayah yang menyita pikirannya saat ini. Lyra tidak ingin menambah beban hidupnya dengan hal yang menyangkut hati. Dia sadar, Brian bukan pria yang tepat untuk menjadi pemilik hatinya. Semakin lama Lyra lumayan risih juga. Tatapan itu seakan tak berpaling. Bisik-bisik dari karyawan lain mulai terdenga

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • POISONED LOVE   When I'm Feeling Worried 2

    Entah berapa lama dirinya membiarkan Brian menguasai. Memberikan cumbuan menggoda, melemahkan syarafnya. Bahkan Lyra sampai mengerang, terhanyut dengan permainan lidah yang sangat luar biasa.Sekarang dia tahu alasan kenapa banyak wanita yang jatuh pada pesona seorang Brian. Pria itu terlalu lihai dan ahli memainkan birahi lawan. Lyra bahkan tanpa sadar mendesah, membuat pria itu tersenyum di sela ciumannya.Brian yakin Lyra sudah hanyut. Dia ingin melanjutkan permainannya ke tahap berikutnya. Tangannya yang sejak tadi menahan tengkuk perempuan itu, mulai berpindah. Menjalar dengan sapuan seringan kapas, memberikan rangsangan yang membuat tubuh perempuan itu makin sensitif.Sampai kedua tangannya berhenti di depan dada, Brian tidak langsung meraba. Dia menekan kepalanya makin ke depan, memperdalam ciumannya dan semakin mengacaukan pikiran perempuan itu. Bahkan mungkin Lyra tidak sadar sejak tadi kedua tangannya meremas rambut Brian dengan gemas, melampiaskan gej

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • POISONED LOVE   Discussion

    Brian tampak serius mendengarkan seseorang berbicara di seberang sana. Tangannya yang bebas memainkan gelas kaca yang sudah kosong. Tatapannya lurus, sedangkan otaknya berkerja keras mengingat setiap kalimat yang didengarnya.“Kamu cari tahu tentang lelaki itu. Jangan sampai lengah, saya tidak mau sesuatu yang buruk terjadi,” titahnya pada seseorang di seberang sana.Setelah mendengar jawaban di seberang sana, Brian menutup panggilannya. Dia kembali meletakkan benda pipih itu di atas meja. Sedangkan tubuhnya bersandar di sofa dengan mata yang terpejam erat.Beberapa hari ini terlalu sibuk. Bukan hanya karena pekerjaan kantor yang menumpuk, apalagi salah satu cabang perusahaannya akan mengeluarkan brand terbaru. Jelas hal tersebut berhasil menyita waktu dan pikirannya. Dia tidak mau ada cela sedikit pun pada pekerjaannya.Namun satu masalah juga lancang mendominasi otaknya. Ya, tentang sang asisten yang beberapa hari belakangan tampak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10

Bab terbaru

  • POISONED LOVE   Perdebatan Berakhir Kecupan

    Setelah merasa lebih baik, Lyra memaksa untuk pulang. Dia tidak pernah betah berada di rumah sakit, apalagi dengan bau obat-obatan yang menyiksa hidung. Beruntung kali ini Brian menyetujui permintaannya dengan mudah. Namun ternyata lelaki itu menyiapkan hal lain yang lagi-lagi membuat Lyra menarik napas lelah. Bagaimana tidak? Jika setelah dia pulang dan kembali ke mansion itu, Brian langsung membacakan surat perjanjian di mana semua pointnya sangat memberatkan baginya. Secara tidak langsung, Brian seakan ingin mengurungnya dalam sangkar emas yang lelaki itu buat.“Tapi aku pengen kerja, Brian!” tegas Lyra dengan tatapan kesalnya. Kedua tangannya terlipat di depan dada, Lyra memberikan tatapan menantang pada lelaki itu.Namun bukannya kesal, Brian malah merasa gemas sendiri. Dia mati-matian menahan diri untuk tidak mencium perempuan itu dan membawanya ke atas ranjang. Otaknya masih berpikir dengan waras. Dia tidak mau Lyra sampai takut karenanya. Apalagi dari laporan yang Athes berika

  • POISONED LOVE   Tempat Berlindung

    Sudah beberapa jam yang dilakukan Brian hanya duduk dengan tatapan terus tertuju pada Lyra, seakan semenit saja dia mengalihkan pandangan, perempuan itu akan musnah. Rasa khawatirnya belumlah reda sejak tadi. Perasaan asing yang tidak menyenangkan. Brian tidak pernah memiliki kepedulian sebesar ini sebelumnya. Dia bukan orang yang memiliki empati besar. Namun saat berhubungan dengan Lyra, dia seakan menjadi orang baru.Tatapannya tertuju pada kening perempuan itu yang mengerut. Dalam keadaan tidak sadar saja, Lyra masih saja resah. Brian mengulurkan tangan, mengelus kening perempuan itu dengan lembut. Dia seakan ingin menghilangkan segala keresahan atau mimpi buruk yang Lyra alami. "Seberapa buruk mimpimu, huh?" tanyanya dengan suara yang hampir berbisik. "Sangat buruk." Lyra tiba-tiba menjawab. Kelopak matanya yang tadi tertutup, perlahan terbuka. Perempuan itu mengerjap pelan, menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke retina matanya. Merasakan keberadaan seseorang di sekitarnya

  • POISONED LOVE   Tell about Xero Albertus

    Beberapa saat menunggu, Brian mulai heran karena Lyra belum juga kembali. Dia melihat ke arah jalannya toilet, tapi belum ada tanda-tanda kehadiran perempuan itu. Saat dia ingin menghubungi Lyra, perempuan itu malah meninggalkan ponselnya di atas meja.Brian menghembuskan napasnya dengan lelah. Dia mulai khawatir dengan perempuan itu. Tidak mau semakin menduga sesuatu yang buruk, Brian berdiri dan beranjak menuju toilet wanita.Semakin mendekati pintu, telinganya malah menangkap suara aneh. Keningnya berkerut samar. Dia mendengar teriakan frustasi yang tak asing di pendengarannya. Brian semakin mempercepat langkah kakinya dan mendobrak pintu sampai menghasilkan suara benturan yang keras.Tatapannya langsung membola saat menangkap pemandangan Lyra yang meringkuk di depan wastafel. Tanpa membuang waktu, Brian segera menghampiri perempuan itu. Membawa tubuh Lyra ke dalam pelukannya. Dia menepuk pipi chubby Lyra,

  • POISONED LOVE   Mysterious People 2

    Setelah hampir dua jam lamanya berbelanja, akhirnya Lyra bisa menarik napas lega. Semua belanjaan sudah dibawa oleh suruhan Brian, sementara dirinya kembali dengan tangan kosong. Memang dia tidak perlu kesusahan menenteng belanjanya, tapi tetap saja kaki dan tangannya lelah karena harus mondar-mandir mencoba dan mencari pakaian seperti keinginan Brian.Apalagi dengan keberadaan Brian yang membuat kepalanya makin pusing. Brian dengan otak mesumnya kadang membuatnya ingin melempar lelaki itu ke luar angkasa. Namun jelas hal itu tidak mungkin terjadi. Jangankan melempar Brian, mendorong lelaki itu saja tenaganya tidak kuat.Lyra hanya memasang wajah kesal dan mengatupkan bibirnya rapat. Bahkan mengabaikan Brian yang sejak tadi memancingnya bicara."Kita makan dulu?" Tawaran lelaki itu seperti sebuah perintah mutlak yang tidak bisa ditolak.Lyra memberikan tatapan sinisnya. Dia masih kesal ka

  • POISONED LOVE   mysterious people 1

    Setelah lolos dari godaan Brian, Lyra kembali melanjutkan menghidangkan masakannya di meja makan. Sementara Brian sudah berlalu ke kamarnya untuk membersihkan diri. Lyra memegang dadanya yang sejak tadi berdetak tak normal. Sentuhan dan segala tentang Brian memang patut diwaspadai mulai saat ini. Lelaki itu cukup membawa pengaruh untuknya.Suara langkah kaki yang mendekat berhasil menarik kembali atensinya. Lyra menoleh dan mendapati Brian yang sudah segar dengan penampilan santainya. Lyrra segera mengalihkan tatapannya, merasakan pipinya yang memerah hanya karena melihat penampilan lelaki dan mengingat kegiatan mereka barusan.“Ayo makan,” katanya, sembari mengambilkan nasi dan diletakkan pada piring lelaki itu. Lyra seakan tak sadar bahwa tindakannya membuat Brian menaruh perhatian penuh. Tatapan lelaki itu sangat lekat, mengikuti setiap pergerakan kecil yang dilakukan Lyra. Bahkan tanpa disadari siapapun, ada senyum tipis yang terbit di bibirnya.

  • POISONED LOVE   Roti Sobek

    Lyra memasukkan irisan bawang merah, bawang putih, dan cabai merah ke dalam wajan. Tangannya yang lentik mulai menumis hingga harumnya tercium tajam dan membuat Lyra memejamkan mata pelan, menikmati aroma masakan sederhana yang dibuatnya saat ini. Hanya nasi goreng dengan telur ceplok yang sudah diirisnya kecil-kecil sebagai hiasan. Kemudian Lyra sibuk menyiapkan makanannya ke meja makan. Menatanya dengan rapi dan juga menuangkan air putih di dua gelas yang berbeda. Lyra berdecak melihat hasilnya. Semua sudah selesai. Kini dia hanya perlu memanggil Brian agar bergabung dengannya. Pria itu pasti masih di ruang fitness pribadinya. Dengan pemikiran itu, Lyra segera melangkah ke lantai atas. Sudah lima hari tinggal di sini, sedikit banyak dia mulai paham seluk beluk setiap ruangannya. Bahkan Brian pernah mengajaknya berkeliling di apartemennya ini. Sungguh luas dan mewah. Bangunan ini seperti dua apartemen yang dijadikan satu bangunan. Dan tebakannya ternyata be

  • POISONED LOVE   Sorry

    Lyra berusaha untuk tidak memukul pria di depannya ini. Sejak keluar dari rumah sakit, sikap Brian sangat menyebalkan. Selain memaksanya menghilangkan sikap formal antara atasan dan bawahan, pria itu dengan seenaknya membawanya tinggal bersama di apartemen mewah pria itu. Demi Tuhan, Lyra memang mengizinkan Brian berada di sekitarnya, tapi bukan berarti lelaki itu harus selalu menempel begini. Lama-lama Lyra yang menjadi risih sendiri. Dia sudah berusaha mengusir Brian dengan cara baik-baik sampai kasar. Namun semua kalimatnya seakan masuk telinga kanan, dan keluar telinga kiri.“Bri, kamu nggak ada kerjaan lain?” tanya Lyra dengan wajah yang sudah menahan kesal. Dia berusaha sabar, memasang senyum lebar yang membuat pria itu kesenangan.Brian yang rebahan dengan paha Lyra sebagai bantalannya malah semakin menikmati posisinya. Matanya terpejam dengan senyum tipis yang terukir di sana. Dia rela tidak ke kantor hanya untuk menemani Lyra di apartemennya.

  • POISONED LOVE   Semakin Dekat

    Setelah menyelesaikan urusannya, Brian kembali ke rumah sakit. Dia seperti enggan meninggalkan Lyra lebih lama. Rasanya berjauhan dengan perempuan itu sudah cukup menyiksa. Anggap saja Brian berlebihan. Nyatanya semua tentang perempuan itu selau berhasil membuatnya gila. Dia sudah menyerahkan urusan Donna pada kedua kawannya. Terserah mau diapakan, bahkan dilenyapkan pun, dia tidak masalah. Malah semakin bagus, artinya berkurang hama di sekitarnya. Tiba di ruang rawat Lyra, dia malah menangkap sosok wanita asing dalam ruangan itu. Wanita yang tengah berbincang dengan sangat akrab dengan Lyra. Tatapan Brian mengerut, dia berusaha menilai wanita asing itu. Setelah tidak menemukan hal yang mencurigakan, Brian bisa mendesah lega. Dia mendekati Lyra yang hanya diam menatapnya. “Kamu sudah makan?” tanyanya dengan tatapan lembut. Berusaha memberi kesan baik pada perempuan sakit itu. Lyra mengangguk sekali. “Obatnya sudah diminum?” Lyra kembali mengan

  • POISONED LOVE   Usulan Mendekat

    Seperti dugaannya, saat Lyra menghubungi Bella dan mengabarkan keadaannya, wanita itu panik dan langsung mendatanginya ke rumah sakit. Bahkan sejak pertama menginjakkan kakinya di ruang rawat, Bella tidak berhenti bicara dan mengomelinya panjang lebar. Wanita itu selalu memiliki tenaga lebih untuk bicara.Lyra sampai berkali-kali memutar bola matanya malas. Dia menatap tingkah Bella yang seperti seorang ibu yang tengah memarahi anaknya. Dia tahu wanita yang merangkap menjadi temannya itu hanya khawatir padanya.“Lain kali kamu jangan lemah. Jika ada yang menindas, langsung lawan!” ujar Bella dengan nada suara yang menggebu-gebu. Dia jelas sangat geram mendengar cerita Lyra yang dibully oleh Donna. Meski tidak pernah bertatapan secara langsung, dia cukup tahu banyak tentang model tersebut.“Cih, dia hanya menjual tubuh untuk mendapatkan ketenaran instan saja sok sekali. Kalo ketemu, aku rontokin rambutnya,” komentarnya penuh ancaman. Wajah

DMCA.com Protection Status