Share

311. Kedatangan keluarga Lisa (Bagian C)

Penulis: Aksara Ocean
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-14 07:00:08

311. Kedatangan keluarga Lisa (Bagian C)

"Yah, sebagai ibunya seharusnya situ lebih mengerti, anak situ itu barang atau binatang?!" Bi Ramlah tersenyum mengejek.

"Sudah, sudah! Pokoknya aku itu nggak mau bercerai dari Mas Aji. Apapun yang Mas bilang aku itu tetap istri Mas dan aku nggak mau bercerai!" kata Lisa dengan tidak tahu malunya.

"Tapi, maaf. Aku tetap mau bercerai denganmu, karena aku sudah tidak mau lagi menjalin hubungan rumah tangga yang toxic dan juga menyakitkan!" kata Mas Aji dengan ketus.

"Aku ini masih istrimu, Mas. Pokoknya aku tidak mau bercerai, dan aku anggap yang tadi malam adalah salah satu mimpi buruk. Dan kamu itu ngelindur!" kata Lisa dengan ngawur.

"Mana bisa begitu, Mbak. Yang namanya ikrar talak yang sudah diucapkan oleh seorang suami yaitu sah secara agama, apalagi mas Aji saja sudah mau mendaftarkan perceraian kalian ke pengadilan agama. Jadi tidak ada lagi yang bisa Mbak lakukan!" kataku dengan sewot. "Dan kalau memang kalian itu mau rujuk, harus ada p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Iia Chaiiank Bundda
kapan up kaka
goodnovel comment avatar
Arini Almer
dtunggu up ny kk
goodnovel comment avatar
Iia Chaiiank Bundda
di tunggu up nya ya kaka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   312. Ancaman Juragan Karta (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)312. Ancaman Juragan Karta (Bagian A)Aku tidak duduk di ruang tamu, karena sofa mewah milik Ibu tidak bisa menampung kami semua. Aku dan Bi Ramlah duduk di bawah, bersama Rosa yang menyandarkan tubuhnya ke dinding dan memainkan ponselnya, ada juga Marwan yang duduk di depan pintu sambil menyalakan rokoknya dan mulai menghisapnya dengan nikmat. Sehingga di sofa hanya ada Bapak yang duduk di sofa tunggal, Mas Aji dan Ibu yang duduk bersebelahan, sedangkan di sofa depan mereka ada Lisa yang duduk bersama Bu Maryam, Juragan Karta mengambil tempat duduk di sofa tunggal lainnya. Dari bawah sini, aku bisa melihat mereka semua dengan sangat leluasa, tanpa harus kelihatan kalau aku memperhatikan.“Kita ini sudah tua, Bu. Apa ndak bisa kalau bertamu itu yang sopan? Ndak perlu bengok-bengok seperti itu, kami belom tuli, indra pendengaran kami masih sangat bagus dan berfungsi dengan sangat baik!” Bapak memulai pembicaraan.Wajahnya kuyu d

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   313. Ancaman Juragan Karta (Bagian B)

    313. Ancaman Juragan Karta (Bagian B)"Tahu apa, Pak Amran? Jangan sampai kalian ini menutup-nutupi sesuatu, bisa saja sebenarnya tidak terjadi apa-apa. Karena saya bisa melihat kalau anak saya juga saat ini dalam keadaan bingung, dia tidak tahu menahu mengenai kesalahannya sedikitpun!" ujar Bu Maryam dengan cepat."Loh, menutup-nutupi sesuatu bagaimana, Bu? Kami tahu mengenai kesalahan Lisa, tapi sengaja tidak kami katakan, karena itu adalah aib, dan di sini ada orang luar," sahut Bapak sambil menatap juragan Karta dengan tajam.Apalagi memang sofa tunggal yang Bapak duduki, dan juga sofa tunggal yang diduduki oleh juragan Karta berhadapan. Mereka bisa saling memandang dengan leluasa.Juragan Karta langsung terkekeh kecil saat melihat tatapan Bapak yang tajam seperti silet, seolah-olah Bapak mertuaku itu memang menunjukkan secara terang-terangan, kalau dia tidak menyukai keberadaan juragan Karta disini."Abaikan saja aku, Am! Aku hanya ingin mendengar apa alasan Mbak Lisa tidak menge

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   314. Ancaman Juragan Karta (Bagian C)

    314. Ancaman Juragan Karta (Bagian C)"Duh, maaf ini, Juragan. Tapi Juragan itu nggak berhak loh marah-marah sama anak saya seperti ini! Bagaimanapun juga, anak saya itu sedang berusaha untuk membayar uang tabungan anak-anak yang dia pakai, dan juragan juga nggak berhak untuk menghakimi anak saya seperti ini. Kok, malah mau mengadukan ke atasannya. Itu kan nggak etis namanya," ujar Bu Maryam sambil menatap Juragan Karta dengan pandangan tajam."Nggak etis dari mana? Heh, Bu, jangan main-main sama saya, ya! Saya ini bisa melaporkan Lisa ke kantor dinas langsung, kalau kalian itu memang tidak bisa bersikap kooperatif!" Juragan Karta mendelik lebar."Ya, nggak etis, lah, Juragan. Begini, loh, maksud saya ini—" Bu Maryam menegakkan duduknya dan bersiap-siap untuk berbicara panjang lebar. "Lisa ini itu punya suami, suaminya itu si Aji. kalau Lisa menggunakan uang tabungan anak-anak, berarti itu artinya bukan dia sendiri yang menghabiskan uang tersebut, Aji juga termasuk, lah. Sekarang kena

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   315. Terbongkar kenyataan (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)315. Terbongkar kenyataan (Bagian A)“Mas, kamu jangan macam-macam, ya! Bercandaan kamu ini udah nggak lucu, tahu nggak, sih” Lisa berujar dengan lumayan ketus.Namun tetap saja, raut paniknya tidak bisa ditutupi oleh dirinya. Wajahnya yang memang cantik dan juga glowing itu, terlihat panik dan juga was-was.Sama seperti anak tengahnya, Bu Maryam juga terlihat gusar. Dia berkali-kali melihat Mas Aji dan juga Bapak secara bergantian, mungkin untuk memastikan kalau ucapan Mas Aji tadi bukanlah suatu bercandaan saja.“Astagfirullahaladzim, Aji. Nggak boleh kamu ngomong begitu, Marwan itu adik kamu. Kok, bisa-bisanya kamu berbicara seperti itu dengan sangat entengnya? Kamu itu udah nggak ngeliat Ibu? nggak ngeliat Bapak? Nggak menghargai kami lagi?” tanya Bu Maryam dengan sinis.“Kebetulan saya tidak bercanda, Bu. Karena saya memang berencana untuk melaporkan Marwan ke polisi, jika sampai uang saya investasikan sebanyak enam ratus j

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   316. Terbongkar kenyataan (Bagian B)

    316. Terbongkar kenyataan (Bagian B)"Tentu banyak pertimbangan sebelum melakukan hal tersebut, kalian mempunyai anak, sudah hidup beberapa tahun bersama? Lalu dengan satu kesalahan saja, kamu mau menceraikan adikku? Begitu? Wah, itu sudah tidak waras namanya!" kata Rosa lagi.Mas Aji masih diam, hanya mendengarkan kata-kata Rossa dengan raut wajah yang terlihat amat tenang. Begitu juga dengan Bapak dan kami semua, kami sama sekali tidak memotong ucapan dari anak sulung Bu Maryam dan juga Pak Parto itu. Membiarkan dia mengeluarkan semua unek-uneknya.Sedangkan wajah Lisa dan juga keluarganya terlihat pongah, mereka sepertinya merasa bangga karena Rosa bisa membela keluarga mereka di hadapan kami semua."Benar apa yang dikatakan mbakmu, seharusnya kamu itu banyak berpikir, Ji. Berulang kali memikirkan hal ini, perceraian itu bukan hal yang mudah, malah sangat dibenci oleh gusti Allah. Kok, bisa-bisanya kamu mengucapkan kata cerai dengan sangat enteng seperti itu? Tidak masuk akal, jika

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   317. Terbongkar kenyataan (Bagian C)

    317. Terbongkar kenyataan (Bagian C)"Lagi pula, uangnya itu tidak digunakan oleh Marwan. Uangnya itu diberikan kepada temannya untuk investasi batubara di Kalimantan sana, lah, kok bisa kalian ini menuduh Marwan yang menilep uang kalian itu? Kalian ini waras atau tidak, sih? Seharusnya kalian itu bersyukur, karena Marwan itu mau melipatgandakan uang yang Aji miliki, agar tidak habis begitu saja!" kata Bu Maryam Lagi."Melipatgandakan yang anak saya miliki? Maksudnya itu bagaimana ya, Bu? Asal Bu Maryam tahu saja, Aji dan juga Lisa itu mendapatkan uang enam ratus juta yang dititipkan kepada Marwan itu, dengan cara meminjam uang kepada rentenir! Itu orangnya!" kata Ibu sambil menunjuk juragan Karta, yang duduk di sofa tunggal sebelah sana.Juragan Karta sendiri tidak terlihat terkejut, dia malah menaikkan tangannya dan melambai dengan santai ke arah Bu Maryam dan juga Lisa.“Nah, sekarang Bu Maryam tahu, kan? Aji harus merelakan kebun sawit miliknya digadai kepada Karta, untuk mendapat

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   318. Nasib Rumah (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)318. Nasib Rumah (Bagian A)“Lalu, apa bukan pelit namanya, Bu? Jika saja Ibu mau memberi uang kepada mereka sebanyak tiga ratus juta, mereka itu tidak akan menggadaikan kebun milik mereka kepada juragan Karta. Karena Ibu tidak mau memberikan uang itulah, makanya mereka itu sampai menggadaikan kebun mereka kepada juragan Karta. Apa itu artinya? Ya Ibu pelit!” kata Bu Maryam dengan sangat santai.“Wah! Wah!” Ibu bahkan sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tawa sumbang yang terdengar dari bibirnya.Aku menelan ludah dengan gugup, entah bagaimana aku merasa kalau tawa yang Ibu berikan benar-benar terdengar tidak nyaman di telinga. Seolah-olah Ibu tengah memendam kemarahan yang amat sangat.“Wah dia cari masalah, An!” Bi Ramlah tiba-tiba berbisik ke telingaku.Aku langsung berbalik dan menatapnya, tapi Bi Ramlah sama sekali tidak membalas tatapanku. Karena dia saat ini sedang fokus men

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   319. Nasib Rumah (Bagian B)

    319. Nasib Rumah (Bagian B)Wajah Lisa langsung berubah pucat, dia lalu bergerak tidak nyaman di tempat duduknya dan melihat ke sekeliling ruangan dengan pandangan panik Dia bahkan tidak berani membalas tatapan Ibu dan juga Bapak yang tengah memandangnya dengan tajam.“Tertulis jelas loh di sini, kalau kamu memfitnah mertuamu dan juga suamimu. Kapan keponakanku itu menyuruh kamu berhutang, dan memakai uang tabungan anak sekolah, hah? Bahkan Aji saja tidak tahu, ketika kamu memakai uang tabungan anak sekolah itu Ya Allah Lisa … Lisa! Pintar banget kamu itu playing victim ya, “ kata Bi Ramlah dengan nada ketus. “Dan lagi, mertua saya juga menutup mata dengan keadaan kami. Heh! Mbak dan masku itu selalu mencukupi kebutuhan kalian, kok, malah menutup mata pula? Menutup Mata ndasmu!” kata Bi Ramlah lagi.Bu Maryam langsung menatap Lisa dengan pandangan tajam, seolah-olah bola matanya akan melompat keluar jika saja itu bukan ciptaan Allah.“Ini bukan fitnah namanya? Heh, satu orang di desa

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17

Bab terbaru

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   532. Keadaan Lisa!

    532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)

    531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)

    529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)

    528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)

    526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)

    525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata

DMCA.com Protection Status