314. Ancaman Juragan Karta (Bagian C)"Duh, maaf ini, Juragan. Tapi Juragan itu nggak berhak loh marah-marah sama anak saya seperti ini! Bagaimanapun juga, anak saya itu sedang berusaha untuk membayar uang tabungan anak-anak yang dia pakai, dan juragan juga nggak berhak untuk menghakimi anak saya seperti ini. Kok, malah mau mengadukan ke atasannya. Itu kan nggak etis namanya," ujar Bu Maryam sambil menatap Juragan Karta dengan pandangan tajam."Nggak etis dari mana? Heh, Bu, jangan main-main sama saya, ya! Saya ini bisa melaporkan Lisa ke kantor dinas langsung, kalau kalian itu memang tidak bisa bersikap kooperatif!" Juragan Karta mendelik lebar."Ya, nggak etis, lah, Juragan. Begini, loh, maksud saya ini—" Bu Maryam menegakkan duduknya dan bersiap-siap untuk berbicara panjang lebar. "Lisa ini itu punya suami, suaminya itu si Aji. kalau Lisa menggunakan uang tabungan anak-anak, berarti itu artinya bukan dia sendiri yang menghabiskan uang tersebut, Aji juga termasuk, lah. Sekarang kena
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)315. Terbongkar kenyataan (Bagian A)“Mas, kamu jangan macam-macam, ya! Bercandaan kamu ini udah nggak lucu, tahu nggak, sih” Lisa berujar dengan lumayan ketus.Namun tetap saja, raut paniknya tidak bisa ditutupi oleh dirinya. Wajahnya yang memang cantik dan juga glowing itu, terlihat panik dan juga was-was.Sama seperti anak tengahnya, Bu Maryam juga terlihat gusar. Dia berkali-kali melihat Mas Aji dan juga Bapak secara bergantian, mungkin untuk memastikan kalau ucapan Mas Aji tadi bukanlah suatu bercandaan saja.“Astagfirullahaladzim, Aji. Nggak boleh kamu ngomong begitu, Marwan itu adik kamu. Kok, bisa-bisanya kamu berbicara seperti itu dengan sangat entengnya? Kamu itu udah nggak ngeliat Ibu? nggak ngeliat Bapak? Nggak menghargai kami lagi?” tanya Bu Maryam dengan sinis.“Kebetulan saya tidak bercanda, Bu. Karena saya memang berencana untuk melaporkan Marwan ke polisi, jika sampai uang saya investasikan sebanyak enam ratus j
316. Terbongkar kenyataan (Bagian B)"Tentu banyak pertimbangan sebelum melakukan hal tersebut, kalian mempunyai anak, sudah hidup beberapa tahun bersama? Lalu dengan satu kesalahan saja, kamu mau menceraikan adikku? Begitu? Wah, itu sudah tidak waras namanya!" kata Rosa lagi.Mas Aji masih diam, hanya mendengarkan kata-kata Rossa dengan raut wajah yang terlihat amat tenang. Begitu juga dengan Bapak dan kami semua, kami sama sekali tidak memotong ucapan dari anak sulung Bu Maryam dan juga Pak Parto itu. Membiarkan dia mengeluarkan semua unek-uneknya.Sedangkan wajah Lisa dan juga keluarganya terlihat pongah, mereka sepertinya merasa bangga karena Rosa bisa membela keluarga mereka di hadapan kami semua."Benar apa yang dikatakan mbakmu, seharusnya kamu itu banyak berpikir, Ji. Berulang kali memikirkan hal ini, perceraian itu bukan hal yang mudah, malah sangat dibenci oleh gusti Allah. Kok, bisa-bisanya kamu mengucapkan kata cerai dengan sangat enteng seperti itu? Tidak masuk akal, jika
317. Terbongkar kenyataan (Bagian C)"Lagi pula, uangnya itu tidak digunakan oleh Marwan. Uangnya itu diberikan kepada temannya untuk investasi batubara di Kalimantan sana, lah, kok bisa kalian ini menuduh Marwan yang menilep uang kalian itu? Kalian ini waras atau tidak, sih? Seharusnya kalian itu bersyukur, karena Marwan itu mau melipatgandakan uang yang Aji miliki, agar tidak habis begitu saja!" kata Bu Maryam Lagi."Melipatgandakan yang anak saya miliki? Maksudnya itu bagaimana ya, Bu? Asal Bu Maryam tahu saja, Aji dan juga Lisa itu mendapatkan uang enam ratus juta yang dititipkan kepada Marwan itu, dengan cara meminjam uang kepada rentenir! Itu orangnya!" kata Ibu sambil menunjuk juragan Karta, yang duduk di sofa tunggal sebelah sana.Juragan Karta sendiri tidak terlihat terkejut, dia malah menaikkan tangannya dan melambai dengan santai ke arah Bu Maryam dan juga Lisa.“Nah, sekarang Bu Maryam tahu, kan? Aji harus merelakan kebun sawit miliknya digadai kepada Karta, untuk mendapat
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)318. Nasib Rumah (Bagian A)“Lalu, apa bukan pelit namanya, Bu? Jika saja Ibu mau memberi uang kepada mereka sebanyak tiga ratus juta, mereka itu tidak akan menggadaikan kebun milik mereka kepada juragan Karta. Karena Ibu tidak mau memberikan uang itulah, makanya mereka itu sampai menggadaikan kebun mereka kepada juragan Karta. Apa itu artinya? Ya Ibu pelit!” kata Bu Maryam dengan sangat santai.“Wah! Wah!” Ibu bahkan sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tawa sumbang yang terdengar dari bibirnya.Aku menelan ludah dengan gugup, entah bagaimana aku merasa kalau tawa yang Ibu berikan benar-benar terdengar tidak nyaman di telinga. Seolah-olah Ibu tengah memendam kemarahan yang amat sangat.“Wah dia cari masalah, An!” Bi Ramlah tiba-tiba berbisik ke telingaku.Aku langsung berbalik dan menatapnya, tapi Bi Ramlah sama sekali tidak membalas tatapanku. Karena dia saat ini sedang fokus men
319. Nasib Rumah (Bagian B)Wajah Lisa langsung berubah pucat, dia lalu bergerak tidak nyaman di tempat duduknya dan melihat ke sekeliling ruangan dengan pandangan panik Dia bahkan tidak berani membalas tatapan Ibu dan juga Bapak yang tengah memandangnya dengan tajam.“Tertulis jelas loh di sini, kalau kamu memfitnah mertuamu dan juga suamimu. Kapan keponakanku itu menyuruh kamu berhutang, dan memakai uang tabungan anak sekolah, hah? Bahkan Aji saja tidak tahu, ketika kamu memakai uang tabungan anak sekolah itu Ya Allah Lisa … Lisa! Pintar banget kamu itu playing victim ya, “ kata Bi Ramlah dengan nada ketus. “Dan lagi, mertua saya juga menutup mata dengan keadaan kami. Heh! Mbak dan masku itu selalu mencukupi kebutuhan kalian, kok, malah menutup mata pula? Menutup Mata ndasmu!” kata Bi Ramlah lagi.Bu Maryam langsung menatap Lisa dengan pandangan tajam, seolah-olah bola matanya akan melompat keluar jika saja itu bukan ciptaan Allah.“Ini bukan fitnah namanya? Heh, satu orang di desa
320. Nasib Rumah (Bagian C)“Heh, maaf ya, Mbak. Begini-begini aku tuh nggak pernah menyusahkan mertuaku, dan aku sama sekali tidak pernah meminta apapun kepada mereka. Tidak seperti adik Mbak itu!” balasku dengan nada geram.“Halah! Siapa yang percaya?” ujar Rossa sambil memutar bola matanya dengan malas.“Aku nggak mau tahu, terserah apa yang kalian bilang. Yang pasti keputusanku sudah bulat, aku akan menceraikan Lisa dan juga meminta uang yang aku titipkan kepada Marwan. Karena kalau tidak, aku akan melaporkan dia ke polisi. Tekadku sudah bulat, dan tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Jika kalian sudah selesai, maka kalian bisa pergi dari rumah ini sekarang juga!” kata Mas Aji dengan nada tegas.“Mas!” Lisa kembali berteriak.“Kalian sudah dengar dengan apa yang baru saja aku katakan, kan? Jadi aku tegaskan sekali lagi, dalam waktu satu minggu aku meminta uangku yang ada pada Marwan itu sudah ada, karena jika tidak maka aku akan langsung melaporkan hal ini ke polisi!” kata M
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)321. Gadai SK (Bagian A)Ruangan tiba-tiba saja berubah menjadi lebih hening, aku bisa melihat keluarga Lisa yang saling bertatapan dengan raut wajah yang ketakutan dan juga penuh dengan rasa panik.Mereka pasti tidak menyangka kalau Mas Aji akan bersikap sebegini tegas kepada Lisa, karena bagaimanapun juga kami semua tahu kalau Mas Aji selama ini begitu menyayangi dan mencintai Lisa sepenuh hati.Namun, sekarang ini semuanya sudah berubah. Yang terlihat dari raut wajah Mas Aji, hanya ada keputus asaan, dan juga rasa sakit, serta setitik kecewa ada di sana.Aku tahu pasti sangat berat rasanya untuk mengatakan hal ini, karena bagaimanapun juga hubungan yang sudah mereka bangun sudah bertahun-tahun lamanya, tetapi harus berujung dengan kata cerai yang terucap.“Saya tidak mau mencampuri urusan rumah tangga anak saya, tetapi kalau sudah begini kejadiannya maka mau tidak mau kami sekeluarga harus ikut campur!” ujar Bapak tiba-tiba.S