Andre jalan duluan menuju rak boneka dan aneka mainan anak-anak. Aku mengekor dua langkah di belakang mereka. Arsyla berontak minta turun dari gendongan Andre begitu dua mata tajamnya melihat aneka mainan. Niatnya beli boneka, dia malah ke sana kemari liat macam-macam. Ambil Barbie, masak-masakan.
BAB 49 Daffa Aku mungkin anak yang tidak pernah melihat keromantisan orang tua. Papi selalu sibuk di kantor. Mami dengan diabetesnya sering sekali sakit. Saat mereka sama-sama di rumah, jika bukan pertengkaran, maka saling diam-diaman yang dipertontonkan. Seingatku, hampir tak pernah mereka salin
Masih di usia tujuh belas tahun, aku pulang ke rumah saat libur lebaran. Sedang asyik muraja’ah di kamar sendiri tiba-tiba ada jeritan asisten rumah tangga. “Nyonya ... nyonya!” Aku langsung keluar kamar. Kamar Mami berada di sebelahku. Suara ART berasal dari sana. Saat kulihat isi kamar Mami suda
BAB 50 Daffa Di balik semak itu, ada pohon bambu rimbun lalu jurang, dan kali besar. Kali itu arusnya pelan setiap kali musim kemarau, penduduk sekitar sengaja membuat semacam bendungan untuk menampung air agar bisa disalurkan ke sawah-sawah kecil di sekitar. Aulia terlihat sedang timbul tenggela
Banyak kemelut di kepala, malam itu Aulia kembali diincar polisi. Dalam keadaan yang genting menurutku, Klarisa malah meminta dijamah. Emosiku naik. Dan malah melakukan hal yang jelas tak sopan padanya. Aku sadar telah berlebihan, tapi tetap pergi ke Bandung karena sedang genting. Setelah agak reda
BAB 51 Daffa Tua bangka itu berhenti mencampuri urusan pribadiku. Sampai jatuh putusan sidang, dia tak bicara lagi. Perkataannya tak semua benar, Aulia bukan anak kucing seperti dugaannya. Aku tentu tahu karakter dia. Namun, perkataan terakhir Papi tentang kesamaan nasib Klarisa dan Mami meningga
Malam, ketika mata terlelap. Dia meraba perut. “Geli, Sayang.” Aku bicara sambil membuka mata, tapi tidak ada siapa-siapa. Hariku mulai kacau. Aku tidak bisa mengendalikan kesadaran kalau Klarisa memang tidak ada. Esoknya aku mencari Klarisa ke rumahnya. Tak masalah meski membawa wajah yang seper
BAB 52 Daffa Dalam keheningan kamar dan semua kenangan, mataku menyusuri setiap sisi ruang. Tak ada sisa barang milik Klarisa di sini, hanya tersisa sisir kecil yang ada di atas meja rias. Aku mengambil telepon yang berbaring pada nakas. Menghubungi ART. “Kalila, barang-barang Klarisa sudah dian