Hari ini, aku menghadiri acara nikahan salah satu karyawan. Memakai batik dan celana hitam rapi. Aku ikut menjadi saksi nikahan. Setelahnya menonton serangkaian acara dan makan. Ikhsan ikut hadir. Saat makan, ponselnya terus berbunyi. “Kenapa?” tanyaku. “Lia, Pak Bos.” “Kenapa dia?” “Minta dian
BAB 53 Aku berjalan cepat meninggalkan kafe. Bulir bening semakin menganak sungai. Ada panas, sakit, dan kecewa. Meski aku merasa sudah move on, kala bertemu seperti ini deru hati tetap sama. Sebuah mobil menghadang langkahku. Kaca depannya terbuka perlahan. “Risa, ayo masuk!” Itu Andre. Tak tahu
Orang-orang membantuku mengantarkannya ke rumah sakit. Kubaringkan dia di pangkuan. Kubelai kening dan pipinya. “Jangan mati, Kak!” Letak rumah sakit tak jauh dari rumah. Mobil langsung berhenti di depan IGD. Para perawat sigap membawa brankar. Kak Daffa dinaikkan dan langsung dibawa ke sebuah ruan
BAB 54 Hari kami berselimutkan awan hitam. Tak ada secercah cahaya harapan. Kak Mandala dituntut jaksa tujuh tahun penjara, berkasnya sudah naik ke pengadilan. Sedangkan Kak Daffa naik turun kondisinya. Dia baru menjalankan operasi usus yang cedera. “Sabar,” kata Mama. “Semua pasti ada jalan kelua
Tangan Tuhan kadang terulur di masa-masa terakhir. Ketika kita berada dalam titik paling dasar dari sebuah kepasrahan, ada saja jalan keluarnya. Mungkin Dia ingin kita meminta lebih lama, atau mungkin sedang menunjukkan kekuasaan-Nya. Pada sidang putusan, Kak Daffa bisa hadir meski kondisinya masih
BAB 55 Setiap hari Kak Daffa datang ke rumah. Kadang pagi, siang, atau malam, sesempatnya. Bawa makanan, mainan, atau apa pun yang dia lihat cocok buat Arsyla, pasti dibelinya. Hanya beberapa hari saja, anakku sudah berpaling dari semua orang. Yang ditunggunya setiap hari hanya satu, yaitu Papi.
Di ruang tamu. Aku, Mama, dan Kak Mandala bermusyawarah. Sebuah cincin kusimpan di meja. “Menurut Mama dan Kakak bagaimana?” “Kalau menurut Mama, sih, terima saja. Daffa juga sekarang sudah kelihatan berubah. Apalagi kamu punya Cila. Yang paling penting sekarang itu kebahagiaan anak. Andre mungkin
Permintaan Gila Kakakku Ekstra Part 1 ~Karena banyak yang minta ekstra part, otor tambahin ya. Yang gak suka panjang bisa stop aja.~ Suasana pagi ini lebih repot dari biasanya. Selain harus mengurus anak, harus juga mengurus bapaknya. Aku kerja cepat setelah subuh menjelang. Mempersiapkan ini itu
“Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
“Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan