BAB 54 Hari kami berselimutkan awan hitam. Tak ada secercah cahaya harapan. Kak Mandala dituntut jaksa tujuh tahun penjara, berkasnya sudah naik ke pengadilan. Sedangkan Kak Daffa naik turun kondisinya. Dia baru menjalankan operasi usus yang cedera. “Sabar,” kata Mama. “Semua pasti ada jalan kelua
Tangan Tuhan kadang terulur di masa-masa terakhir. Ketika kita berada dalam titik paling dasar dari sebuah kepasrahan, ada saja jalan keluarnya. Mungkin Dia ingin kita meminta lebih lama, atau mungkin sedang menunjukkan kekuasaan-Nya. Pada sidang putusan, Kak Daffa bisa hadir meski kondisinya masih
BAB 55 Setiap hari Kak Daffa datang ke rumah. Kadang pagi, siang, atau malam, sesempatnya. Bawa makanan, mainan, atau apa pun yang dia lihat cocok buat Arsyla, pasti dibelinya. Hanya beberapa hari saja, anakku sudah berpaling dari semua orang. Yang ditunggunya setiap hari hanya satu, yaitu Papi.
Di ruang tamu. Aku, Mama, dan Kak Mandala bermusyawarah. Sebuah cincin kusimpan di meja. “Menurut Mama dan Kakak bagaimana?” “Kalau menurut Mama, sih, terima saja. Daffa juga sekarang sudah kelihatan berubah. Apalagi kamu punya Cila. Yang paling penting sekarang itu kebahagiaan anak. Andre mungkin
Permintaan Gila Kakakku Ekstra Part 1 ~Karena banyak yang minta ekstra part, otor tambahin ya. Yang gak suka panjang bisa stop aja.~ Suasana pagi ini lebih repot dari biasanya. Selain harus mengurus anak, harus juga mengurus bapaknya. Aku kerja cepat setelah subuh menjelang. Mempersiapkan ini itu
"Istri?" "Istri Pak Daffa." "Wkzfgtwhlohbd." Gak jelas. Aku menunduk semakin dalam. "Kalian? Kapan?" Pak Reno garuk kepala belakang. "Kemarin kami nikah ... gimana?" Kak Daffa lempar tema. "Oh .... bi-sa." Pak Reno menjawab sambil berpikir. "Berarti gak masalah kalau hari ini terakhir dia ker
Setelah menikah, beberapa hari saja kami tinggal di rumah Mama. Selanjutnya Kak Daffa memboyongku kembali ke rumah besarnya. Di halamannya yang luas, Papi menyambut kami. Aku lantas mencium tangannya. Dua iris pria yang rambutnya sudah mulai beruban itu berbinar setiap kali melihat Arsyla. Senyumny
"Momy, Momy. Cila mau beli kucing ... bagus ... sama rumahnya ... yang ... yang ... besal." Celoteh anakku di depan kamar. Tak jauh di belakangnya ada Papi. "Dia sudah ngantuk," jelas Papi. "Iya, Pi. Memang sudah waktunya tidur siang." Aku menggendong Cila. "Tidur dulu, nanti kamu bangun kucingny