Permintaan Gila Kakakku Ekstra Part 1 ~Karena banyak yang minta ekstra part, otor tambahin ya. Yang gak suka panjang bisa stop aja.~ Suasana pagi ini lebih repot dari biasanya. Selain harus mengurus anak, harus juga mengurus bapaknya. Aku kerja cepat setelah subuh menjelang. Mempersiapkan ini itu
"Istri?" "Istri Pak Daffa." "Wkzfgtwhlohbd." Gak jelas. Aku menunduk semakin dalam. "Kalian? Kapan?" Pak Reno garuk kepala belakang. "Kemarin kami nikah ... gimana?" Kak Daffa lempar tema. "Oh .... bi-sa." Pak Reno menjawab sambil berpikir. "Berarti gak masalah kalau hari ini terakhir dia ker
Setelah menikah, beberapa hari saja kami tinggal di rumah Mama. Selanjutnya Kak Daffa memboyongku kembali ke rumah besarnya. Di halamannya yang luas, Papi menyambut kami. Aku lantas mencium tangannya. Dua iris pria yang rambutnya sudah mulai beruban itu berbinar setiap kali melihat Arsyla. Senyumny
"Momy, Momy. Cila mau beli kucing ... bagus ... sama rumahnya ... yang ... yang ... besal." Celoteh anakku di depan kamar. Tak jauh di belakangnya ada Papi. "Dia sudah ngantuk," jelas Papi. "Iya, Pi. Memang sudah waktunya tidur siang." Aku menggendong Cila. "Tidur dulu, nanti kamu bangun kucingny
"Kapan Glen akan menikahimu, kenapa hubungan kalian tak ada perkembangannya dari dulu?" Wanita berambut sepundak itu melipat tangan sambil berjalan hilir-mudik di depan Gea. Usianya boleh saja 50 tahun, tapi tampilannya seperti wanita 30 tahun. "Aku belum siap menikah, Mam." Gea merespons ibunya de
"Momy Cila!" tegas anakku sambil lanjut menyusu. "Pelit." Kak Daffa pindah ke belakang anaknya. "Ya sudah, Papi peluk kamu saja," serunya sambil memeluk Cila dengan hangat, anak ini pun tidak menolak. Aku mengusap kening Arsyla. Betapa bahagianya punya anak kalau keluarga rukun begini. Selanjutny
Kehadiran Klarisa kembali di rumah keluarga Kuncoro adalah masalah baru untuk Sovia. Beberapa kali terlibat adu mulut dengan Klarisa membuat wanita paruh baya itu semakin geram saja. Hidupnya jadi tak nyaman. Sementara Klarisa tidak terpengaruh meski dia terus dimaki. Sovia hilir-mudik di kamarnya.
"Ah, masa sih? Dulu Mama lihat mereka romantis-romantis saja kok." Beberapa kali Raida bertemu dengan Handri di acara besar perusahaan. Handri dan istrinya terlihat sebagai pasangan sempurna. Muda, kaya, romantis. Terlihat sangat bahagia. Itu pula yang menjadi salah satu alasan Raida semakin mantap