âCila.â âHai, Cila.â âPagi, Cila.â Anak-anak SD yang berjalan di pinggir sawah menyapa. Mereka mau berangkat sekolah. Selokan drainase itu kiri-kanannya dibenteng tembok. Jadi, cukup nyaman untuk pejalan kaki. Anak-anak itu melewati jalan ini sebagai jalan pintas menuju sekolah. Mereka tinggal d
BAB 46 âAndre?â âRisa, âkan?â tanyanya mendekat. Andre udah beda penampilannya. Lebih modis dan stylish. Sepatunya sudah bukan sepatu anak sekolahan kusam lagi, melainkan sepatu kulit. Kacamatanya juga bukan kaca mata tebal yang lebar, tapi kacamata besi lebar yang warna kacanya agak buram. Dia l
Kami ngobrol lama sampai Arsyla terbangun. Anakku kenalan dengan Andre lalu temanku ini mengantarkanku turun. âHai, gadis kecil. Sini, om, gendong. Ibumu terlihat kelelahan,â ajak Andre saat kami menuruni tangga. âJangan Andre, Cila berat.â âAyo, sini sama, Om. Nanti kita beli mainan di bawah.â
BAB 47 Andre berkunjung tiga kali ke rumah selama tinggal di Magelang. Aku tidak tahu tujuannya apa. Apa benar-benar mau mencari gadis orang sini atau hanya alasan doang, karena faktanya tidak ada satu gadis pun yang dia tanyakan. Andre masih sama seperti dulu. Tidak pernah membicarakan perasaan.
âKita sekarang sedang garap web series. Kamu belajar buat skenario saja dulu. Seperti proyek yang dulu pernah kita kerjakan. Waktu kita fleksibel, tapi tetap ontime. Harus siap dikejar deadline,â jelas Andre sambil memainkan pulpen. Tatapannya ke meja. âJadi, aku penulis. Bisa dong dikerjakan di ru
BAB 48 Sebuah nama terukir indah di dinding. Dihiasi gambar mawar sebelum huruf K dan banyak tanda hati kecil di ujung huruf A. Tanda hati itu dibuat serupa beterbangan. Pada dinding yang lainâdinding yang berhadapan dengan tempat tidur. Foto-foto terpajang cukup banyak. Foto muda-mudi yang sedang
Andre jalan duluan menuju rak boneka dan aneka mainan anak-anak. Aku mengekor dua langkah di belakang mereka. Arsyla berontak minta turun dari gendongan Andre begitu dua mata tajamnya melihat aneka mainan. Niatnya beli boneka, dia malah ke sana kemari liat macam-macam. Ambil Barbie, masak-masakan.
BAB 49 Daffa Aku mungkin anak yang tidak pernah melihat keromantisan orang tua. Papi selalu sibuk di kantor. Mami dengan diabetesnya sering sekali sakit. Saat mereka sama-sama di rumah, jika bukan pertengkaran, maka saling diam-diaman yang dipertontonkan. Seingatku, hampir tak pernah mereka salin
âKamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,â ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. âKenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?â protes Klarisa.Daffa terkekeh. âGak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
âDi lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,â ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.âAlhamdulillah,â ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. âTapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.âSayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,â canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
âHadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,â ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103âApa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!âDaffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.âI-ibu ... maaf ngerepotin,â ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.âS-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?â ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan