BAB 42 Mandala Teman atau sahabat adalah orang lain yang terlanjur dekat karena satu kecocokan. Sementara kakak-adik adalah dia yang memiliki hubungan darah. Ikatan akan terus ada untuk selamanya. Kakak lelaki mana yang bisa menerima begitu saja saat melihat adiknya hanya berbaring lemah menangi
Komputer berjajar pada satu meja panjang. Layar menampilkan beban pekerjaan masing-masing. Ada tujuh orang staf di ruangan ini. Empat laki-laki, tiga perempuan. Semua sibuk sebagaimana karyawan di jam pagi pada umumnya. Aku memakai headset, menatap layar. Setting suara dan video di sana sini. Ponse
BAB 43 Mandala Aku duduk merenung di kursi besi ruang tunggu rumah sakit. Orang-orang berlalu lalang di depanku. Ramai. Namun, aku merasa sepi. Serupa dibuang ke gua sendiri. Kalimat dokter tadi berdengung-dengung di telinga. “Hamil ... pendarahan ... rawan keguguran ... harus bed rest ....” Pen
Aku membuka pintu ruang rawat. Mama duduk di samping Klarisa sambil menggenggam tangannya. Ikut pecah juga tangis Mama hari ini. Risa tidur miring kanan dengan lutut sedikit ditekuk. Itu posisi yang diharuskan dokter untuk saat ini. Wajah pucat itu masih meneteskan air mata sesekali. “Dek, mau apa
BAB 44 Mandala Klarisa bisa pulang ke rumah setelah menginap di rumah sakit sekitar seminggu. Dia sudah tak membicarakan Daffa lagi, tapi raut wajahnya masih sama kacau. Tak pernah tersenyum apa lagi bercanda. Dibawa ngobrol pun hanya menyahut sesekali. Walau sudah diperbolehkan pulang, Klarisa h
Malam sebelum kepergian Klarisa ke Jawa. Aku mendatangi salah satu tongkrongan anak muda. Melihat danau indah dikelilingi lampu kerlap-kerlip pada bagian sisinya. Lampu itu tersebar juga pada pohon-pohon di sepanjang jalanan berpaving. Pandanganku tiba-tiba gelap. Tertutupi tangan lembut seorang wa
BAB 45 Jangan kira mudah untuk melupakannya. Tatapan matanya, senyumannya, candaannya, bahkan setiap sentuhannya menjadi linangan air mata ketika teringat. Jika tidak ada harga diri Kak Mandala di depanku, mungkin merangkak pun aku mau. Memohonnya untuk kembali hadir dalam kehidupanku. Cinta ini,
“Cila.” “Hai, Cila.” “Pagi, Cila.” Anak-anak SD yang berjalan di pinggir sawah menyapa. Mereka mau berangkat sekolah. Selokan drainase itu kiri-kanannya dibenteng tembok. Jadi, cukup nyaman untuk pejalan kaki. Anak-anak itu melewati jalan ini sebagai jalan pintas menuju sekolah. Mereka tinggal d
“Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
“Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan