Share

BERDEBAT

Author: Je Adriani
last update Last Updated: 2023-12-05 10:24:35

Di pagi hari dengan sorot matahari hangat, Alana berdiam diri di atas balkon yang terdapat di luar kamar. Matanya masih sembab sebab menangisi perjodohan dirinya dengan pujaan hati yang mungkin saja batal. Dalam benak, Alana terus saja bertanya pada diri sendiri. Ada apa dan kenapa?

Kalau memang tidak mau, ya terserah. Namun, bukan berarti harus melakukan pernikahan bersyarat. Itu benar-benar bodoh, konyol dan terkesan tidak ada keseriusan di dalamnya. Sebagai pasangan yang sah di mata hukum dan agama, bukankah yang namanya pernikahan itu sesuatu yang suci dan kita yang ada di sana harus bisa menjaga kesucian itu. Buka  malah membuatnya seperti permainan.

Alana sendiri tidak habis pikir, apa alasannya sehingga Shahin yang ia kenal begitu baik itu mendapat ide yang tak patut di tiru seperti itu? Kenapa mendadak tidak dewasa sekali? Namun, dari kerasnya ia mencoba menebak-nebak alasan, ia tak kunjung menemukan jawaban.

Angin bertiup sepoi-sepoi, tetapi tidak dipungkiri hawa dingin yang menyentuh permukaan kulitnya membuat ia sedikit meringis. Sehingga gadis itu memilih untuk masuk kembali ke dalam ruang pribadinya.

Akan tetapi di menit selanjutnya  saat ia menggeser tungkai kaki, Alana berpikir lagi. Sejak lama menyukai pria itu, sekarang adalah kesempatan untuk memilikinya, meksi laki-laki itu mengajukan perjanjian pranikah dengan aturan nyeleneh.

Sebagai seseorang yang normal Alana pun ingin menguji ketahanan pria itu dalam menahan diri. Lagi pula, segala sesuatu itu memerlukan perjuangan? Mungkin ini saatnya untuk Alana membuktikan keseriusannya dalam mencintai. Pria itu, cepat atau lambat akan jatuh ke pelukannya.

“Oke, kamu memberi tantangan, akan kulakukan.” Alana bergumam kemudian dengan penuh semangat kembali.

.

Siang ini, jam menunjukkan pukul empat belas. Alana mengambil ponselnya untuk menghubungi pria menyebalkan bernama Shahin.

“Kak aku ingin ketemu,” ujarnya.

“Oke, di mana?” sahut Shahin.

“Di Cafe dekat kampus,” jawab Alana.

“Tunggu di sana lima belas menit lagi," titah Shahin sebelum menutup sambungan telepon.

Alana menurut, langkah kakinya ia arahkan ke Cafe dekat kampusnya. Di sana ia memesan minuman dan beberapa camilan, kebetulan dia belum makan jadi sekalian mengganjal perut, Alana melahap donatur berbagai rasa di depannya.

Tidak berselang lama, Shahin datang menyusul masih dengan senyum ala dosen muda, rupawan dan digilai banyak gadis-gadis.

“Ada apa minta bertemu,” tanya pria itu tanpa basa-basi.

“Apa harus langsung ke inti?” Alana membalikkan tanya dengan mulut masih penuh makanan.

“Saya sibuk, Al."

“Dan saya lapar,” ujarnya sengaja meniru intonasi Shahin yang berubah sejak perjodohan itu. “Paling tidak tunggu dulu selesai makan, atau pesan apapun yang kakak mau. Hari ini aku lagi happy, kakak aku traktir,” tukasnya.

“Kebiasaan telat makan,” cibir Shahin lantas mengambil tisu dan mengelap sudut bibir Alana, di sana ada krim coklat yang meleber dari luar garis mulut sang gadis.

“Nggak usah sok perhatian,” tampik Alana ketus.

“Saya nggak perhatian, ada coklat di situ kamu jadi terlihat jelek,” jawabnya.

Alana mencebik. “Oke, langsung saja kalau gitu. Aku berubah pikiran, surat perjanjian tempo hari aku setujui. Kita menikah secepatnya," putus Alana.

Shahin yang sedang minum pun jadi tersedak sendiri sampai batuk-batuk.

“Apa?” pekiknya, agak meninggikan nada suara selepas batuknya mereda.

“Nggak ada pengulangan kata. Bye!” ucap Alana sembari menegakkan badan, tersenyum penuh kemenangan, lantas berlalu dari sana.

“Apa-apaan ini? Gadis itu benar-benar sudah gila, seharusnya dia menolak mentah-mentah. Tapi .... “ Shahin merutuk sendiri jadinya, tidak mengira jika planing-nya gagal total.

Kedua orang tua masing-masing sudah mendengar keputusan dari Alana bahwa ia ingin supaya acara pernikahan dipercepat. Tak ada alasan pasti, hanya saja Alana ingin memberi pelajaran pada Shahin. Jika pria itu bermain-main, maka Alana bertekad untuk turut memainkan peran itu. Hanya sekadar tinggal serumah lalu tidak saling bersentuhan itu bukan hal sulit untuk Alana. Gadis itu malah berpikir jika akan lebih mudah menggaet pria tua, sebab lebih leluasa berpakaian. Bukan kah tidak apa-apa memakai pakaian minim jika di depan suaminya nanti? Sebagai gadis modern yang tahu menempatkan diri, hanya mengendalikan seorang Shahin itu teramat sangat mudah sekali.

Mendapati kenyataan itu Shahin tentu saja merasa berang. Kenapa bisa-bisanya gadis itu meminta waktu pernikahan disegerakan tanpa sepengetahuan dirinya. Dan dengan hati memanas, Shahin mengirim pesan pada Alana dan memintanya bertemu kembali.

Tepat pukul setengah sembilan malam, Shahin tiba di rumah Alana, di sana awalnya Alana menolak bertemu, katanya sudah mengantuk. Namun, Shahin mengancam tidak beranjak dari sana sebelum ia dapat bicara dengan Alana. Dengan berat hati, Alana pun turun ke lantai bawah demi bisa menuruti keinginan sang calon suami.

“Bisa nggak sih ketemunya besok aja, kangen ya sama aku,” ocehnya.

Shahin membalikkan badan ketika mendengar suara Alana yang datang dari dalam. Jangan katakan bagaimana raut muka Shahin sekarang? Tatap matanya menajam, seperti sedang ingin melahap Alana bulat-bulat.

“Kamu, kamu ngapain malah minta dipercepat? Hah!” marahnya pada Alana.

“Kamu, kamu juga ngapain malah pakai surat perjanjian pranikah juga? Hah!” balas Alana bernada ejekan.

“Alana, jangan main-main,” tekan Shahin kian geram.

“Kamu juga jangan main-main, Kak. Kamu yang mulai duluan, kamu pikir kesucian pernikahan bisa dikotori dengan hal-hal konyol seperti yang kami perbuat? No! Tapi kalau kamu mau bermain, akan aku layani," papar Alana cukup berani, matanya melawan tatap Shahin.

Tak ada sedikitpun ketakutan dalam diri Alana menghadapi amarah laki-laki yang bertolak pinggang di depannya ini. Ia bukan orang kemarin sore mengenal pria itu, lebih dari separuh usia lelaki itu, Alana pernah membersamainya.

.

Di tengah malam yang masih sangat ramai Shahin menepikan kendaraannya di pinggir jalan. Kepalanya memanas, pusing sekali ia menghadapi gadis semacam Alana yang memang wanita itu tidak bisa dianggap remeh, meski usianya jauh di bawahnya, Alana memiliki kapasitas pemikiran cukup pintar.

“Bagaimana aku mengatakan ini padamu, Risa?” Ia bergumam seraya memukulkan tangannya pada kemudi. Hatinya remuk redam, ia tak bisa membayangkan seperti apa rasanya benar-benar berpisah dengan kekasihnya, dengan arti kata lain berpisah tanpa ada lagi ikatan apa-pun.

Di saat bersamaan, ponselnya berdering nyaring. Ia mengambil benda pipih itu yang tergeletak di atas dahsboard, di sana sebait nama cantik tertera di layar ponselnya. Dan Shahin menarik napas berat terlebih dahulu sebelum jemarinya menggeser tanda hijau, lalu menempelkannya di telinga.

“Shah, apa kabar itu benar? Katakan padaku kalau itu bohong dan kamu akan menungguku sampai kuliahku selesai, iya kan?”

Shahin tampak menjauhkan ponsel itu dari dirinya. Mendengar pertanyaan itu membuat patah hati yang ia bayangkan seolah kian nyata di depan mata. Akan tetapi, meski sulit ia harus memberi penjelasan dan keputusan untuk wanitanya.

“Shah, halo?”

Related chapters

  • PERJANJIAN ALANA   FITTING GAUN PENGANTIN

    Tidak bisa dipungkiri jika Shahin benar-benar frustasi. Selepas mendengar persetujuan Alana, kedua orang tuanya benar-benar mempercepat tanggal pernikahan, kini di tambah lagi dengan pacarnya, Raisa yang langsung meminta putus sebab sudah mengetahui jika hubungan keduanya tidak akan bisa berlanjut ke tahap selanjutnya. Sampai-sampai ia tidak bisa berkonsentrasi saat tengah memberikan materi pada mahasiswa/i.Seharusnya Shahin bersikap profesional, tidak mencampur adukan masalah pribadi ke dalam pekerjaan, tetapi jika urusannya sudah mengenai hati. Siapa yang bisa menghalanginya, kan.“Risa, tolong beri aku waktu dua tahun. Saya yakin semua kekonyolan ini akan berakhir."“Dua tahun itu lama, Shah, kamu pikir aku harus apa selama dua tahun itu? Menyaksikan kamu tinggal satu atap bersama wanita pilihan mamamu. Begitu maksud kamu?”“Bukan seperti itu, Sa. Coba dengarkan dulu,sekali saja,” pinta Shahin melalui sambungan telepon. Berusaha memujuk sang kekasih supaya tidak berundur pergi.“

    Last Updated : 2023-12-05
  • PERJANJIAN ALANA   HARI PERNIKAHAN

    Ma, aku cantik, kan?”“Jelas dong, kamu cantik sekali."Bibir Alana tersenyum samar, matanya sedikit berkaca-kaca. Di balik hari paling membahagiakan dalam hidupnya ini ada kesedihan mendalam tersimpan. Setelah statusnya berganti ia harus mempersiapkan diri bahwa hidupnya berada di ambang pertaruhan.“Kalau aku cantik, lalu kenapa kak Shahin enggan menerima ku, Ma," bisiknya dalam hati.Alana cukup sadar jika cinta tak selamanya tentang keindahan fisik. Ada hati yang saling terpaut demi menguatkan daya tarik satu sama lain. Mengikatnya kuat hingga tak mudah lepas begitu saja. Lalu hal yang akan dihadapi oleh Alana apa namanya?Pernikahan tanpa adanya rasa cinta, atau pernikahan paksa. Entahlah, yang pasti Alana hanya ingin egois kali ini. Sekadar memberi pelajaran pada Shahin, bahwa pernikahan tidak bisa begitu saja dipermainkan.“Yuk, sayang akad segera di mulai," ajak mama lalu menggandeng Alana dan melangkah pelan menuju pelaminan.Sesampainya di sana, di antara dekorasi gedung ind

    Last Updated : 2023-12-05
  • PERJANJIAN ALANA   PINDAH RUMAH dan KESEPAKATAN

    Tiga hari berlalu, Alana dan Shahin telah pindah ke rumah baru. Hunian di tengah kota, bertempat di salah satu cluster terbaik dengan desain elegan. Meski ya untuk ukuran tidak terlalu luas, tetapi cukup untuk mereka berdua.“Kamarku yang itu, ya,” pinta Alana. Jari telunjuk dengan ujung kuku berwarna pink terang itu mengarah ke salah satu ruang tak jauh dari dapur.“Terserah!” jawab Shahin sekilas.Mata Alana menyipit, dari beberapa hari lalu setiap dirinya meminta sesuatu pasti jawabnya adalah terserah. Dasar, tidak punya pendirian sama sekali.Malas mengajak bicara Shahin lagi, Alana menggeret kopernya menuju kamar yang telah ia pilih. Di dalam sana, sudah ada ranjang berukuran sedang, pas untuk dirinya sendiri. Jendela dengan pemandangan langsung ke halaman belakang yang masih kosong. Juga lemari tiga pintu terletak tepat tak jauh dari kasur.Melihat situasi kamarnya Alana merasa ada yang kurang. Meja rias tak nampak di sana, padahal untuk Alana meja itu sangat penting sekali untu

    Last Updated : 2023-12-06
  • PERJANJIAN ALANA   Mulai Ragu

    "Ingat, jangan mengatakan pada siapapun tentang pernikahan kita." Itulah pesan Shahin pagi ini sewaktu pria itu bersiap berangkat ke tempat kerja.Tentu saja, kalimat itu membuat Alana badmood dan merasa bahwa Shahin memang tidak ada niat untuk hidup bersama dirinya.Akan tetapi, sama seperti istilah nasi sudah jadi bubur. Sesuatu yang telah terjadi tak dapat diubah kembali. Ingin mengatakan penyesalan karena mengambil keputusan ini membuat Alana ingin menjambak rambut sang suami sekuatnya.Bagaimana tidak, wanita muda secantik dirinya tak menarik bagi seorang Shahin Albyanshah. Bahkan terang-terangan membuat perjanjian aneh dengan tidak ada namanya sentuhan selama dua tahun pernikahan.Alana sendiri sempat berpikir, apa laki-laki itu sedikit lain?Namun seingat Alana, pria yang sudah menjadi suaminya itu pernah memiliki pacar perempuan beberapa kali. Lantas mengapa?. "Woy, kenapa lo?" Gladis, teman dekat Alana datang mengagetkan dari belakang."Sialan," umpat Alana."Santai, santai,

    Last Updated : 2025-01-17
  • PERJANJIAN ALANA   KABAR PERNIKAHAN

    Alana Prameswari, gadis berusia dua puluh tahun berparas jelita itu tersenyum-senyum sendiri ketika ia secara tak sengaja mendengar obrolan antara ibu dan teman baiknya. Dari balik tembok penghalang, Alana yang hendak keluar pun hanya terdiam di tempat tatkala ada nama seseorang yang ia kagumi tercetus dari obrolan itu.“Iya Jeng, lebih cepat lebih baik, apa lagi kan Jeng Dewi mau pergi ke luar negeri, bagus kalau Alana ada yang jaga,” ucapnya kian serius.Sang lawan bicara pun tersenyum hangat seraya menyeruput teh hangat yang disajikan empunya rumah. “Setuju, Jeng Sis. Saya kan kadang khawatir meninggalkan Alana di sini, kalau kemarin-kemarin kan ada kakaknya jadi saya tidak waswas sama sekali. Sekarang kakaknya sudah menikah, Alana di sini dengan siapa?” jawabnya tak kalah riang.Sementara Alana, yang menjadi pusat pembicaraan semakin semringah dengan sorot mata berbinar-binar. Bagaimana tidak, sudah lama ia mengagumi sosok yang akan dijodohkan dengannya itu, sempat berpikir ratus

    Last Updated : 2023-12-05
  • PERJANJIAN ALANA   PERJANJIAN TERTULIS

    “Ma, Mama kan tahu kalau Shah ubah punya cewek.”“Kamu, kamu juga tahu kalau mama nggak setuju sama hubungan kamu dengan perempuan itu."“Ma, ayolah!”“Mama nggak mau mendengar yang namanya bantahan. Kamu, bulan depan menikah dengan Alana."“Astaga!”“Kenapa? Bagus, bukan. Semakin cepat semakin baik."“Shahin menganggap Alana, adik Shah, Ma."“Apa pun alasan kamu, Mama nggak peduli."“Ma!”“Apalagi, sih Shah?”“Kalau Mama menikahkan Alana dengan Shah, hanya karena dia mau ditinggal ke luar negeri sama tante Dewi, kita bisa membiarkan dia tinggal di sini sementara.” Shahin masih mencoba mencari jalan keluar demi menolak perjodohan yang mamanya ungkapkan semalam ketika acara makan malam berlangsung.Bu Siska menggeleng pelan, tatapannya lurus pada sang putra yang sudah seharusnya menikah sejak dua tahun lalu. Namun, malah terjebak dengan ikatan bersama kekasih yang masih menempuh pendidikan S2 di negara luar.“Mama juga akan lama tinggal di Surabaya bulan depan. Kamu tahu kan kondisi ka

    Last Updated : 2023-12-05

Latest chapter

  • PERJANJIAN ALANA   Mulai Ragu

    "Ingat, jangan mengatakan pada siapapun tentang pernikahan kita." Itulah pesan Shahin pagi ini sewaktu pria itu bersiap berangkat ke tempat kerja.Tentu saja, kalimat itu membuat Alana badmood dan merasa bahwa Shahin memang tidak ada niat untuk hidup bersama dirinya.Akan tetapi, sama seperti istilah nasi sudah jadi bubur. Sesuatu yang telah terjadi tak dapat diubah kembali. Ingin mengatakan penyesalan karena mengambil keputusan ini membuat Alana ingin menjambak rambut sang suami sekuatnya.Bagaimana tidak, wanita muda secantik dirinya tak menarik bagi seorang Shahin Albyanshah. Bahkan terang-terangan membuat perjanjian aneh dengan tidak ada namanya sentuhan selama dua tahun pernikahan.Alana sendiri sempat berpikir, apa laki-laki itu sedikit lain?Namun seingat Alana, pria yang sudah menjadi suaminya itu pernah memiliki pacar perempuan beberapa kali. Lantas mengapa?. "Woy, kenapa lo?" Gladis, teman dekat Alana datang mengagetkan dari belakang."Sialan," umpat Alana."Santai, santai,

  • PERJANJIAN ALANA   PINDAH RUMAH dan KESEPAKATAN

    Tiga hari berlalu, Alana dan Shahin telah pindah ke rumah baru. Hunian di tengah kota, bertempat di salah satu cluster terbaik dengan desain elegan. Meski ya untuk ukuran tidak terlalu luas, tetapi cukup untuk mereka berdua.“Kamarku yang itu, ya,” pinta Alana. Jari telunjuk dengan ujung kuku berwarna pink terang itu mengarah ke salah satu ruang tak jauh dari dapur.“Terserah!” jawab Shahin sekilas.Mata Alana menyipit, dari beberapa hari lalu setiap dirinya meminta sesuatu pasti jawabnya adalah terserah. Dasar, tidak punya pendirian sama sekali.Malas mengajak bicara Shahin lagi, Alana menggeret kopernya menuju kamar yang telah ia pilih. Di dalam sana, sudah ada ranjang berukuran sedang, pas untuk dirinya sendiri. Jendela dengan pemandangan langsung ke halaman belakang yang masih kosong. Juga lemari tiga pintu terletak tepat tak jauh dari kasur.Melihat situasi kamarnya Alana merasa ada yang kurang. Meja rias tak nampak di sana, padahal untuk Alana meja itu sangat penting sekali untu

  • PERJANJIAN ALANA   HARI PERNIKAHAN

    Ma, aku cantik, kan?”“Jelas dong, kamu cantik sekali."Bibir Alana tersenyum samar, matanya sedikit berkaca-kaca. Di balik hari paling membahagiakan dalam hidupnya ini ada kesedihan mendalam tersimpan. Setelah statusnya berganti ia harus mempersiapkan diri bahwa hidupnya berada di ambang pertaruhan.“Kalau aku cantik, lalu kenapa kak Shahin enggan menerima ku, Ma," bisiknya dalam hati.Alana cukup sadar jika cinta tak selamanya tentang keindahan fisik. Ada hati yang saling terpaut demi menguatkan daya tarik satu sama lain. Mengikatnya kuat hingga tak mudah lepas begitu saja. Lalu hal yang akan dihadapi oleh Alana apa namanya?Pernikahan tanpa adanya rasa cinta, atau pernikahan paksa. Entahlah, yang pasti Alana hanya ingin egois kali ini. Sekadar memberi pelajaran pada Shahin, bahwa pernikahan tidak bisa begitu saja dipermainkan.“Yuk, sayang akad segera di mulai," ajak mama lalu menggandeng Alana dan melangkah pelan menuju pelaminan.Sesampainya di sana, di antara dekorasi gedung ind

  • PERJANJIAN ALANA   FITTING GAUN PENGANTIN

    Tidak bisa dipungkiri jika Shahin benar-benar frustasi. Selepas mendengar persetujuan Alana, kedua orang tuanya benar-benar mempercepat tanggal pernikahan, kini di tambah lagi dengan pacarnya, Raisa yang langsung meminta putus sebab sudah mengetahui jika hubungan keduanya tidak akan bisa berlanjut ke tahap selanjutnya. Sampai-sampai ia tidak bisa berkonsentrasi saat tengah memberikan materi pada mahasiswa/i.Seharusnya Shahin bersikap profesional, tidak mencampur adukan masalah pribadi ke dalam pekerjaan, tetapi jika urusannya sudah mengenai hati. Siapa yang bisa menghalanginya, kan.“Risa, tolong beri aku waktu dua tahun. Saya yakin semua kekonyolan ini akan berakhir."“Dua tahun itu lama, Shah, kamu pikir aku harus apa selama dua tahun itu? Menyaksikan kamu tinggal satu atap bersama wanita pilihan mamamu. Begitu maksud kamu?”“Bukan seperti itu, Sa. Coba dengarkan dulu,sekali saja,” pinta Shahin melalui sambungan telepon. Berusaha memujuk sang kekasih supaya tidak berundur pergi.“

  • PERJANJIAN ALANA   BERDEBAT

    Di pagi hari dengan sorot matahari hangat, Alana berdiam diri di atas balkon yang terdapat di luar kamar. Matanya masih sembab sebab menangisi perjodohan dirinya dengan pujaan hati yang mungkin saja batal. Dalam benak, Alana terus saja bertanya pada diri sendiri. Ada apa dan kenapa?Kalau memang tidak mau, ya terserah. Namun, bukan berarti harus melakukan pernikahan bersyarat. Itu benar-benar bodoh, konyol dan terkesan tidak ada keseriusan di dalamnya. Sebagai pasangan yang sah di mata hukum dan agama, bukankah yang namanya pernikahan itu sesuatu yang suci dan kita yang ada di sana harus bisa menjaga kesucian itu. Buka malah membuatnya seperti permainan.Alana sendiri tidak habis pikir, apa alasannya sehingga Shahin yang ia kenal begitu baik itu mendapat ide yang tak patut di tiru seperti itu? Kenapa mendadak tidak dewasa sekali? Namun, dari kerasnya ia mencoba menebak-nebak alasan, ia tak kunjung menemukan jawaban.Angin bertiup sepoi-sepoi, tetapi tidak dipungkiri hawa dingin yang

  • PERJANJIAN ALANA   PERJANJIAN TERTULIS

    “Ma, Mama kan tahu kalau Shah ubah punya cewek.”“Kamu, kamu juga tahu kalau mama nggak setuju sama hubungan kamu dengan perempuan itu."“Ma, ayolah!”“Mama nggak mau mendengar yang namanya bantahan. Kamu, bulan depan menikah dengan Alana."“Astaga!”“Kenapa? Bagus, bukan. Semakin cepat semakin baik."“Shahin menganggap Alana, adik Shah, Ma."“Apa pun alasan kamu, Mama nggak peduli."“Ma!”“Apalagi, sih Shah?”“Kalau Mama menikahkan Alana dengan Shah, hanya karena dia mau ditinggal ke luar negeri sama tante Dewi, kita bisa membiarkan dia tinggal di sini sementara.” Shahin masih mencoba mencari jalan keluar demi menolak perjodohan yang mamanya ungkapkan semalam ketika acara makan malam berlangsung.Bu Siska menggeleng pelan, tatapannya lurus pada sang putra yang sudah seharusnya menikah sejak dua tahun lalu. Namun, malah terjebak dengan ikatan bersama kekasih yang masih menempuh pendidikan S2 di negara luar.“Mama juga akan lama tinggal di Surabaya bulan depan. Kamu tahu kan kondisi ka

  • PERJANJIAN ALANA   KABAR PERNIKAHAN

    Alana Prameswari, gadis berusia dua puluh tahun berparas jelita itu tersenyum-senyum sendiri ketika ia secara tak sengaja mendengar obrolan antara ibu dan teman baiknya. Dari balik tembok penghalang, Alana yang hendak keluar pun hanya terdiam di tempat tatkala ada nama seseorang yang ia kagumi tercetus dari obrolan itu.“Iya Jeng, lebih cepat lebih baik, apa lagi kan Jeng Dewi mau pergi ke luar negeri, bagus kalau Alana ada yang jaga,” ucapnya kian serius.Sang lawan bicara pun tersenyum hangat seraya menyeruput teh hangat yang disajikan empunya rumah. “Setuju, Jeng Sis. Saya kan kadang khawatir meninggalkan Alana di sini, kalau kemarin-kemarin kan ada kakaknya jadi saya tidak waswas sama sekali. Sekarang kakaknya sudah menikah, Alana di sini dengan siapa?” jawabnya tak kalah riang.Sementara Alana, yang menjadi pusat pembicaraan semakin semringah dengan sorot mata berbinar-binar. Bagaimana tidak, sudah lama ia mengagumi sosok yang akan dijodohkan dengannya itu, sempat berpikir ratus

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status