Beranda / Romansa / PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU / NENEK PEMAKAN DAUN SIRIH ITU MERTUAKU

Share

NENEK PEMAKAN DAUN SIRIH ITU MERTUAKU

Penulis: Pangeran_Cinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Siapa aku?" pertanyaan yang tinggal di dalam benakku sejak seminggu yang lalu. Kini berubah menjadi rasa penasaran yang sangat butuh adanya satu jawaban. Mirisnya, sampai sekarang masih tak menemukan jawaban yang bisa melepaskan rasa penasaran itu dari dalam benakku. 

 

Kepalaku masih sering sakit, tubuhku masih sangat lemah untuk mencari jawaban dari pertanyaanku. Hari-hari kulewati hanya dengan berbaring menghitung matahari terbit dan tenggelam sambil memendam rasa penasaranku di dalam kalbu.

 

Tak sia-sia aku menghitung matahari terbit dan tenggelam, aku menjadi tahu bahwa tujuh kali matahari terbit dan tujuh kali matahari tenggelam telah kulalui di dalam kamar. Tubuhku masih terasa sangat lemah dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Baru kemarin kakiku mulai bisa menginjakkan tanah.

 

Hari ini aku bangun agak pagi dari biasanya, penunjuk waktu di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh. Matahari tampak cerah, pertanda semangatnya menyinari dunia masih ada. Sinarnya yang masuk melalui celah-celah jendela menjadi selimut yang menghangatkan tubuhku.

 

Kulihat Dysta sedang membawa nampan dengan kedua tangannya dari balik pintu yang terbuka. Dia melenggang bak model di atas panggung peragaan busana, sangat cantik bagai barbie dengan posisi dagu sedikit mendongak bagai ada tali tak terlihat yang melilit dan mengangkat dagunya ke atas.

 

Berbeda dengan bibir model yang tersenyum alami, bibir Dysta justru dihiasi dengan senyuman yang merekah. Pandanganku bukan ke arah pakaiannya, melainkan ke arah giginya yang berbaris rapi di balik bibirnya.

 

Mataku tak berkedip berusaha menghitung berapa banyak gigi di dalam senyumnya. Tanpa kusadari gigi-gigi itu menempatkan Dysta tepat di hadapanku. Tercium aroma wangi tubuhnya, mungkin dia memakai parfum Italy atau merendam pakaiannya dengan pengharum pakaian lebih dari tujuh hari tujuh malam sehingga wanginya semerbak dan bertahan lebih lama. 

 

Mataku tak bisa menahan pandangan untuk tidak turun ke bawah, melihat dua cangkir kopi hitam lengkap dengan sendok kecil berada di atas nampan yang di bawanya. Tempat gula mungil berwarna merah muda, berada diantarana. Tampak wadah susu kental manis berada di belakangnya.

 

"Apakah rasa susu itu tetap sama?" rasa penasaranku bertanya-tanya. Anehnya justru mataku tak bisa lepas dari wadah susu kental manis yang berada di belakangnya (Mungkin karena pembawaan dari orok suka minum susu kental manis putih).

 

"Silahkan diminum kopi pahitnya, Mas. Kalau mau kopi manis tinggal ditambah gula atau susu kental manis putih yang sudah Dysta sediakan spesial buat Mas," titah Dysta sambil memegang dan menuangkan susu kental manis itu ke dalam cangkir kopi miliknya. 

 

Senyumnya terlihat begitu menggoda, lesung pipi yang berada di kiri kanannya membuatku tak tahan untuk berpaling darinya. Spontan kuraih wadah susu kental manis yang sedang dipegangnya, kugenggam dan kutuang ke dalam cangkir kopi milikku.

 

Kuaduk rata menggunakan sendok kecil yang sudah tersedia sambil memandang wajah ayu Dysta, berharap rasa kopi susuku menjadi lebih nikmat dari biasanya. 

 

Dysta melihat mataku yang sedang menikmati paras ayunya. Dia sengaja menjulurkan lidahnya seperti kadal atau komodo yang sedang merayu pasangannya. Jangan pernah menganggap aku tak tergoda, karena aku di tulis sebagai karakter berotak kotor oleh penulis cerita.

 

"Dysta! Lagi apa kamu disini?" jerit nenek tua dengan daun sirih dan buah pinang memenuhi mulutnya. Dia berdiri sambil meletakkan kedua tangannya tepat di lingkaran pinggangnya yang sudah tak simetris lagi.

 

"Lagi menemani Mas Joko ngopi, Ma," jawab Dysta dengan sejujur-jujurnya.

 

"Kenapa lelaki tak berguna seperti itu masih juga kamu pelihara?

 

"Ayo cepat keluar, bantu Mama!" Bentaknya kepada Dysta. Seperti ketakutan, Dysta sangat nurut kepada mamanya. Kemudian beranjak dari tempat duduk, meninggalkan meja dan meninggalkanku yang sedang terpaku memandangnya.

 

"Kenapa kamu tak mati saja!" makian nenek tua pemakan daun sirih itu sambil menunjuk batang hidungku dengan telunjuk berkuku panjang berwarna hitam pada ujungnya.

 

Aku hanya diam, tak berani menatap wajahnya. Hanya satu hal yang bisa kulakukan, mengelap ludah berwarna merah yang tersembur keseluruh wajahku ketika dia mencaciku barusan. 

 

Bau khas daun sirih, pinang, dan air liur yang keluar dari mulutnya bagai bau seekor naga. Menyeruak masuk ke dalam indera pembauku. Hampir saja kopi susu yang baru kuteguk keluar dari dalam perutku. Terasa ingin kumuntahkan depan matanya, tapi takut terkena karma buruk nantinya.

 

"Cuih!" suara pamit nenek yang dipanggil 'mama' oleh isteriku meninggalkan remahan daun sirih, buah pinang, dan ludah merah berceceran membasahi lantai marmer di bawahku. 

 

Membating daun pintu yang berada tepat di sampingku adalah salam penutupnya. Pundakku spontan naik keatas, berbarengan dengan kedua kakiku melonjak sedikit dari tanah, mata terpejam sebagai ekspresinya (untuk yang bisa berbahasa jawa: Awakku njingkat) ketika mendengar kerasnya suara bantingan daun pintu yang dilakukan nenek pemakan daun sirih itu. Untung saja pintunya tidak sampai lepas.

 

Aku hanya pasrah diam menerima perlakuan seperti itu dari nenek yang seharusnya aku panggil ibu mertua. Kumenangis... membayangkan betapa kejamnya dirinya atas diriku. Aku terpuruk, tiba-tiba merasa menjadi laki-laki yang sangat tidak berguna. Mungkin memang benar yang dikatakan ibu mertua pemakan daun sirih kepadaku.

 

Kutermenung duduk sendiri sambil menikmati secangkir kopi susu dari Dysta. Sayup-sayup terdengar suara gelak tawa, kuputar-putar kepalaku sampai seratus delapan puluh derajat mencari dari mana datangnya. 

 

Bulu kudukku mulai berdiri, antara takut dan penasaran. Jika kujumpai sesuatu yang ganjil, kuberniat segera berlari menabrak pintu tertutup yang di banting ibu mertua.

 

Kuteliti satu persatu, kuikuti arah suara, betapa terkejutnya aku melihat remahan daun sirih sedang tertawa. Antara percaya dan tak percaya kudekati benda itu, semakin dekat suaranya semakin terdengar jelas. Ternyata benar, benda ini sedang menertawaiku.

 

"Apa kamu sedang menertawaiku?" kubertanya kepada benda kecil itu. Kudekatkan bibirku dengan maksud agar dia mendengar pertanyaanku. Sialnya bau khas dari benda itu kembali mengaduk-ngaduk isi perutku.

 

"Sebentar lagi kamu akan dilumat oleh nenek itu, ha ha ha...." Kalimat yang kudengar dari remahan daun sirih yang berada di depanku.

 

"Apa maksudmu?" tanyaku keheranan.

 

"Dulu, dia memetik daun teman-temanku untuk merendam kedua matanya, tapi karena matanya tak kunjung jernih dia marah dan melumat seluruh daun sirih yang berada di halaman rumah," cerita remahan daun sirih kepadaku dengan berlinang air mata.

 

"Tapi aku berbeda, dia tak mungkin melakukan hal yang sama terhadapku!" gertakku.

 

"Kamu berkata seperti itu karena kamu belum tahu bagaimana rasa sakitnya. Batang hidung dan daun telingamu akan dipetik satu persatu seperri dia memetik aku dari tangkaiku. Setelah itu dilumat di dalam mulutnya. Dikunyah, digilas bercampur dengan air ludah. Batang hidung dan daun telingamu menjadi remuk dan hancur, seperti dia meremukkan seluruh tubuh, tulang-tulangku, bahkan menghancurkan jiwaku," desis remahan daun sirih menakut-nakuti aku.

 

"Aku bukan anak kecil yang takut dengan dongeng seperti itu," cemoohku kepada benda kecil bau yang ada di hadapanku. Aku berdiri untuk meninggalkan remahan-remahan kecil menjengkelkan itu.

 

"Aku salut dengan keberanianmu Anak muda!" teriaknya samar-samar kudengar dari jauh. Kuabaikan saja suara itu.

 

Aku beralih ke bawah jendela, posisinya tepat berada di atas kepalaku. Terlihat langit masih berwarna biru. Aku sangat bersyukur bisa melihat lagit berwarna biru, setidaknya penulis itu tak membuangku jauh dari pangkuan bumi pertiwi yang mencintaiku.

 

"Kamu baik-baik saja, kan, Mas?" suara Dysta mengagetkanku.

 

"Iya. Aku tak tahu kenapa ibu mertua sangat membenciku."

 

"Ceritanya panjang, Mas." Ucap Dysta sembari memeluk punggungku.

Bab terkait

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MERTUAKU TUKANG FITNAH HANDAL

    Hari mulai petang, matahari sudah mulai condong ke barat, ke tempat Sun Go Kong dan teman-temannya mencari kitab suci. Sudah pasti cahayanya mulai redup tak secerah tengah hari tadi. Langit berwarna merah jingga sudah menjadi cerita lama. Sayangnya aku masih tak tahu siapa namaku, Dysta tak pernah memberitahu siapa namaku, kecuali tadi pagi dia menyebutku sebagai 'Mas Joko', tapi tak memberitahu kelanjutan dari nama itu.Dari sepengetahuanku, 'Joni' adalah nama jenis kelamin laki-laki yang berasal dari jawa. Mungkin ayah dan ibuku adalah orang jawa karena memberikan nama 'Joko' untukku. Aku sama sekali tak mempersoalkan nama itu."Bagaimana jika ternyata ayahku adalah seorang pertapa dari jawa?"tiba-tiba terbesit satu pertanyaan di dalam pikiranku. Aku tak tahu darimana datangnya pikiran itu. Namun penulis kisah ini pasti mendengar semua yang ada di dalam pikiranku. Sialnya lagi, penulis itu membenciku.

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENGUNGKAP IDENTITAS LAKI-LAKI TUA (POV GULA PASIR)

    Aku dan ratusan juta butir gula ditampung dalam satu wadah oleh perempuan cantik, bermata belok dengan bulu mata lentik, berbibir tipis, bersenyum manis, berhidung mancung, dengan tubuh sintal, seakan membopong dua bola ketika menyilangkan kedua tangannya di depan. Panas, pengap, tanpa ada sirkulasi udara, sesak, sakit di sekujur tubuh akibat saling tumpang tindih, betapa menderitanya berada di dunia ini.Keadaan seperti ini bukan hanya sekali dua kali kami alami, tapi berulang-ulang kali. Kami akan menceritakan bagaimana roda kehidupan berputar dalam hidup kami. Kami lahir sebagai tebu yang ditanam, dirawat dan disayangi oleh penanam kami. Disiram, dipupuk, dibersihkan dan dilindungi dari ancaman semut dan serangga-serangga yang berniat buruk kepada kami. Sampai beberapa bulan hingga kami tumbuh dewasa dan terlihat matang dimata penanam kami.Masa-masa itu adalah masa bahagia bagi kami, bisa berkumpul dan tumbuh dengan jut

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KURA-KURA MILIK DYSTA

    "Bagaimana ceritanya mamamu tega memasukkan ayahmu ke dalam kurungan itu?" terucap tanya di bibirku kepada Dysta yang sedang memandangi langit hitam dengan mata nanar. Dari balik matanya aku tahu ada yang sedang disembunyikannya, atau sebenarnya Dysta ingin bercerita sesuatu tapi tak tahu harus mengawalinya dari mana."Dulu ada seorang tukang taman bekerja di rumah ini, namanya Pak Darto. Dia sangat dekat dengan mama, aku pun sangat dekat dengannya. Jika ada waktu luang, Pak Darto selalu mengajak aku main. Aku sangat senang bermain dengan Pak Darto. Usiaku masih sebelas tahun ketika itu," bibir Dysta membentuk lengkungan senyum yang sangat indah ketika bercerita.Namun, air mata seakan tak menunggu persetujuan dari Dysta untuk meluncur keluar, buliran hangat itu mengalir deras di tengah senyuman Dysta. Aku sungguh tak paham apa yang sedang dirasakan Dysta, lagi sedih ataukah senang.Pikira

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   WARUNG BU INAH

    "Kamu Joni, kan?" tanya laki-laki yang duduk di sebelahku ketika aku baru masuk ke warung Bu Inah. Laki-laki berumur sekitar setengah abad itu memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki, mungkin sedang menelusuri maksud kedanganku kesini."Iya, benar," jawabku agak risih dilihat seperti itu. Dua orang lainnya juga memandang aku dengan cara yang sama. Detak jantungku mulai berlompatan kemana-mana, tapi aku tetap berusaha terlihat biasa aja di depan mereka."Kamu sudah sehat?" salah satu dari dua orang yang duduk di sebelahnya mengajukan pertannyaan yang terdengar aneh bagiku."Bagaimana mereka tahu kalau aku baru sembuh?" timbul tanda tanya di pikiranku."Apakah mereka mengenalku?" muncul satu pertannyaan lagi walaupun belum ada jawaban dari pertanyaan sebelumnya.Kedatangannku ke warung Bu Inah bermaksud untuk mencari tahu siap

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KISAH TENTANG PAK LURAH

    "Dapat informasi apa dari warung Bu Inah, Mas?" tanya Dysta kepadaku setelah masuk rumah. Maklum aku tadi berpamitan mau ngopi ke warung Bu Inah kepada Dysta. Tujuanku untuk mencari informasi tentang mantan tukang taman rumah kepada warga desa."Aku bertemu dengan Pak Darsono, Tejo, dan juga Pak Minto. Mereka bercerita bahwa mantan tukang taman di rumah ini sudah menjadi Pak Lurah di desa," jawabku kepada Dysta, karena memang hanya informasi itu yang kudapat dari warung Bu Inah."Bagaimana dia bisa menjadi Pak Lurah?" rasa penasaran tercipta di benak Dysta. Sepertinya Dysta masih tak percaya dengan ceritaku.Aku tak tahu bagaimana ceritanya mantan tukang taman rumah ini menjadi Pak Lurah. Hanya ada satu cara mengetahui bagaimana ceritanya. Aku harus bertanya kepada penulis cerita ini, mungkin dia tahu bagaimana ceritanya.Apa? Mau tanya kepadaku tentang Cerita Pak Lu

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   RENCANA RAHASIA JONI

    "Dysta kemarin bercerita kalau yang memasung Anda adalah istri Anda sendiri. Kalau boleh tahu bagaimana ceritanya, Pak?" pancingku untuk membuatnya bercerita. Dalam hati aku ingin sekali membebaskannya, tapi aku masih tak tahu penyebab pasti yang membuatnya di pasung disini. Beberapa hari yang lalu dia bercerita kalau dia dipasung karena dianggap gila. Namun, aku ingin tahu penyebab yang sebenarnya."Dulu sepulang dari sawah, aku mendengar kabar bahwa pemilik rumah mewah di depan sana telah membunuh anak dan istrinya. Kemudian pemilik rumah mewah itu dianggap sudah gila karena telah membunuh istri dan anaknya. Akhirnya warga desa memasung pemilik rumah mewah itu di sini," dengan lancar dia bercerita. Cerita ini sama dengan cerita yang diucapkan oleh Dysta. Berarti cerita ini bukan hanya isapan jempol belaka."Aku sudah pernah mendengar cerita ini dari Dysta. Lalu apa yang terjadi, Pak?" tanyaku penasaran terhadap kelanjutan

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENCARITAHU RUMAH PAK DARMO

    "Apa yang akan Kamu lakukan, Mas?" tanya Dysta penasaran. Dalam hati Dysta ingin mengetahui rencanaku.Kutarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar, "Aku akan melepaskan dan membawa ayahmu pergi dari pasungan.""Apakah aku tidak salah dengar, Mas?" Dysta menanyakan kepastian ucapanku."Iya, tekadku sudah bulat. Namun, aku tak tahu harus membawanya kemana?" Aku mengeluh agar Dysta mau membantuku.Dysta menghela nafas panjang. Diam beberapa detik, kemudian berkata, "Ayah punya satu sahabat di kampung, namanya Pak Darmo.""Pak Darmo?" ucapku memastikan."Iya, Pak Darmo. Beliau adalah sahabat ayah dari kecil, tapi aku tak tahu masih hidup atau sudah meninggal," jawab Dysta.Kuusap kepalanya dan menarik rambutnya ke belakang. Dia memikirkan cara menemukan Pak Darmo di kampung tanpa menimbulkan kecurigaan dari Durgandini -- mertuaku. Aku tak habis pikir, siapa penulis cerita yang tega memberiku mertua perempuan yang jahat. Penulis c

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   PENULIS ITU SEPERTINYA MEMBENCIKU

    "Dimana aku?" terbesit tanya di pikiranku. Dengan mata yang masih sulit terbuka, kulihat cahaya terang masuk dari sela-sela jendela yang tirainya sedikit terbuka, sepertinya sekarang ini adalah pagi yang sangat cerah. Sinar mentari begitu hangat masuk ke sela-sela jendela menghangatkan keningku. Semakin lama hangatnya semakin menusuk dan terasa hampir membakar kulit di dahiku. Aku berusaha duduk dengan maksud menutup tirai jendela yang sedikit terbuka, namun tak bisa.Kutengok jam dinding masih menunjukkan pukul setengah sembilan, masih cukup pagi bagiku untuk melanjutkan tidur lagi dalam keadaan seperti ini. Kepalaku masih terasa berat dan masih terasa sangat pusing untuk bisa ku angkat. Aku berusaha mengangkat namun sia-sia, kepalaku masih lengket dengan bantal yang menyanggah kepalaku dari bawah. Aku hanya bisa pasrah untuk memejamkan mata.Terdengar langkah kaki masuk ke dalam kamarku, semakin lama langkah itu terdengar

Bab terbaru

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENCARITAHU RUMAH PAK DARMO

    "Apa yang akan Kamu lakukan, Mas?" tanya Dysta penasaran. Dalam hati Dysta ingin mengetahui rencanaku.Kutarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar, "Aku akan melepaskan dan membawa ayahmu pergi dari pasungan.""Apakah aku tidak salah dengar, Mas?" Dysta menanyakan kepastian ucapanku."Iya, tekadku sudah bulat. Namun, aku tak tahu harus membawanya kemana?" Aku mengeluh agar Dysta mau membantuku.Dysta menghela nafas panjang. Diam beberapa detik, kemudian berkata, "Ayah punya satu sahabat di kampung, namanya Pak Darmo.""Pak Darmo?" ucapku memastikan."Iya, Pak Darmo. Beliau adalah sahabat ayah dari kecil, tapi aku tak tahu masih hidup atau sudah meninggal," jawab Dysta.Kuusap kepalanya dan menarik rambutnya ke belakang. Dia memikirkan cara menemukan Pak Darmo di kampung tanpa menimbulkan kecurigaan dari Durgandini -- mertuaku. Aku tak habis pikir, siapa penulis cerita yang tega memberiku mertua perempuan yang jahat. Penulis c

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   RENCANA RAHASIA JONI

    "Dysta kemarin bercerita kalau yang memasung Anda adalah istri Anda sendiri. Kalau boleh tahu bagaimana ceritanya, Pak?" pancingku untuk membuatnya bercerita. Dalam hati aku ingin sekali membebaskannya, tapi aku masih tak tahu penyebab pasti yang membuatnya di pasung disini. Beberapa hari yang lalu dia bercerita kalau dia dipasung karena dianggap gila. Namun, aku ingin tahu penyebab yang sebenarnya."Dulu sepulang dari sawah, aku mendengar kabar bahwa pemilik rumah mewah di depan sana telah membunuh anak dan istrinya. Kemudian pemilik rumah mewah itu dianggap sudah gila karena telah membunuh istri dan anaknya. Akhirnya warga desa memasung pemilik rumah mewah itu di sini," dengan lancar dia bercerita. Cerita ini sama dengan cerita yang diucapkan oleh Dysta. Berarti cerita ini bukan hanya isapan jempol belaka."Aku sudah pernah mendengar cerita ini dari Dysta. Lalu apa yang terjadi, Pak?" tanyaku penasaran terhadap kelanjutan

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KISAH TENTANG PAK LURAH

    "Dapat informasi apa dari warung Bu Inah, Mas?" tanya Dysta kepadaku setelah masuk rumah. Maklum aku tadi berpamitan mau ngopi ke warung Bu Inah kepada Dysta. Tujuanku untuk mencari informasi tentang mantan tukang taman rumah kepada warga desa."Aku bertemu dengan Pak Darsono, Tejo, dan juga Pak Minto. Mereka bercerita bahwa mantan tukang taman di rumah ini sudah menjadi Pak Lurah di desa," jawabku kepada Dysta, karena memang hanya informasi itu yang kudapat dari warung Bu Inah."Bagaimana dia bisa menjadi Pak Lurah?" rasa penasaran tercipta di benak Dysta. Sepertinya Dysta masih tak percaya dengan ceritaku.Aku tak tahu bagaimana ceritanya mantan tukang taman rumah ini menjadi Pak Lurah. Hanya ada satu cara mengetahui bagaimana ceritanya. Aku harus bertanya kepada penulis cerita ini, mungkin dia tahu bagaimana ceritanya.Apa? Mau tanya kepadaku tentang Cerita Pak Lu

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   WARUNG BU INAH

    "Kamu Joni, kan?" tanya laki-laki yang duduk di sebelahku ketika aku baru masuk ke warung Bu Inah. Laki-laki berumur sekitar setengah abad itu memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki, mungkin sedang menelusuri maksud kedanganku kesini."Iya, benar," jawabku agak risih dilihat seperti itu. Dua orang lainnya juga memandang aku dengan cara yang sama. Detak jantungku mulai berlompatan kemana-mana, tapi aku tetap berusaha terlihat biasa aja di depan mereka."Kamu sudah sehat?" salah satu dari dua orang yang duduk di sebelahnya mengajukan pertannyaan yang terdengar aneh bagiku."Bagaimana mereka tahu kalau aku baru sembuh?" timbul tanda tanya di pikiranku."Apakah mereka mengenalku?" muncul satu pertannyaan lagi walaupun belum ada jawaban dari pertanyaan sebelumnya.Kedatangannku ke warung Bu Inah bermaksud untuk mencari tahu siap

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KURA-KURA MILIK DYSTA

    "Bagaimana ceritanya mamamu tega memasukkan ayahmu ke dalam kurungan itu?" terucap tanya di bibirku kepada Dysta yang sedang memandangi langit hitam dengan mata nanar. Dari balik matanya aku tahu ada yang sedang disembunyikannya, atau sebenarnya Dysta ingin bercerita sesuatu tapi tak tahu harus mengawalinya dari mana."Dulu ada seorang tukang taman bekerja di rumah ini, namanya Pak Darto. Dia sangat dekat dengan mama, aku pun sangat dekat dengannya. Jika ada waktu luang, Pak Darto selalu mengajak aku main. Aku sangat senang bermain dengan Pak Darto. Usiaku masih sebelas tahun ketika itu," bibir Dysta membentuk lengkungan senyum yang sangat indah ketika bercerita.Namun, air mata seakan tak menunggu persetujuan dari Dysta untuk meluncur keluar, buliran hangat itu mengalir deras di tengah senyuman Dysta. Aku sungguh tak paham apa yang sedang dirasakan Dysta, lagi sedih ataukah senang.Pikira

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENGUNGKAP IDENTITAS LAKI-LAKI TUA (POV GULA PASIR)

    Aku dan ratusan juta butir gula ditampung dalam satu wadah oleh perempuan cantik, bermata belok dengan bulu mata lentik, berbibir tipis, bersenyum manis, berhidung mancung, dengan tubuh sintal, seakan membopong dua bola ketika menyilangkan kedua tangannya di depan. Panas, pengap, tanpa ada sirkulasi udara, sesak, sakit di sekujur tubuh akibat saling tumpang tindih, betapa menderitanya berada di dunia ini.Keadaan seperti ini bukan hanya sekali dua kali kami alami, tapi berulang-ulang kali. Kami akan menceritakan bagaimana roda kehidupan berputar dalam hidup kami. Kami lahir sebagai tebu yang ditanam, dirawat dan disayangi oleh penanam kami. Disiram, dipupuk, dibersihkan dan dilindungi dari ancaman semut dan serangga-serangga yang berniat buruk kepada kami. Sampai beberapa bulan hingga kami tumbuh dewasa dan terlihat matang dimata penanam kami.Masa-masa itu adalah masa bahagia bagi kami, bisa berkumpul dan tumbuh dengan jut

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MERTUAKU TUKANG FITNAH HANDAL

    Hari mulai petang, matahari sudah mulai condong ke barat, ke tempat Sun Go Kong dan teman-temannya mencari kitab suci. Sudah pasti cahayanya mulai redup tak secerah tengah hari tadi. Langit berwarna merah jingga sudah menjadi cerita lama. Sayangnya aku masih tak tahu siapa namaku, Dysta tak pernah memberitahu siapa namaku, kecuali tadi pagi dia menyebutku sebagai 'Mas Joko', tapi tak memberitahu kelanjutan dari nama itu.Dari sepengetahuanku, 'Joni' adalah nama jenis kelamin laki-laki yang berasal dari jawa. Mungkin ayah dan ibuku adalah orang jawa karena memberikan nama 'Joko' untukku. Aku sama sekali tak mempersoalkan nama itu."Bagaimana jika ternyata ayahku adalah seorang pertapa dari jawa?"tiba-tiba terbesit satu pertanyaan di dalam pikiranku. Aku tak tahu darimana datangnya pikiran itu. Namun penulis kisah ini pasti mendengar semua yang ada di dalam pikiranku. Sialnya lagi, penulis itu membenciku.

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   NENEK PEMAKAN DAUN SIRIH ITU MERTUAKU

    "Siapa aku?" pertanyaan yang tinggal di dalam benakku sejak seminggu yang lalu. Kini berubah menjadi rasa penasaran yang sangat butuh adanya satu jawaban. Mirisnya, sampai sekarang masih tak menemukan jawaban yang bisa melepaskan rasa penasaran itu dari dalam benakku.Kepalaku masih sering sakit, tubuhku masih sangat lemah untuk mencari jawaban dari pertanyaanku. Hari-hari kulewati hanya dengan berbaring menghitung matahari terbit dan tenggelam sambil memendam rasa penasaranku di dalam kalbu.Tak sia-sia aku menghitung matahari terbit dan tenggelam, aku menjadi tahu bahwa tujuh kali matahari terbit dan tujuh kali matahari tenggelam telah kulalui di dalam kamar. Tubuhku masih terasa sangat lemah dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Baru kemarin kakiku mulai bisa menginjakkan tanah.Hari ini aku bangun agak pagi dari biasanya, penunjuk waktu di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh. Matah

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   PENULIS ITU SEPERTINYA MEMBENCIKU

    "Dimana aku?" terbesit tanya di pikiranku. Dengan mata yang masih sulit terbuka, kulihat cahaya terang masuk dari sela-sela jendela yang tirainya sedikit terbuka, sepertinya sekarang ini adalah pagi yang sangat cerah. Sinar mentari begitu hangat masuk ke sela-sela jendela menghangatkan keningku. Semakin lama hangatnya semakin menusuk dan terasa hampir membakar kulit di dahiku. Aku berusaha duduk dengan maksud menutup tirai jendela yang sedikit terbuka, namun tak bisa.Kutengok jam dinding masih menunjukkan pukul setengah sembilan, masih cukup pagi bagiku untuk melanjutkan tidur lagi dalam keadaan seperti ini. Kepalaku masih terasa berat dan masih terasa sangat pusing untuk bisa ku angkat. Aku berusaha mengangkat namun sia-sia, kepalaku masih lengket dengan bantal yang menyanggah kepalaku dari bawah. Aku hanya bisa pasrah untuk memejamkan mata.Terdengar langkah kaki masuk ke dalam kamarku, semakin lama langkah itu terdengar

DMCA.com Protection Status