Share

WARUNG BU INAH

Penulis: Pangeran_Cinta
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-04 10:36:37

"Kamu Joni, kan?" tanya laki-laki yang duduk di sebelahku ketika aku baru masuk ke warung Bu Inah. Laki-laki berumur sekitar setengah abad itu memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki, mungkin sedang menelusuri maksud kedanganku kesini.

 

"Iya, benar," jawabku agak risih dilihat seperti itu. Dua orang lainnya juga memandang aku dengan cara yang sama. Detak jantungku mulai berlompatan kemana-mana, tapi aku tetap berusaha terlihat biasa aja di depan mereka.

 

"Kamu sudah sehat?" salah satu dari dua orang yang duduk di sebelahnya mengajukan pertannyaan yang terdengar aneh bagiku. 

 

"Bagaimana mereka tahu kalau aku baru sembuh?" timbul tanda tanya di pikiranku.

 

"Apakah mereka mengenalku?" muncul satu pertannyaan lagi walaupun belum ada jawaban dari pertanyaan sebelumnya.

 

Kedatangannku ke warung Bu Inah bermaksud untuk mencari tahu siapa tukang taman yang telah membunuh isteri dan anak pemilik rumah. Di tempat ini sepertinya aku bisa memperoleh banyak informasi dari mereka.

 

"Iya. Aku baru sembuh sekitar dua minggu yang lalu," jawabku kepada orang yang bertanya kepadaku.

 

"Kamu masih mengenalku?" satu pertanyaan lagi dari orang ketiga yang duduk di meja itu.

 

"Tidak. Aku kehilangan ingatanku," sahutku sambil makan pisang goreng bikinan Bu Inah.

 

"Bu Inah, aku pesan satu kopi goyangnya, ya?" teriakku kepada Bu Inah yang sedang berada di dapur.

 

Dari yang aku dengar, kopi bikinan Bu Inah sangat istimewa karena cara pengadukannya sangat berbeda. Bu Inah selalu membaca jampi-jampi ketika tangan kiri memegang dan mendiamkan sendok di tengah cangkir, sedangkan tangan kanan Bu Inah dengan semangatnya menggoyang dan menggeyol cangkirnya searah jarum jam. Kedua bibir Bu Inah selalu terlihat komat-kamit, dibarengi pinggul yang juga ikut bergoyang dan bergeyol mengikuti irama putaran cangkirnya. Orang-orang biasa menyebutnya dengan kopi goyang Bu Inah.

 

Setelah tercium aroma kopi yang khas, Bu Inah mengangkat sendok dari dalam cangir, menempelkan dari pangkal hingga ke ujung lidahnya sebagai ritual terakhir untuk mencicipi rasa kopi goyangnya sebelum dipersembahkan kepada pembeli. 

 

"Kopi goyang sudah siap, Mas Joni!" teriak Bu Inah dari dapur. 

 

Aku sudah tak sabar mencicipi kopi goyang Bu Inah. Jujur aku sangat penasaran dengan rasa kopi hasil goyangan dan geyolan Bu Inah, benar-benar istimewa atau hanya sekedar 'hoax' belaka. Belum sempat aku mencicipi kopinya, pak tua yang berada di hadapanku berdiri dan mengulurkan tangannya.

 

"Aku Darsono, yang baju merah Tejo, dan yang kaos putih Minto," tutur Pak Darsono memperkenalkan diri dan kedua temannya yang duduk di sampingnya. Umur mereka kelihatannya sama, hanya Tejo yang terlihat lebih muda dari keduanya. Kuperkirakan umur Tejo dan umurku tak jauh berbeda.

 

"Dulu Tejo pernah meminang Dysta, tapi batal nikah karena tak mendapat restu dari mamanya Dysta," ucap Pak Darsono sambil tertawa. Pak Minto dan Tejo pun ikut tertawa.

 

"Sampai sekarang aku masih teringat mata belok, bulu mata lentik, dua lesung pipi, dan senyum manis Dysta yang menggerogoti tubuhku. Sepertinya aku tidak salah meminangnya," sahut Tejo sambil tertawa.

 

"Hubungan Tejo dengan Dysta tak bertahan lama, Tejo takut disemprot dengan daun sirih dan buah pinang oleh mamanya Dysta" Pak Minto menimpali ucapan Tejo. Kemudian mereka bertiga kembali tertawa bersama.

 

"Tapi untungnya Surti si Janda Kembang mendengar curhatanku dan mau bersanding di pelaminan menggantikan Dysta," balas Tejo dengan bangganya.

 

"Tapi Surti beranak dua, sedangkan Dysta masih perawan ting-ting," kata Pak Darsono kemudian tertawa.

 

"Maka dari itu sampai sekarang aku masih teringat mata belok, bulu mata lentik, dua lesung pipi, dan senyum manis Dysta yang menggerogoti tubuhku. Sepertinya aku tidak salah pernah meminangnya," sahut Tejo sambil memutar-mutar potongan pisang goreng yang tinggal setengah. Mereka kembali tertawa. Tejo juga terlihat tertawa bersama mereka. 

 

Aku suka tipe orang seperti Tejo yang dengan bangga menertawakan dirinya. Sekarang sudah jarang ada tipe orang seperti Tejo, kebanyakan tipe orang di pasaran adalah suka menertawakan orang lain daripada menertawakan dirinya.

 

Aku pun ikut tertawa bersama mereka, bahkan tawaku lebih keras dari tawa mereka. Aku tertawa karena Tejo sampai sekarang masih teringat mata belok, bulu mata lentik, dua lesung pipi, dan senyum manis Dysta yang menggerogoti tubuhnya. Sepertinya dia salah pernah meminangnya.

 

Tubuh Tejo sekarang benar-benar tinggal tulang-belulang dan kentut saja. Senyum manis Dysta telah tega menggerogoti tubuhnya, bahkan sampai ke dalam tulang-tulangnya. Kemudian tawaku kembali membahana.

 

"Apakah ada yang mengenal tukang taman yang pernah bekerja di rumah besar seberang sana?" potongku kepada mereka. Tiba-tiba mereka berhenti tertawa, suara bergemuruh menjadi hening seketika. Bagai angin puting beliung yang telah memporak-porandakan seisi warung sudah pergi dan berpindah, hanya meninggalkan angin sepoi-sepoi yang tenang, hening, hanya sisa buing-buing kulit kacang dan putung rokok yang masih mengepul mengeluarkan asap tanpa suara.

 

"Maksudmu Pak Dasuki?" celetuk Tejo memecahkan keheningan.

 

"Dia sekarang menjadi Lurah di desa ini," timpal Pak Darsono sambil minum kopi dari tatakannya.

 

"Agak sulit menemui Pak Dasuki saat ini, beliau sangat memilih-milih tamunya. Misalnya kami-kami yang datang ke rumahnya, kemungkinan besar hanya ditemui oleh anak buahnya," ujar Tejo setelah menyulut rokok kretek yang diapit dengan kedua ujung jarinya.

 

"Kenapa kamu menanyakan Pak Dasuki?" cakap Pak Minto sambil memandang kembali tubuhku dari atas sampai bawah, seolah belum pernah bertemu denganku sebelumnya. Mungkin dia sedang menggerayangi maksud dari pertanyaanku.

 

"Aku ingin mengetahui cerita tentang rumah besar yang berada disana, ada orang tua yang sedang dikurung di bangunan kecil yang ada di belakang rumah," paparku kepada mereka.

 

"Oh, Supardi? Dia adalah ayah Dysta. Dia punya rumah di dekat sini, tapi sudah diambil alih oleh Pak Lurah karena Supardi telah dianggap gila semenjak sering berkunjung ke rumah besar yang ada disana," ungkap Pak Darsono sambil membersihkan sisa makanan di sela-sela giginya. Mengambil kotoran yang tertancap di ujung tusuk gigi dengan tangannya, membaunya, kemudian membuangnya di kolong meja.

 

"Apakah Pak Lurah terlibat dengan kejadian itu?" tanyaku untuk menghilangkan rasa penasaran yang sudah memuncak sampai di ujung kepala.

 

"Sudah pasti terlibat. Pak Lurah yang menyeret, memasukkan ke dalam mobil, dan membawanya ke rumah besar yang ada di sana untuk mengurungnya," sambung Pak Minto dengan santainya.

 

"Mamanya Dysta bagaimana?" lanjutku bertanya.

 

"Justru Durgandini-lah yang mengusulkan agar suaminya dikurung di sana. Kami mencium ada bau kedekatan antara Pak Lurah dengan Durgandini," penjelasan Pak Minto masih dengan santainya.

 

Ternyata nama nenek tua pemakan sirih itu adalah Durgandini, seperti nama penyihir tua yang ada di sinetron Angling Dharma. Namun aku merasa sedikit lega. Aku sudah menemukan garis merah atas kejadian ini, setidaknya aku punya bahan obrolan dengan Dysta.

 

Aku akan menyusun sebuah sebuah rencana dengan Dysta. Aku pamit kepada ketiga bapak-bapak yang ada di warung Bu Inah. Bersalaman sebelum akhirnya mengundurkan diri dari sana.

 

"Bu Inah, ini uangnya. Sekalian bayar punya bapak-bapak yang ada di sana, ya. Kembaliannya untuk Bu Inah," ucapku kepada Bu Inah sambil memberi selembar uang berwarna merah.

 

"Terima kasih, Mas Joni," sahut Bu Inah sambil menunjukkan semua gigi depannya. Senyum Bu Inah juga sangat indah meskipun masih kalah dengan senyum manis Dysta.

 

"Nitip salam kepada Dysta, ya! Sampai sekarang aku masih teringat mata belok, bulu mata lentik, dua lesung pipi, dan senyum manis Dysta yang menggerogoti tubuhku. Sepertinya aku tidak pernah salah telah meminangnya," teriak Tejo sambil tertawa. Mereka pun turut tertawa. Aku juga terpaksa ikut tertawa walaupun hanya sebatas basa-basi saja.

Bab terkait

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KISAH TENTANG PAK LURAH

    "Dapat informasi apa dari warung Bu Inah, Mas?" tanya Dysta kepadaku setelah masuk rumah. Maklum aku tadi berpamitan mau ngopi ke warung Bu Inah kepada Dysta. Tujuanku untuk mencari informasi tentang mantan tukang taman rumah kepada warga desa."Aku bertemu dengan Pak Darsono, Tejo, dan juga Pak Minto. Mereka bercerita bahwa mantan tukang taman di rumah ini sudah menjadi Pak Lurah di desa," jawabku kepada Dysta, karena memang hanya informasi itu yang kudapat dari warung Bu Inah."Bagaimana dia bisa menjadi Pak Lurah?" rasa penasaran tercipta di benak Dysta. Sepertinya Dysta masih tak percaya dengan ceritaku.Aku tak tahu bagaimana ceritanya mantan tukang taman rumah ini menjadi Pak Lurah. Hanya ada satu cara mengetahui bagaimana ceritanya. Aku harus bertanya kepada penulis cerita ini, mungkin dia tahu bagaimana ceritanya.Apa? Mau tanya kepadaku tentang Cerita Pak Lu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   RENCANA RAHASIA JONI

    "Dysta kemarin bercerita kalau yang memasung Anda adalah istri Anda sendiri. Kalau boleh tahu bagaimana ceritanya, Pak?" pancingku untuk membuatnya bercerita. Dalam hati aku ingin sekali membebaskannya, tapi aku masih tak tahu penyebab pasti yang membuatnya di pasung disini. Beberapa hari yang lalu dia bercerita kalau dia dipasung karena dianggap gila. Namun, aku ingin tahu penyebab yang sebenarnya."Dulu sepulang dari sawah, aku mendengar kabar bahwa pemilik rumah mewah di depan sana telah membunuh anak dan istrinya. Kemudian pemilik rumah mewah itu dianggap sudah gila karena telah membunuh istri dan anaknya. Akhirnya warga desa memasung pemilik rumah mewah itu di sini," dengan lancar dia bercerita. Cerita ini sama dengan cerita yang diucapkan oleh Dysta. Berarti cerita ini bukan hanya isapan jempol belaka."Aku sudah pernah mendengar cerita ini dari Dysta. Lalu apa yang terjadi, Pak?" tanyaku penasaran terhadap kelanjutan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENCARITAHU RUMAH PAK DARMO

    "Apa yang akan Kamu lakukan, Mas?" tanya Dysta penasaran. Dalam hati Dysta ingin mengetahui rencanaku.Kutarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar, "Aku akan melepaskan dan membawa ayahmu pergi dari pasungan.""Apakah aku tidak salah dengar, Mas?" Dysta menanyakan kepastian ucapanku."Iya, tekadku sudah bulat. Namun, aku tak tahu harus membawanya kemana?" Aku mengeluh agar Dysta mau membantuku.Dysta menghela nafas panjang. Diam beberapa detik, kemudian berkata, "Ayah punya satu sahabat di kampung, namanya Pak Darmo.""Pak Darmo?" ucapku memastikan."Iya, Pak Darmo. Beliau adalah sahabat ayah dari kecil, tapi aku tak tahu masih hidup atau sudah meninggal," jawab Dysta.Kuusap kepalanya dan menarik rambutnya ke belakang. Dia memikirkan cara menemukan Pak Darmo di kampung tanpa menimbulkan kecurigaan dari Durgandini -- mertuaku. Aku tak habis pikir, siapa penulis cerita yang tega memberiku mertua perempuan yang jahat. Penulis c

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   PENULIS ITU SEPERTINYA MEMBENCIKU

    "Dimana aku?" terbesit tanya di pikiranku. Dengan mata yang masih sulit terbuka, kulihat cahaya terang masuk dari sela-sela jendela yang tirainya sedikit terbuka, sepertinya sekarang ini adalah pagi yang sangat cerah. Sinar mentari begitu hangat masuk ke sela-sela jendela menghangatkan keningku. Semakin lama hangatnya semakin menusuk dan terasa hampir membakar kulit di dahiku. Aku berusaha duduk dengan maksud menutup tirai jendela yang sedikit terbuka, namun tak bisa.Kutengok jam dinding masih menunjukkan pukul setengah sembilan, masih cukup pagi bagiku untuk melanjutkan tidur lagi dalam keadaan seperti ini. Kepalaku masih terasa berat dan masih terasa sangat pusing untuk bisa ku angkat. Aku berusaha mengangkat namun sia-sia, kepalaku masih lengket dengan bantal yang menyanggah kepalaku dari bawah. Aku hanya bisa pasrah untuk memejamkan mata.Terdengar langkah kaki masuk ke dalam kamarku, semakin lama langkah itu terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   NENEK PEMAKAN DAUN SIRIH ITU MERTUAKU

    "Siapa aku?" pertanyaan yang tinggal di dalam benakku sejak seminggu yang lalu. Kini berubah menjadi rasa penasaran yang sangat butuh adanya satu jawaban. Mirisnya, sampai sekarang masih tak menemukan jawaban yang bisa melepaskan rasa penasaran itu dari dalam benakku.Kepalaku masih sering sakit, tubuhku masih sangat lemah untuk mencari jawaban dari pertanyaanku. Hari-hari kulewati hanya dengan berbaring menghitung matahari terbit dan tenggelam sambil memendam rasa penasaranku di dalam kalbu.Tak sia-sia aku menghitung matahari terbit dan tenggelam, aku menjadi tahu bahwa tujuh kali matahari terbit dan tujuh kali matahari tenggelam telah kulalui di dalam kamar. Tubuhku masih terasa sangat lemah dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Baru kemarin kakiku mulai bisa menginjakkan tanah.Hari ini aku bangun agak pagi dari biasanya, penunjuk waktu di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh. Matah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MERTUAKU TUKANG FITNAH HANDAL

    Hari mulai petang, matahari sudah mulai condong ke barat, ke tempat Sun Go Kong dan teman-temannya mencari kitab suci. Sudah pasti cahayanya mulai redup tak secerah tengah hari tadi. Langit berwarna merah jingga sudah menjadi cerita lama. Sayangnya aku masih tak tahu siapa namaku, Dysta tak pernah memberitahu siapa namaku, kecuali tadi pagi dia menyebutku sebagai 'Mas Joko', tapi tak memberitahu kelanjutan dari nama itu.Dari sepengetahuanku, 'Joni' adalah nama jenis kelamin laki-laki yang berasal dari jawa. Mungkin ayah dan ibuku adalah orang jawa karena memberikan nama 'Joko' untukku. Aku sama sekali tak mempersoalkan nama itu."Bagaimana jika ternyata ayahku adalah seorang pertapa dari jawa?"tiba-tiba terbesit satu pertanyaan di dalam pikiranku. Aku tak tahu darimana datangnya pikiran itu. Namun penulis kisah ini pasti mendengar semua yang ada di dalam pikiranku. Sialnya lagi, penulis itu membenciku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENGUNGKAP IDENTITAS LAKI-LAKI TUA (POV GULA PASIR)

    Aku dan ratusan juta butir gula ditampung dalam satu wadah oleh perempuan cantik, bermata belok dengan bulu mata lentik, berbibir tipis, bersenyum manis, berhidung mancung, dengan tubuh sintal, seakan membopong dua bola ketika menyilangkan kedua tangannya di depan. Panas, pengap, tanpa ada sirkulasi udara, sesak, sakit di sekujur tubuh akibat saling tumpang tindih, betapa menderitanya berada di dunia ini.Keadaan seperti ini bukan hanya sekali dua kali kami alami, tapi berulang-ulang kali. Kami akan menceritakan bagaimana roda kehidupan berputar dalam hidup kami. Kami lahir sebagai tebu yang ditanam, dirawat dan disayangi oleh penanam kami. Disiram, dipupuk, dibersihkan dan dilindungi dari ancaman semut dan serangga-serangga yang berniat buruk kepada kami. Sampai beberapa bulan hingga kami tumbuh dewasa dan terlihat matang dimata penanam kami.Masa-masa itu adalah masa bahagia bagi kami, bisa berkumpul dan tumbuh dengan jut

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KURA-KURA MILIK DYSTA

    "Bagaimana ceritanya mamamu tega memasukkan ayahmu ke dalam kurungan itu?" terucap tanya di bibirku kepada Dysta yang sedang memandangi langit hitam dengan mata nanar. Dari balik matanya aku tahu ada yang sedang disembunyikannya, atau sebenarnya Dysta ingin bercerita sesuatu tapi tak tahu harus mengawalinya dari mana."Dulu ada seorang tukang taman bekerja di rumah ini, namanya Pak Darto. Dia sangat dekat dengan mama, aku pun sangat dekat dengannya. Jika ada waktu luang, Pak Darto selalu mengajak aku main. Aku sangat senang bermain dengan Pak Darto. Usiaku masih sebelas tahun ketika itu," bibir Dysta membentuk lengkungan senyum yang sangat indah ketika bercerita.Namun, air mata seakan tak menunggu persetujuan dari Dysta untuk meluncur keluar, buliran hangat itu mengalir deras di tengah senyuman Dysta. Aku sungguh tak paham apa yang sedang dirasakan Dysta, lagi sedih ataukah senang.Pikira

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02

Bab terbaru

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENCARITAHU RUMAH PAK DARMO

    "Apa yang akan Kamu lakukan, Mas?" tanya Dysta penasaran. Dalam hati Dysta ingin mengetahui rencanaku.Kutarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar, "Aku akan melepaskan dan membawa ayahmu pergi dari pasungan.""Apakah aku tidak salah dengar, Mas?" Dysta menanyakan kepastian ucapanku."Iya, tekadku sudah bulat. Namun, aku tak tahu harus membawanya kemana?" Aku mengeluh agar Dysta mau membantuku.Dysta menghela nafas panjang. Diam beberapa detik, kemudian berkata, "Ayah punya satu sahabat di kampung, namanya Pak Darmo.""Pak Darmo?" ucapku memastikan."Iya, Pak Darmo. Beliau adalah sahabat ayah dari kecil, tapi aku tak tahu masih hidup atau sudah meninggal," jawab Dysta.Kuusap kepalanya dan menarik rambutnya ke belakang. Dia memikirkan cara menemukan Pak Darmo di kampung tanpa menimbulkan kecurigaan dari Durgandini -- mertuaku. Aku tak habis pikir, siapa penulis cerita yang tega memberiku mertua perempuan yang jahat. Penulis c

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   RENCANA RAHASIA JONI

    "Dysta kemarin bercerita kalau yang memasung Anda adalah istri Anda sendiri. Kalau boleh tahu bagaimana ceritanya, Pak?" pancingku untuk membuatnya bercerita. Dalam hati aku ingin sekali membebaskannya, tapi aku masih tak tahu penyebab pasti yang membuatnya di pasung disini. Beberapa hari yang lalu dia bercerita kalau dia dipasung karena dianggap gila. Namun, aku ingin tahu penyebab yang sebenarnya."Dulu sepulang dari sawah, aku mendengar kabar bahwa pemilik rumah mewah di depan sana telah membunuh anak dan istrinya. Kemudian pemilik rumah mewah itu dianggap sudah gila karena telah membunuh istri dan anaknya. Akhirnya warga desa memasung pemilik rumah mewah itu di sini," dengan lancar dia bercerita. Cerita ini sama dengan cerita yang diucapkan oleh Dysta. Berarti cerita ini bukan hanya isapan jempol belaka."Aku sudah pernah mendengar cerita ini dari Dysta. Lalu apa yang terjadi, Pak?" tanyaku penasaran terhadap kelanjutan

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KISAH TENTANG PAK LURAH

    "Dapat informasi apa dari warung Bu Inah, Mas?" tanya Dysta kepadaku setelah masuk rumah. Maklum aku tadi berpamitan mau ngopi ke warung Bu Inah kepada Dysta. Tujuanku untuk mencari informasi tentang mantan tukang taman rumah kepada warga desa."Aku bertemu dengan Pak Darsono, Tejo, dan juga Pak Minto. Mereka bercerita bahwa mantan tukang taman di rumah ini sudah menjadi Pak Lurah di desa," jawabku kepada Dysta, karena memang hanya informasi itu yang kudapat dari warung Bu Inah."Bagaimana dia bisa menjadi Pak Lurah?" rasa penasaran tercipta di benak Dysta. Sepertinya Dysta masih tak percaya dengan ceritaku.Aku tak tahu bagaimana ceritanya mantan tukang taman rumah ini menjadi Pak Lurah. Hanya ada satu cara mengetahui bagaimana ceritanya. Aku harus bertanya kepada penulis cerita ini, mungkin dia tahu bagaimana ceritanya.Apa? Mau tanya kepadaku tentang Cerita Pak Lu

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   WARUNG BU INAH

    "Kamu Joni, kan?" tanya laki-laki yang duduk di sebelahku ketika aku baru masuk ke warung Bu Inah. Laki-laki berumur sekitar setengah abad itu memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki, mungkin sedang menelusuri maksud kedanganku kesini."Iya, benar," jawabku agak risih dilihat seperti itu. Dua orang lainnya juga memandang aku dengan cara yang sama. Detak jantungku mulai berlompatan kemana-mana, tapi aku tetap berusaha terlihat biasa aja di depan mereka."Kamu sudah sehat?" salah satu dari dua orang yang duduk di sebelahnya mengajukan pertannyaan yang terdengar aneh bagiku."Bagaimana mereka tahu kalau aku baru sembuh?" timbul tanda tanya di pikiranku."Apakah mereka mengenalku?" muncul satu pertannyaan lagi walaupun belum ada jawaban dari pertanyaan sebelumnya.Kedatangannku ke warung Bu Inah bermaksud untuk mencari tahu siap

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KURA-KURA MILIK DYSTA

    "Bagaimana ceritanya mamamu tega memasukkan ayahmu ke dalam kurungan itu?" terucap tanya di bibirku kepada Dysta yang sedang memandangi langit hitam dengan mata nanar. Dari balik matanya aku tahu ada yang sedang disembunyikannya, atau sebenarnya Dysta ingin bercerita sesuatu tapi tak tahu harus mengawalinya dari mana."Dulu ada seorang tukang taman bekerja di rumah ini, namanya Pak Darto. Dia sangat dekat dengan mama, aku pun sangat dekat dengannya. Jika ada waktu luang, Pak Darto selalu mengajak aku main. Aku sangat senang bermain dengan Pak Darto. Usiaku masih sebelas tahun ketika itu," bibir Dysta membentuk lengkungan senyum yang sangat indah ketika bercerita.Namun, air mata seakan tak menunggu persetujuan dari Dysta untuk meluncur keluar, buliran hangat itu mengalir deras di tengah senyuman Dysta. Aku sungguh tak paham apa yang sedang dirasakan Dysta, lagi sedih ataukah senang.Pikira

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENGUNGKAP IDENTITAS LAKI-LAKI TUA (POV GULA PASIR)

    Aku dan ratusan juta butir gula ditampung dalam satu wadah oleh perempuan cantik, bermata belok dengan bulu mata lentik, berbibir tipis, bersenyum manis, berhidung mancung, dengan tubuh sintal, seakan membopong dua bola ketika menyilangkan kedua tangannya di depan. Panas, pengap, tanpa ada sirkulasi udara, sesak, sakit di sekujur tubuh akibat saling tumpang tindih, betapa menderitanya berada di dunia ini.Keadaan seperti ini bukan hanya sekali dua kali kami alami, tapi berulang-ulang kali. Kami akan menceritakan bagaimana roda kehidupan berputar dalam hidup kami. Kami lahir sebagai tebu yang ditanam, dirawat dan disayangi oleh penanam kami. Disiram, dipupuk, dibersihkan dan dilindungi dari ancaman semut dan serangga-serangga yang berniat buruk kepada kami. Sampai beberapa bulan hingga kami tumbuh dewasa dan terlihat matang dimata penanam kami.Masa-masa itu adalah masa bahagia bagi kami, bisa berkumpul dan tumbuh dengan jut

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MERTUAKU TUKANG FITNAH HANDAL

    Hari mulai petang, matahari sudah mulai condong ke barat, ke tempat Sun Go Kong dan teman-temannya mencari kitab suci. Sudah pasti cahayanya mulai redup tak secerah tengah hari tadi. Langit berwarna merah jingga sudah menjadi cerita lama. Sayangnya aku masih tak tahu siapa namaku, Dysta tak pernah memberitahu siapa namaku, kecuali tadi pagi dia menyebutku sebagai 'Mas Joko', tapi tak memberitahu kelanjutan dari nama itu.Dari sepengetahuanku, 'Joni' adalah nama jenis kelamin laki-laki yang berasal dari jawa. Mungkin ayah dan ibuku adalah orang jawa karena memberikan nama 'Joko' untukku. Aku sama sekali tak mempersoalkan nama itu."Bagaimana jika ternyata ayahku adalah seorang pertapa dari jawa?"tiba-tiba terbesit satu pertanyaan di dalam pikiranku. Aku tak tahu darimana datangnya pikiran itu. Namun penulis kisah ini pasti mendengar semua yang ada di dalam pikiranku. Sialnya lagi, penulis itu membenciku.

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   NENEK PEMAKAN DAUN SIRIH ITU MERTUAKU

    "Siapa aku?" pertanyaan yang tinggal di dalam benakku sejak seminggu yang lalu. Kini berubah menjadi rasa penasaran yang sangat butuh adanya satu jawaban. Mirisnya, sampai sekarang masih tak menemukan jawaban yang bisa melepaskan rasa penasaran itu dari dalam benakku.Kepalaku masih sering sakit, tubuhku masih sangat lemah untuk mencari jawaban dari pertanyaanku. Hari-hari kulewati hanya dengan berbaring menghitung matahari terbit dan tenggelam sambil memendam rasa penasaranku di dalam kalbu.Tak sia-sia aku menghitung matahari terbit dan tenggelam, aku menjadi tahu bahwa tujuh kali matahari terbit dan tujuh kali matahari tenggelam telah kulalui di dalam kamar. Tubuhku masih terasa sangat lemah dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Baru kemarin kakiku mulai bisa menginjakkan tanah.Hari ini aku bangun agak pagi dari biasanya, penunjuk waktu di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh. Matah

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   PENULIS ITU SEPERTINYA MEMBENCIKU

    "Dimana aku?" terbesit tanya di pikiranku. Dengan mata yang masih sulit terbuka, kulihat cahaya terang masuk dari sela-sela jendela yang tirainya sedikit terbuka, sepertinya sekarang ini adalah pagi yang sangat cerah. Sinar mentari begitu hangat masuk ke sela-sela jendela menghangatkan keningku. Semakin lama hangatnya semakin menusuk dan terasa hampir membakar kulit di dahiku. Aku berusaha duduk dengan maksud menutup tirai jendela yang sedikit terbuka, namun tak bisa.Kutengok jam dinding masih menunjukkan pukul setengah sembilan, masih cukup pagi bagiku untuk melanjutkan tidur lagi dalam keadaan seperti ini. Kepalaku masih terasa berat dan masih terasa sangat pusing untuk bisa ku angkat. Aku berusaha mengangkat namun sia-sia, kepalaku masih lengket dengan bantal yang menyanggah kepalaku dari bawah. Aku hanya bisa pasrah untuk memejamkan mata.Terdengar langkah kaki masuk ke dalam kamarku, semakin lama langkah itu terdengar

DMCA.com Protection Status