Beranda / Romansa / PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU / MERTUAKU TUKANG FITNAH HANDAL

Share

MERTUAKU TUKANG FITNAH HANDAL

Penulis: Pangeran_Cinta
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 17:35:49

Hari mulai petang, matahari sudah mulai condong ke barat, ke tempat Sun Go Kong dan teman-temannya mencari kitab suci. Sudah pasti cahayanya mulai redup tak secerah tengah hari tadi. Langit berwarna merah jingga sudah menjadi cerita lama. Sayangnya aku masih tak tahu siapa namaku, Dysta tak pernah memberitahu siapa namaku, kecuali tadi pagi dia menyebutku sebagai 'Mas Joko', tapi tak memberitahu kelanjutan dari nama itu.

 

Dari sepengetahuanku, 'Joni' adalah nama jenis kelamin laki-laki yang berasal dari jawa. Mungkin ayah dan ibuku adalah orang jawa karena memberikan nama 'Joko' untukku. Aku sama sekali tak mempersoalkan nama itu. 

 

"Bagaimana jika ternyata ayahku adalah seorang pertapa dari jawa?" tiba-tiba terbesit satu pertanyaan di dalam pikiranku. Aku tak tahu darimana datangnya pikiran itu. Namun penulis kisah ini pasti mendengar semua yang ada di dalam pikiranku. Sialnya lagi, penulis itu membenciku. Pasti dia yang menulis hal-hal aneh di dalam pikiranku.

 

Aku tak mau terjebak terlalu lama di dalam pikiranku. Bisa saja penulis itu mempunyai satu ide membuatnya menjadi kenyataan. Aku tak mau memberi ikan asin pada kucing garong. Kupilih jalan ke luar kamar, mungkin bisa menghilangkan pikiran-pikiran aneh di dalam otakku.

 

Aku membuka pintu kayu kamarku yang penuh dengan ukiran, kulalui lorong yang sangat panjang penuh dengan lukisan menempel di dindingnya, menuruni anak tangga berkelok-kelok yang jumlahnya hampir seratusan, hingga sampai di sebuah ruangan yang cukup besar dengan sepasang pintu kayu jati berukiran cukup besar sebagai penutupnya. 

 

Guci-guci besar dan patung-patung berukuran besar memenuhi hampir seluruh ruangan. Beberapa pilar besar bermotif emas terpasang sebagai penopang ruangan. Aku sangat kagum dan keheranan bisa tinggal di rumah megah bagai istana kerajaan di dalam sinetron Angling Dharma.

 

Kubuka pintu besar itu, taman yang sangat luas dan juga indah terpampang di depan mata. Dihiasi dengan bunga yang berwarna-warni, ada merah, putih, kuning, dan jingga. Rumput hijau terlihat sangat rapi membalut tanah sebagai lantainya. Ada satu jalan yang lumayan lebar dengan beberapa tiang lampu hias berjajar di tepi kanan dan kirinya membelah taman tepat pada tengahnya. Betapa rapi, bersih dan juga indah taman itu. Membuatku penasaran dan ingin bertanya, siapa sebenarnya tukang tamannya?

 

Kuputar kepalaku ke kanan dan ke kiri, tampak satu jalan kecil mengarah ke samping rumah, aku tak tahu jalan kemana. Kuturuti naluriku untuk menyusuri jalan itu hingga sampai di belakang rumah. Terlihat satu bangunan kecil yang agak jauh dari rumah utama. Harus melalui jalan setapak di tengah taman belakang yang juga di tumbuhi banyak bunga.

 

"Mungkin ada tukang taman yang tinggal disana," praduga timbul di kepalaku.

 

Aku terus menapaki jalan itu hingga sampai di depan bangunan kecil itu yang mirip dengan rumah. Ada satu pintu kecil dan dua buah jendela tertutup tirai putih di sampingnya.

 

'Tok tok tok!'

 

Kuketuk pintu tapi tak ada jawaban dari siapa-siapa. Kuraih gagang pintu dan menurunkannya ke bawah, pintu kecil itu terbuka. Bau debu dan lembab tercium jelas di dalam ruangan. Berdiri satu lagi pintu tertutup di depanku, mungkin pemisah ruang tamu dan ruang tengah. Kuberanikan diri menapakkan kakiku menuju ruangan di balik pintu kayu model lama yang tertup di hadapanku.

 

Perlahan kubuka pintu itu, terdapat lorong dengan tiga pintu tertutup di samping kanannya. Kemungkinan ada sebuah kamar di balik masing-masing pintu-pintu tertutup itu. Tapi ketiga pintunya dikunci dengan gembok besar. Suasana rumah semakin mencekam, beberapa rumah laba-laba bergelantungan menghalangi perjalanan melalui lorong. Plafon di atas kepalaku terlihat sudah usang, bahkan ada beberapa yang sudah berlubang.

 

"Toloong!" kudengar lolongan dari belakang ruangan. Dengan jantung berdebar-debar kucari dari mana suara itu berasal.

 

"Toloong!" kembali kudengar teriakan dari belakang. Kubuka pintu pembatas lorong dengan ruang belakang, kulihat satu ruangan seperti kandang. Seorang laki-laki yang sudah berumur terkurung di dalamnya. Badannya sangat kurus tinggal tulang, wajahnya sangat tirus, tulang pipi sudah menjulang keluar, matanya cekung kehitaman merangsek agak ke dalam, dan rambut putih panjang tumbuh jarang-jarang di atas kepalanya.

 

"Anda siapa?" kuberanikan diri bertanya kepada orang tua itu.

 

"Baskoro." Jawabnya dengan suara bergetar.

 

"Kenapa Anda disini?"

 

"Aku dikurung oleh perempuan tua."

 

"Perempuan pemakan daun sirih?"

 

"Iya."

 

"Kenapa?" 

 

"Aku mau cerita yang sebenarnya, tapi janji jangan memberitahu siapa-siapa," pintanya sebelum bercerita.

 

"Iya, aku janji tak akan memberitahu siapa-siapa," janjiku kepadanya.

 

"Dulu ada seorang yang sangat tua yang dikurung disini sebelum aku. Dia difitnah, dibilang sudah gila oleh nenek tua itu."

 

"Darimana Anda tahu kalau dia difitnah?"

 

"Aku sering ngobrol dengan dia."

 

"Dengan orang gila?" tanyaku masih tak percaya.

 

"Tidak! Dia bercerita kalau dirinya tidak gila. Dia adalah pemilik rumah utama, nenek itu sebagai pembantunya. Tapi nenek itu bilang kepada warga bahwa dia sudah gila, dia telah membunuh anak dan isterinya. Maka warga menangkap dia, menghajar hingga babak belur dan mengurungnya disini. Warga takut dia mengulangi perbuatannya kepada warga."

 

"Apa hubungannya dengan Anda?"

 

"Aku sering menengok untuk memberi makan dan minum kepada dia. Kami sering ngobrol, kadang aku hanya menjadi pendengar yang baik untuk dia. Suatu hari dia berpesan untuk tidak menceritakan kisahnya kepada siapa-siapa. Aku pun menuruti pesannya untuk tidak bercerita kepada siapa-siapa."

 

"Terus apa yang terjadi?"

 

"Suatu ketika ada seseorang yang bekerja sebagai tukang taman memergokiku sedang ngobrol bersama dia. Dia mengira hanya orang gila yang bisa mengerti omongan orang gila lainnya. Dia memberitahu seluruh warga bahwa aku sudah gila."

 

"Hanya karena itu Anda dianggap gila?"

 

"Tidak. Waktu di warung kopi Buk Inah, ada dia bersama beberapa warga sedang ngopi disana sebelum aku datang untuk ngopi juga. Mereka berbisik bahwa ada orang gila baru datang untuk ngopi bersama mereka. Aku hanya bisa menahan diri agar tidak marah, karena mereka tidak tahu yang sebenarnya."

 

"Lalu?"

 

"Ada satu orang dari mereka melarangku untuk memesan kopi dan memaksaku keluar, karena dia menganggap aku sudah gila. Aku tidak terima kata-katanya, aku terpaksa menceritakan yang sebenarnya kepada mereka. Anehnya tak satupun dari mereka mempercayai ceritaku, bahkan mereka bilang aku benar-benar gila telah mempercayai cerita dari orang gila. Lalu sebagian besar dari mereka tertawa, bahkan ada yang tertawa sambil meledekku."

 

"Anda tetap menceritakan kebenarannya kepada mereka?" rasa penasaranku memuncak.

 

"Tidak. Aku sangat marah kepada mereka, aku gulingkan meja di hadapan mereka, kubanting nampan yang berisi gorengan dan kulempar gelas-gelas di atas meja lainnya, aku teriak sekuat tenaga untuk memaki mereka."

 

"Lalu, apa yang terjadi?"

 

"Mereka terus saja tertawa terbahak-bahak. Mereka bilang inilah buktinya bahwa aku sudah gila. Kemudian beberapa dari mereka memegang kedua tanganku, sebagian yang lain memukuliku hingga aku tersungkur dan pingsan."

 

"Lalu?" aku terpaksa bertanya karena aku sangat tertarik dengan cerita itu. Dia diam beberapa saat. Aku juga diam menunggu jawaban yang akan diucapkannya. Suasana berubah menjadi hening, hanya terdengar suara jangkrik. Tak lama kemudian dia menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.

 

"Ketika aku sadar, aku sudah terkurung di tempat ini. Orang gila di sampingku tersenyum, kemudian tertawa melihatku. Makin lama tawanya makin keras, aku pun ikut tertawa menikmati sisa-sisa waktuku bersama orang gila." Jawabnya sambil menangis atau tertawa tak begitu jelas bagiku. Tertawanya sangat keras, terbahak-bahak disertai air mata, tapi terisak di akhir tawanya.

 

"Kemana dia sekarang?"

 

"Dia sudah lama meninggal dunia," tuturnya sambil menunduk menghapus air mata yang masih saja deras mengalir dari matanya yang sudah ambles ke dalam tengkoraknya.

 

Aku berdiri, meninggalkan dia. Aku tak ingin membuka luka lama laki-laki tua di hadapanku. Tak sanggup melihat dia tertawa sambil tersedu-sedu. Aku kembali ke rumah utama untuk mencari tahu kebenarannya.

Bab terkait

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENGUNGKAP IDENTITAS LAKI-LAKI TUA (POV GULA PASIR)

    Aku dan ratusan juta butir gula ditampung dalam satu wadah oleh perempuan cantik, bermata belok dengan bulu mata lentik, berbibir tipis, bersenyum manis, berhidung mancung, dengan tubuh sintal, seakan membopong dua bola ketika menyilangkan kedua tangannya di depan. Panas, pengap, tanpa ada sirkulasi udara, sesak, sakit di sekujur tubuh akibat saling tumpang tindih, betapa menderitanya berada di dunia ini.Keadaan seperti ini bukan hanya sekali dua kali kami alami, tapi berulang-ulang kali. Kami akan menceritakan bagaimana roda kehidupan berputar dalam hidup kami. Kami lahir sebagai tebu yang ditanam, dirawat dan disayangi oleh penanam kami. Disiram, dipupuk, dibersihkan dan dilindungi dari ancaman semut dan serangga-serangga yang berniat buruk kepada kami. Sampai beberapa bulan hingga kami tumbuh dewasa dan terlihat matang dimata penanam kami.Masa-masa itu adalah masa bahagia bagi kami, bisa berkumpul dan tumbuh dengan jut

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KURA-KURA MILIK DYSTA

    "Bagaimana ceritanya mamamu tega memasukkan ayahmu ke dalam kurungan itu?" terucap tanya di bibirku kepada Dysta yang sedang memandangi langit hitam dengan mata nanar. Dari balik matanya aku tahu ada yang sedang disembunyikannya, atau sebenarnya Dysta ingin bercerita sesuatu tapi tak tahu harus mengawalinya dari mana."Dulu ada seorang tukang taman bekerja di rumah ini, namanya Pak Darto. Dia sangat dekat dengan mama, aku pun sangat dekat dengannya. Jika ada waktu luang, Pak Darto selalu mengajak aku main. Aku sangat senang bermain dengan Pak Darto. Usiaku masih sebelas tahun ketika itu," bibir Dysta membentuk lengkungan senyum yang sangat indah ketika bercerita.Namun, air mata seakan tak menunggu persetujuan dari Dysta untuk meluncur keluar, buliran hangat itu mengalir deras di tengah senyuman Dysta. Aku sungguh tak paham apa yang sedang dirasakan Dysta, lagi sedih ataukah senang.Pikira

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   WARUNG BU INAH

    "Kamu Joni, kan?" tanya laki-laki yang duduk di sebelahku ketika aku baru masuk ke warung Bu Inah. Laki-laki berumur sekitar setengah abad itu memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki, mungkin sedang menelusuri maksud kedanganku kesini."Iya, benar," jawabku agak risih dilihat seperti itu. Dua orang lainnya juga memandang aku dengan cara yang sama. Detak jantungku mulai berlompatan kemana-mana, tapi aku tetap berusaha terlihat biasa aja di depan mereka."Kamu sudah sehat?" salah satu dari dua orang yang duduk di sebelahnya mengajukan pertannyaan yang terdengar aneh bagiku."Bagaimana mereka tahu kalau aku baru sembuh?" timbul tanda tanya di pikiranku."Apakah mereka mengenalku?" muncul satu pertannyaan lagi walaupun belum ada jawaban dari pertanyaan sebelumnya.Kedatangannku ke warung Bu Inah bermaksud untuk mencari tahu siap

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KISAH TENTANG PAK LURAH

    "Dapat informasi apa dari warung Bu Inah, Mas?" tanya Dysta kepadaku setelah masuk rumah. Maklum aku tadi berpamitan mau ngopi ke warung Bu Inah kepada Dysta. Tujuanku untuk mencari informasi tentang mantan tukang taman rumah kepada warga desa."Aku bertemu dengan Pak Darsono, Tejo, dan juga Pak Minto. Mereka bercerita bahwa mantan tukang taman di rumah ini sudah menjadi Pak Lurah di desa," jawabku kepada Dysta, karena memang hanya informasi itu yang kudapat dari warung Bu Inah."Bagaimana dia bisa menjadi Pak Lurah?" rasa penasaran tercipta di benak Dysta. Sepertinya Dysta masih tak percaya dengan ceritaku.Aku tak tahu bagaimana ceritanya mantan tukang taman rumah ini menjadi Pak Lurah. Hanya ada satu cara mengetahui bagaimana ceritanya. Aku harus bertanya kepada penulis cerita ini, mungkin dia tahu bagaimana ceritanya.Apa? Mau tanya kepadaku tentang Cerita Pak Lu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   RENCANA RAHASIA JONI

    "Dysta kemarin bercerita kalau yang memasung Anda adalah istri Anda sendiri. Kalau boleh tahu bagaimana ceritanya, Pak?" pancingku untuk membuatnya bercerita. Dalam hati aku ingin sekali membebaskannya, tapi aku masih tak tahu penyebab pasti yang membuatnya di pasung disini. Beberapa hari yang lalu dia bercerita kalau dia dipasung karena dianggap gila. Namun, aku ingin tahu penyebab yang sebenarnya."Dulu sepulang dari sawah, aku mendengar kabar bahwa pemilik rumah mewah di depan sana telah membunuh anak dan istrinya. Kemudian pemilik rumah mewah itu dianggap sudah gila karena telah membunuh istri dan anaknya. Akhirnya warga desa memasung pemilik rumah mewah itu di sini," dengan lancar dia bercerita. Cerita ini sama dengan cerita yang diucapkan oleh Dysta. Berarti cerita ini bukan hanya isapan jempol belaka."Aku sudah pernah mendengar cerita ini dari Dysta. Lalu apa yang terjadi, Pak?" tanyaku penasaran terhadap kelanjutan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENCARITAHU RUMAH PAK DARMO

    "Apa yang akan Kamu lakukan, Mas?" tanya Dysta penasaran. Dalam hati Dysta ingin mengetahui rencanaku.Kutarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar, "Aku akan melepaskan dan membawa ayahmu pergi dari pasungan.""Apakah aku tidak salah dengar, Mas?" Dysta menanyakan kepastian ucapanku."Iya, tekadku sudah bulat. Namun, aku tak tahu harus membawanya kemana?" Aku mengeluh agar Dysta mau membantuku.Dysta menghela nafas panjang. Diam beberapa detik, kemudian berkata, "Ayah punya satu sahabat di kampung, namanya Pak Darmo.""Pak Darmo?" ucapku memastikan."Iya, Pak Darmo. Beliau adalah sahabat ayah dari kecil, tapi aku tak tahu masih hidup atau sudah meninggal," jawab Dysta.Kuusap kepalanya dan menarik rambutnya ke belakang. Dia memikirkan cara menemukan Pak Darmo di kampung tanpa menimbulkan kecurigaan dari Durgandini -- mertuaku. Aku tak habis pikir, siapa penulis cerita yang tega memberiku mertua perempuan yang jahat. Penulis c

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   PENULIS ITU SEPERTINYA MEMBENCIKU

    "Dimana aku?" terbesit tanya di pikiranku. Dengan mata yang masih sulit terbuka, kulihat cahaya terang masuk dari sela-sela jendela yang tirainya sedikit terbuka, sepertinya sekarang ini adalah pagi yang sangat cerah. Sinar mentari begitu hangat masuk ke sela-sela jendela menghangatkan keningku. Semakin lama hangatnya semakin menusuk dan terasa hampir membakar kulit di dahiku. Aku berusaha duduk dengan maksud menutup tirai jendela yang sedikit terbuka, namun tak bisa.Kutengok jam dinding masih menunjukkan pukul setengah sembilan, masih cukup pagi bagiku untuk melanjutkan tidur lagi dalam keadaan seperti ini. Kepalaku masih terasa berat dan masih terasa sangat pusing untuk bisa ku angkat. Aku berusaha mengangkat namun sia-sia, kepalaku masih lengket dengan bantal yang menyanggah kepalaku dari bawah. Aku hanya bisa pasrah untuk memejamkan mata.Terdengar langkah kaki masuk ke dalam kamarku, semakin lama langkah itu terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   NENEK PEMAKAN DAUN SIRIH ITU MERTUAKU

    "Siapa aku?" pertanyaan yang tinggal di dalam benakku sejak seminggu yang lalu. Kini berubah menjadi rasa penasaran yang sangat butuh adanya satu jawaban. Mirisnya, sampai sekarang masih tak menemukan jawaban yang bisa melepaskan rasa penasaran itu dari dalam benakku.Kepalaku masih sering sakit, tubuhku masih sangat lemah untuk mencari jawaban dari pertanyaanku. Hari-hari kulewati hanya dengan berbaring menghitung matahari terbit dan tenggelam sambil memendam rasa penasaranku di dalam kalbu.Tak sia-sia aku menghitung matahari terbit dan tenggelam, aku menjadi tahu bahwa tujuh kali matahari terbit dan tujuh kali matahari tenggelam telah kulalui di dalam kamar. Tubuhku masih terasa sangat lemah dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Baru kemarin kakiku mulai bisa menginjakkan tanah.Hari ini aku bangun agak pagi dari biasanya, penunjuk waktu di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh. Matah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02

Bab terbaru

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENCARITAHU RUMAH PAK DARMO

    "Apa yang akan Kamu lakukan, Mas?" tanya Dysta penasaran. Dalam hati Dysta ingin mengetahui rencanaku.Kutarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar, "Aku akan melepaskan dan membawa ayahmu pergi dari pasungan.""Apakah aku tidak salah dengar, Mas?" Dysta menanyakan kepastian ucapanku."Iya, tekadku sudah bulat. Namun, aku tak tahu harus membawanya kemana?" Aku mengeluh agar Dysta mau membantuku.Dysta menghela nafas panjang. Diam beberapa detik, kemudian berkata, "Ayah punya satu sahabat di kampung, namanya Pak Darmo.""Pak Darmo?" ucapku memastikan."Iya, Pak Darmo. Beliau adalah sahabat ayah dari kecil, tapi aku tak tahu masih hidup atau sudah meninggal," jawab Dysta.Kuusap kepalanya dan menarik rambutnya ke belakang. Dia memikirkan cara menemukan Pak Darmo di kampung tanpa menimbulkan kecurigaan dari Durgandini -- mertuaku. Aku tak habis pikir, siapa penulis cerita yang tega memberiku mertua perempuan yang jahat. Penulis c

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   RENCANA RAHASIA JONI

    "Dysta kemarin bercerita kalau yang memasung Anda adalah istri Anda sendiri. Kalau boleh tahu bagaimana ceritanya, Pak?" pancingku untuk membuatnya bercerita. Dalam hati aku ingin sekali membebaskannya, tapi aku masih tak tahu penyebab pasti yang membuatnya di pasung disini. Beberapa hari yang lalu dia bercerita kalau dia dipasung karena dianggap gila. Namun, aku ingin tahu penyebab yang sebenarnya."Dulu sepulang dari sawah, aku mendengar kabar bahwa pemilik rumah mewah di depan sana telah membunuh anak dan istrinya. Kemudian pemilik rumah mewah itu dianggap sudah gila karena telah membunuh istri dan anaknya. Akhirnya warga desa memasung pemilik rumah mewah itu di sini," dengan lancar dia bercerita. Cerita ini sama dengan cerita yang diucapkan oleh Dysta. Berarti cerita ini bukan hanya isapan jempol belaka."Aku sudah pernah mendengar cerita ini dari Dysta. Lalu apa yang terjadi, Pak?" tanyaku penasaran terhadap kelanjutan

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KISAH TENTANG PAK LURAH

    "Dapat informasi apa dari warung Bu Inah, Mas?" tanya Dysta kepadaku setelah masuk rumah. Maklum aku tadi berpamitan mau ngopi ke warung Bu Inah kepada Dysta. Tujuanku untuk mencari informasi tentang mantan tukang taman rumah kepada warga desa."Aku bertemu dengan Pak Darsono, Tejo, dan juga Pak Minto. Mereka bercerita bahwa mantan tukang taman di rumah ini sudah menjadi Pak Lurah di desa," jawabku kepada Dysta, karena memang hanya informasi itu yang kudapat dari warung Bu Inah."Bagaimana dia bisa menjadi Pak Lurah?" rasa penasaran tercipta di benak Dysta. Sepertinya Dysta masih tak percaya dengan ceritaku.Aku tak tahu bagaimana ceritanya mantan tukang taman rumah ini menjadi Pak Lurah. Hanya ada satu cara mengetahui bagaimana ceritanya. Aku harus bertanya kepada penulis cerita ini, mungkin dia tahu bagaimana ceritanya.Apa? Mau tanya kepadaku tentang Cerita Pak Lu

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   WARUNG BU INAH

    "Kamu Joni, kan?" tanya laki-laki yang duduk di sebelahku ketika aku baru masuk ke warung Bu Inah. Laki-laki berumur sekitar setengah abad itu memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki, mungkin sedang menelusuri maksud kedanganku kesini."Iya, benar," jawabku agak risih dilihat seperti itu. Dua orang lainnya juga memandang aku dengan cara yang sama. Detak jantungku mulai berlompatan kemana-mana, tapi aku tetap berusaha terlihat biasa aja di depan mereka."Kamu sudah sehat?" salah satu dari dua orang yang duduk di sebelahnya mengajukan pertannyaan yang terdengar aneh bagiku."Bagaimana mereka tahu kalau aku baru sembuh?" timbul tanda tanya di pikiranku."Apakah mereka mengenalku?" muncul satu pertannyaan lagi walaupun belum ada jawaban dari pertanyaan sebelumnya.Kedatangannku ke warung Bu Inah bermaksud untuk mencari tahu siap

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KURA-KURA MILIK DYSTA

    "Bagaimana ceritanya mamamu tega memasukkan ayahmu ke dalam kurungan itu?" terucap tanya di bibirku kepada Dysta yang sedang memandangi langit hitam dengan mata nanar. Dari balik matanya aku tahu ada yang sedang disembunyikannya, atau sebenarnya Dysta ingin bercerita sesuatu tapi tak tahu harus mengawalinya dari mana."Dulu ada seorang tukang taman bekerja di rumah ini, namanya Pak Darto. Dia sangat dekat dengan mama, aku pun sangat dekat dengannya. Jika ada waktu luang, Pak Darto selalu mengajak aku main. Aku sangat senang bermain dengan Pak Darto. Usiaku masih sebelas tahun ketika itu," bibir Dysta membentuk lengkungan senyum yang sangat indah ketika bercerita.Namun, air mata seakan tak menunggu persetujuan dari Dysta untuk meluncur keluar, buliran hangat itu mengalir deras di tengah senyuman Dysta. Aku sungguh tak paham apa yang sedang dirasakan Dysta, lagi sedih ataukah senang.Pikira

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENGUNGKAP IDENTITAS LAKI-LAKI TUA (POV GULA PASIR)

    Aku dan ratusan juta butir gula ditampung dalam satu wadah oleh perempuan cantik, bermata belok dengan bulu mata lentik, berbibir tipis, bersenyum manis, berhidung mancung, dengan tubuh sintal, seakan membopong dua bola ketika menyilangkan kedua tangannya di depan. Panas, pengap, tanpa ada sirkulasi udara, sesak, sakit di sekujur tubuh akibat saling tumpang tindih, betapa menderitanya berada di dunia ini.Keadaan seperti ini bukan hanya sekali dua kali kami alami, tapi berulang-ulang kali. Kami akan menceritakan bagaimana roda kehidupan berputar dalam hidup kami. Kami lahir sebagai tebu yang ditanam, dirawat dan disayangi oleh penanam kami. Disiram, dipupuk, dibersihkan dan dilindungi dari ancaman semut dan serangga-serangga yang berniat buruk kepada kami. Sampai beberapa bulan hingga kami tumbuh dewasa dan terlihat matang dimata penanam kami.Masa-masa itu adalah masa bahagia bagi kami, bisa berkumpul dan tumbuh dengan jut

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MERTUAKU TUKANG FITNAH HANDAL

    Hari mulai petang, matahari sudah mulai condong ke barat, ke tempat Sun Go Kong dan teman-temannya mencari kitab suci. Sudah pasti cahayanya mulai redup tak secerah tengah hari tadi. Langit berwarna merah jingga sudah menjadi cerita lama. Sayangnya aku masih tak tahu siapa namaku, Dysta tak pernah memberitahu siapa namaku, kecuali tadi pagi dia menyebutku sebagai 'Mas Joko', tapi tak memberitahu kelanjutan dari nama itu.Dari sepengetahuanku, 'Joni' adalah nama jenis kelamin laki-laki yang berasal dari jawa. Mungkin ayah dan ibuku adalah orang jawa karena memberikan nama 'Joko' untukku. Aku sama sekali tak mempersoalkan nama itu."Bagaimana jika ternyata ayahku adalah seorang pertapa dari jawa?"tiba-tiba terbesit satu pertanyaan di dalam pikiranku. Aku tak tahu darimana datangnya pikiran itu. Namun penulis kisah ini pasti mendengar semua yang ada di dalam pikiranku. Sialnya lagi, penulis itu membenciku.

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   NENEK PEMAKAN DAUN SIRIH ITU MERTUAKU

    "Siapa aku?" pertanyaan yang tinggal di dalam benakku sejak seminggu yang lalu. Kini berubah menjadi rasa penasaran yang sangat butuh adanya satu jawaban. Mirisnya, sampai sekarang masih tak menemukan jawaban yang bisa melepaskan rasa penasaran itu dari dalam benakku.Kepalaku masih sering sakit, tubuhku masih sangat lemah untuk mencari jawaban dari pertanyaanku. Hari-hari kulewati hanya dengan berbaring menghitung matahari terbit dan tenggelam sambil memendam rasa penasaranku di dalam kalbu.Tak sia-sia aku menghitung matahari terbit dan tenggelam, aku menjadi tahu bahwa tujuh kali matahari terbit dan tujuh kali matahari tenggelam telah kulalui di dalam kamar. Tubuhku masih terasa sangat lemah dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Baru kemarin kakiku mulai bisa menginjakkan tanah.Hari ini aku bangun agak pagi dari biasanya, penunjuk waktu di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh. Matah

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   PENULIS ITU SEPERTINYA MEMBENCIKU

    "Dimana aku?" terbesit tanya di pikiranku. Dengan mata yang masih sulit terbuka, kulihat cahaya terang masuk dari sela-sela jendela yang tirainya sedikit terbuka, sepertinya sekarang ini adalah pagi yang sangat cerah. Sinar mentari begitu hangat masuk ke sela-sela jendela menghangatkan keningku. Semakin lama hangatnya semakin menusuk dan terasa hampir membakar kulit di dahiku. Aku berusaha duduk dengan maksud menutup tirai jendela yang sedikit terbuka, namun tak bisa.Kutengok jam dinding masih menunjukkan pukul setengah sembilan, masih cukup pagi bagiku untuk melanjutkan tidur lagi dalam keadaan seperti ini. Kepalaku masih terasa berat dan masih terasa sangat pusing untuk bisa ku angkat. Aku berusaha mengangkat namun sia-sia, kepalaku masih lengket dengan bantal yang menyanggah kepalaku dari bawah. Aku hanya bisa pasrah untuk memejamkan mata.Terdengar langkah kaki masuk ke dalam kamarku, semakin lama langkah itu terdengar

DMCA.com Protection Status