Beranda / Romansa / PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU / MENGUNGKAP IDENTITAS LAKI-LAKI TUA (POV GULA PASIR)

Share

MENGUNGKAP IDENTITAS LAKI-LAKI TUA (POV GULA PASIR)

Penulis: Pangeran_Cinta
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 17:37:13

Aku dan ratusan juta butir gula ditampung dalam satu wadah oleh perempuan cantik, bermata belok dengan bulu mata lentik, berbibir tipis, bersenyum manis, berhidung mancung, dengan tubuh sintal, seakan membopong dua bola ketika menyilangkan kedua tangannya di depan. Panas, pengap, tanpa ada sirkulasi udara, sesak, sakit di sekujur tubuh akibat saling tumpang tindih, betapa menderitanya berada di dunia ini.

 

Keadaan seperti ini bukan hanya sekali dua kali kami alami, tapi berulang-ulang kali. Kami akan menceritakan bagaimana roda kehidupan berputar dalam hidup kami. Kami lahir sebagai tebu yang ditanam, dirawat dan disayangi oleh penanam kami. Disiram, dipupuk, dibersihkan dan dilindungi dari ancaman semut dan serangga-serangga yang berniat buruk kepada kami. Sampai beberapa bulan hingga kami tumbuh dewasa dan terlihat matang dimata penanam kami.

 

Masa-masa itu adalah masa bahagia bagi kami, bisa berkumpul dan tumbuh dengan jutaan batang tebu disekitar kami. Canda, tawa selalu tercipta setiap hari. Jutaan obrolan tentang cita-cita menjadi rutinitas penyambut pagi. Terbitnya matahari adalah anugerah terindah yang tak henti-hentinya kami syukuri. Betapa Tuhan sangat menyayangi kami.

 

Kami pernah dengar obrolan dari penanam kami bahwa Tuhan akan menguji hambanya yang disayangi. Tapi kami sama sekali percaya dengan ucapan penanam kami. Tuhan sangat menyayangi kami, mana mungkin Dia akan tega menguji kami. 

 

Hingga datang hari penebangan massal. Tanpa belas kasihan para penebang mengayunkan parang ke tubuh kami, hingga tak satu pun dari kami yang mampu berdiri. Kami tak bisa melawan, kami hanya pasrah dan berdo'a yang terbaik untuk kami.

 

Kami dikumpulkan menjadi satu di atas bak truk pengangkut, tak diberi kesempatan barang sehari pun merasakan istirahat setelah parang menebas tubuh kami. Bertumpang tindih di atas bak truk adalah pengalaman pertama kami sebelum akhirnya berkali-kali mengalami saling tumpang tindih dalam hidup yang kami jalani.

 

Penderitaan tak berhenti sampai disitu, tubuh kami digiling berulang kali, dipanaskan, diendapkan, disaring, kemudian dipanaskan lagi dengan suhu di atas seratus derajat celcius sampai menguap. Proses berubah wujud menjadi uap adalah satu proses yang sangat menyiksa bagi kami. Hingga suhu mulai dingin dan mengkristal. Selanjutnya kami dimasukkan ke dalam mesin pemutar untuk diputar berulang kali dan didinginkan sampai tubuh kami menjadi bersih dan padat kembali dalam bentuk kristal.

 

Kami bisa mengambil hikmah dari semua penderitaan yang kami lalui, kami menjadi putih, bersih, dianugerahi dengan rasa manis sehingga banyak hewan dan manusia yang suka kepada kami. Kami sangat bahagia bisa berkumpul di wadah ini meskipun harus tumpang tindih dengan ratusan juta teman-teman kami. 

 

Perempuan cantik yang sering main ke dapur menjadi salah satu penghibur bagi kami setiap hari. Tuhan masih sayang kepada kami dengan mendatangkan perempuan itu sebagai bahan cuci mata dan bahan obrolan bagi kami. Menikmati cantiknya perempuan itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami.

 

Petang ini, perempuan cantik itu mengambilku dan ribuan temanku dengan sebuah sendok kecil yang ada di tangannya. Memindahkanku dan ribuan temanku ke dalam satu cangkir dan ribuan temanku yang lain ke dalam cangkir yang berbeda. Kami hanya bisa saling pandang dari kaca cangkir untuk yang terakhir kalinya. Betapa terkejutnya ketika jutaan benda hitam yang terasa pahit menimpa tubuh kami.

 

Kemudian perempuan itu melemparkan senyumnya yang sangat manis sambil menuangkan air penderitaan bagi kami, dia menyiram kami dengan air mendidih. Kami menjerit kesakitan, namun perempuan itu tak mau mendengar, hingga perlahan-lahan suara kami menghilang larut ke dalam air mendidih. Dia mengaduk campuran kami dengan benda hitam itu memakai sendok yang telah diperalatnya. Dengan bangganya sendok itu menyiduk sedikit larutan dan memasukan ke dalam mulut perempuan yang telah memperalatnya demi memuaskan hasrat perempuan itu. 

 

"Manisnya kopi ini sudah pas," suara perempuan yang membuat sendok itu bangga.

 

Kami hanya bisa terdiam, mengetahui benda hitam yang terasa pahit itu bernama kopi. Anehnya kopi hitam pahit itu dibilang manis, tanpa mau mengakui bahwa kamilah yang membuat kopi itu terasa manis. Dia membawa dua cangkir berisi aku dan teman-tamanku ke sebuah kamar. Tak lama kemudian, benda hitam pahit yang mengotori warna larutan kami mengendap ke bawah cangkir.

 

Dia mengangkat dan mencium aroma kami. Dia bilang aroma kopinya mantap. Tanpa sadar yang dicium sebenarnya adalah aroma penderitaan kami. Aku tak mengerti kenapa dia terus memuji benda hitam itu? Dia meletakkan kami di atas meja, melangkah ke bawah jendela dan menatap ke arah langit yang mulai menghitam. Mungkin dia sedang menunggu seseorang, wajahnya pun terlihat muram.

 

Tak berselang lama terlihat ada seorang laki-laki tampan memasuki kamar mengarahkan langkahnya ke sisi perempuan itu. "Dysta, siapa laki-laki tua yang berada di bangunan kumuh dan hampir runtuh di belakang rumah utama? Aku baru saja dari sana," tanya laki-laki itu kepada perempuan yang memberikan penderitaan bagi kami.

 

Dysta hanya diam, tak menghiraukan ucapan laki-laki yang berada di sebelah kananya. Laki-laki itu semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Dysta, pandangannya mulai menyusuri wajah hingga kaki Dysta. Tangan kirinya perlahan melingkar ke pinggul sebelah kiri Dysta, namun Dysta masih saja diam. Seakan diberi kesempatan, laki-laki itu mendekatkan bibirnya ke bibir Dysta, anehnya Dysta tetap diam.

 

Aku hampir tak sanggup melihatnya, tapi tak kusangka laki-laki itu menghentikan tindakannya. Dia memutar bibirnya ke telinga kanan Dysta, "Kamu belum mandi, ya?" bisik laki-laki itu terdengar lirih, sontak aku ingin tertawa mendengarnya. 

 

Wajah Dysta berubah menjadi merah padam, tangannya mengarah ke belakang kepala laki-laki itu, meraih dan mengarahkan ke bawah. Laki-laki itu hanya menurut, mukanya juga mulai terlihat memerah ketika bibir Dysta menempel pada daun telinganya. "Aku juga dari sana, Mas," desis Dysta di telinga laki-laki itu. Sontak wajah laki-laki itu berubah menjadi merah padam, sama persis seperti muka Dyata barusan. 

 

Aku tak tahu apakah geli menjalar keseluruh tubuhnya, atau karena menahan nafas cukup lama agar bau badan Dysta tidak menyeruak memasuki hidungnya. Kini laki-laki itu bisa memaklumi bau badan Dysta, karena tau kurungan orang tua itu sangat pesing bercampur dengan bau kotoran yang sudah mengering.

 

Mereka berdua terdiam, mengarahkan pandangannya keluar jendela. Menatap langit yang mulai menghitam. Aku tak tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan, menunggu bintang-bintang yang tak kunjung datang, kah? Rasa penasaranku memuncak, apa yang sebenarnya terjadi pada mereka? Jujur, aku sangat gemas melihat tingkah mereka.

 

Tak terasa suhu air mendidih yang menyiramku sudah turun menjadi hangat, sehangat hubunganku dengan kopi yang sudah mengendap di dasar cangkir. Bersama terendapnya kopi di dasar cangkir, terendap pula rasa sakitku yang tersiram air mendidih barusan. Aku heran, kenapa segala yang ada di dunia ini sangat cepat berubah?

 

"Orang tua yang dikurung itu adalah ayahku, Mas." suara Dysta mengejutkanku. Laki-laki itu pun sama terkejutnya denganku, dia menoleh sekuat tenaga ke arah Dysta. Aku yakin laki-laki itu sangat kaget mendengar pengakuan Dysta.

 

"Apa benar warga yang mengurungnya di sana?" tanya laki-laki itu kepada Dysta.

 

"Sebenarnya warga hanya menganggap dia gila dan memukulinya rame-rame di warung Buk Inah. Mama memergoki mereka, mama juga yang mengusulkan agar ayah dikurung di sana," ungkap Dysta kepada laki-laki di sebelahnya.

 

Aku tak tahu apa yang dirasakan Dysta, yang pasti dia sangat sedih. Ingin rasanya aku memasuki tubuh Dysta, menyatu dengan jiwa dan hatinya, agar aku bisa merasakan apa yang dirasakan olehnya. 

 

Sepertinya Tuhan mendengar keinginanku, Dia mengarahkan Dysta ke cangkirku, mengangkat dan menempelkan bibir manisnya ke bibir cangkirku. Perlahan-lahan aku pun terseret mendekati bibir Dysta. Kebahagiaan terakhirku adalah bisa menikmati keindahan bibir Dysta dari dekat sebelum dia meminumku.

 

Aku sangat bersyukur kepada Tuhan, meskipun memberikanku banyak penderitaan, tapi Dia menyatukan jiwaku dengan jiwa Dysta. Aku sangat bersyukur atas anugerah terindah yang sangat menakjubkan bagiku.

Bab terkait

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KURA-KURA MILIK DYSTA

    "Bagaimana ceritanya mamamu tega memasukkan ayahmu ke dalam kurungan itu?" terucap tanya di bibirku kepada Dysta yang sedang memandangi langit hitam dengan mata nanar. Dari balik matanya aku tahu ada yang sedang disembunyikannya, atau sebenarnya Dysta ingin bercerita sesuatu tapi tak tahu harus mengawalinya dari mana."Dulu ada seorang tukang taman bekerja di rumah ini, namanya Pak Darto. Dia sangat dekat dengan mama, aku pun sangat dekat dengannya. Jika ada waktu luang, Pak Darto selalu mengajak aku main. Aku sangat senang bermain dengan Pak Darto. Usiaku masih sebelas tahun ketika itu," bibir Dysta membentuk lengkungan senyum yang sangat indah ketika bercerita.Namun, air mata seakan tak menunggu persetujuan dari Dysta untuk meluncur keluar, buliran hangat itu mengalir deras di tengah senyuman Dysta. Aku sungguh tak paham apa yang sedang dirasakan Dysta, lagi sedih ataukah senang.Pikira

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   WARUNG BU INAH

    "Kamu Joni, kan?" tanya laki-laki yang duduk di sebelahku ketika aku baru masuk ke warung Bu Inah. Laki-laki berumur sekitar setengah abad itu memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki, mungkin sedang menelusuri maksud kedanganku kesini."Iya, benar," jawabku agak risih dilihat seperti itu. Dua orang lainnya juga memandang aku dengan cara yang sama. Detak jantungku mulai berlompatan kemana-mana, tapi aku tetap berusaha terlihat biasa aja di depan mereka."Kamu sudah sehat?" salah satu dari dua orang yang duduk di sebelahnya mengajukan pertannyaan yang terdengar aneh bagiku."Bagaimana mereka tahu kalau aku baru sembuh?" timbul tanda tanya di pikiranku."Apakah mereka mengenalku?" muncul satu pertannyaan lagi walaupun belum ada jawaban dari pertanyaan sebelumnya.Kedatangannku ke warung Bu Inah bermaksud untuk mencari tahu siap

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KISAH TENTANG PAK LURAH

    "Dapat informasi apa dari warung Bu Inah, Mas?" tanya Dysta kepadaku setelah masuk rumah. Maklum aku tadi berpamitan mau ngopi ke warung Bu Inah kepada Dysta. Tujuanku untuk mencari informasi tentang mantan tukang taman rumah kepada warga desa."Aku bertemu dengan Pak Darsono, Tejo, dan juga Pak Minto. Mereka bercerita bahwa mantan tukang taman di rumah ini sudah menjadi Pak Lurah di desa," jawabku kepada Dysta, karena memang hanya informasi itu yang kudapat dari warung Bu Inah."Bagaimana dia bisa menjadi Pak Lurah?" rasa penasaran tercipta di benak Dysta. Sepertinya Dysta masih tak percaya dengan ceritaku.Aku tak tahu bagaimana ceritanya mantan tukang taman rumah ini menjadi Pak Lurah. Hanya ada satu cara mengetahui bagaimana ceritanya. Aku harus bertanya kepada penulis cerita ini, mungkin dia tahu bagaimana ceritanya.Apa? Mau tanya kepadaku tentang Cerita Pak Lu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   RENCANA RAHASIA JONI

    "Dysta kemarin bercerita kalau yang memasung Anda adalah istri Anda sendiri. Kalau boleh tahu bagaimana ceritanya, Pak?" pancingku untuk membuatnya bercerita. Dalam hati aku ingin sekali membebaskannya, tapi aku masih tak tahu penyebab pasti yang membuatnya di pasung disini. Beberapa hari yang lalu dia bercerita kalau dia dipasung karena dianggap gila. Namun, aku ingin tahu penyebab yang sebenarnya."Dulu sepulang dari sawah, aku mendengar kabar bahwa pemilik rumah mewah di depan sana telah membunuh anak dan istrinya. Kemudian pemilik rumah mewah itu dianggap sudah gila karena telah membunuh istri dan anaknya. Akhirnya warga desa memasung pemilik rumah mewah itu di sini," dengan lancar dia bercerita. Cerita ini sama dengan cerita yang diucapkan oleh Dysta. Berarti cerita ini bukan hanya isapan jempol belaka."Aku sudah pernah mendengar cerita ini dari Dysta. Lalu apa yang terjadi, Pak?" tanyaku penasaran terhadap kelanjutan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENCARITAHU RUMAH PAK DARMO

    "Apa yang akan Kamu lakukan, Mas?" tanya Dysta penasaran. Dalam hati Dysta ingin mengetahui rencanaku.Kutarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar, "Aku akan melepaskan dan membawa ayahmu pergi dari pasungan.""Apakah aku tidak salah dengar, Mas?" Dysta menanyakan kepastian ucapanku."Iya, tekadku sudah bulat. Namun, aku tak tahu harus membawanya kemana?" Aku mengeluh agar Dysta mau membantuku.Dysta menghela nafas panjang. Diam beberapa detik, kemudian berkata, "Ayah punya satu sahabat di kampung, namanya Pak Darmo.""Pak Darmo?" ucapku memastikan."Iya, Pak Darmo. Beliau adalah sahabat ayah dari kecil, tapi aku tak tahu masih hidup atau sudah meninggal," jawab Dysta.Kuusap kepalanya dan menarik rambutnya ke belakang. Dia memikirkan cara menemukan Pak Darmo di kampung tanpa menimbulkan kecurigaan dari Durgandini -- mertuaku. Aku tak habis pikir, siapa penulis cerita yang tega memberiku mertua perempuan yang jahat. Penulis c

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   PENULIS ITU SEPERTINYA MEMBENCIKU

    "Dimana aku?" terbesit tanya di pikiranku. Dengan mata yang masih sulit terbuka, kulihat cahaya terang masuk dari sela-sela jendela yang tirainya sedikit terbuka, sepertinya sekarang ini adalah pagi yang sangat cerah. Sinar mentari begitu hangat masuk ke sela-sela jendela menghangatkan keningku. Semakin lama hangatnya semakin menusuk dan terasa hampir membakar kulit di dahiku. Aku berusaha duduk dengan maksud menutup tirai jendela yang sedikit terbuka, namun tak bisa.Kutengok jam dinding masih menunjukkan pukul setengah sembilan, masih cukup pagi bagiku untuk melanjutkan tidur lagi dalam keadaan seperti ini. Kepalaku masih terasa berat dan masih terasa sangat pusing untuk bisa ku angkat. Aku berusaha mengangkat namun sia-sia, kepalaku masih lengket dengan bantal yang menyanggah kepalaku dari bawah. Aku hanya bisa pasrah untuk memejamkan mata.Terdengar langkah kaki masuk ke dalam kamarku, semakin lama langkah itu terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   NENEK PEMAKAN DAUN SIRIH ITU MERTUAKU

    "Siapa aku?" pertanyaan yang tinggal di dalam benakku sejak seminggu yang lalu. Kini berubah menjadi rasa penasaran yang sangat butuh adanya satu jawaban. Mirisnya, sampai sekarang masih tak menemukan jawaban yang bisa melepaskan rasa penasaran itu dari dalam benakku.Kepalaku masih sering sakit, tubuhku masih sangat lemah untuk mencari jawaban dari pertanyaanku. Hari-hari kulewati hanya dengan berbaring menghitung matahari terbit dan tenggelam sambil memendam rasa penasaranku di dalam kalbu.Tak sia-sia aku menghitung matahari terbit dan tenggelam, aku menjadi tahu bahwa tujuh kali matahari terbit dan tujuh kali matahari tenggelam telah kulalui di dalam kamar. Tubuhku masih terasa sangat lemah dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Baru kemarin kakiku mulai bisa menginjakkan tanah.Hari ini aku bangun agak pagi dari biasanya, penunjuk waktu di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh. Matah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MERTUAKU TUKANG FITNAH HANDAL

    Hari mulai petang, matahari sudah mulai condong ke barat, ke tempat Sun Go Kong dan teman-temannya mencari kitab suci. Sudah pasti cahayanya mulai redup tak secerah tengah hari tadi. Langit berwarna merah jingga sudah menjadi cerita lama. Sayangnya aku masih tak tahu siapa namaku, Dysta tak pernah memberitahu siapa namaku, kecuali tadi pagi dia menyebutku sebagai 'Mas Joko', tapi tak memberitahu kelanjutan dari nama itu.Dari sepengetahuanku, 'Joni' adalah nama jenis kelamin laki-laki yang berasal dari jawa. Mungkin ayah dan ibuku adalah orang jawa karena memberikan nama 'Joko' untukku. Aku sama sekali tak mempersoalkan nama itu."Bagaimana jika ternyata ayahku adalah seorang pertapa dari jawa?"tiba-tiba terbesit satu pertanyaan di dalam pikiranku. Aku tak tahu darimana datangnya pikiran itu. Namun penulis kisah ini pasti mendengar semua yang ada di dalam pikiranku. Sialnya lagi, penulis itu membenciku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02

Bab terbaru

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENCARITAHU RUMAH PAK DARMO

    "Apa yang akan Kamu lakukan, Mas?" tanya Dysta penasaran. Dalam hati Dysta ingin mengetahui rencanaku.Kutarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar, "Aku akan melepaskan dan membawa ayahmu pergi dari pasungan.""Apakah aku tidak salah dengar, Mas?" Dysta menanyakan kepastian ucapanku."Iya, tekadku sudah bulat. Namun, aku tak tahu harus membawanya kemana?" Aku mengeluh agar Dysta mau membantuku.Dysta menghela nafas panjang. Diam beberapa detik, kemudian berkata, "Ayah punya satu sahabat di kampung, namanya Pak Darmo.""Pak Darmo?" ucapku memastikan."Iya, Pak Darmo. Beliau adalah sahabat ayah dari kecil, tapi aku tak tahu masih hidup atau sudah meninggal," jawab Dysta.Kuusap kepalanya dan menarik rambutnya ke belakang. Dia memikirkan cara menemukan Pak Darmo di kampung tanpa menimbulkan kecurigaan dari Durgandini -- mertuaku. Aku tak habis pikir, siapa penulis cerita yang tega memberiku mertua perempuan yang jahat. Penulis c

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   RENCANA RAHASIA JONI

    "Dysta kemarin bercerita kalau yang memasung Anda adalah istri Anda sendiri. Kalau boleh tahu bagaimana ceritanya, Pak?" pancingku untuk membuatnya bercerita. Dalam hati aku ingin sekali membebaskannya, tapi aku masih tak tahu penyebab pasti yang membuatnya di pasung disini. Beberapa hari yang lalu dia bercerita kalau dia dipasung karena dianggap gila. Namun, aku ingin tahu penyebab yang sebenarnya."Dulu sepulang dari sawah, aku mendengar kabar bahwa pemilik rumah mewah di depan sana telah membunuh anak dan istrinya. Kemudian pemilik rumah mewah itu dianggap sudah gila karena telah membunuh istri dan anaknya. Akhirnya warga desa memasung pemilik rumah mewah itu di sini," dengan lancar dia bercerita. Cerita ini sama dengan cerita yang diucapkan oleh Dysta. Berarti cerita ini bukan hanya isapan jempol belaka."Aku sudah pernah mendengar cerita ini dari Dysta. Lalu apa yang terjadi, Pak?" tanyaku penasaran terhadap kelanjutan

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KISAH TENTANG PAK LURAH

    "Dapat informasi apa dari warung Bu Inah, Mas?" tanya Dysta kepadaku setelah masuk rumah. Maklum aku tadi berpamitan mau ngopi ke warung Bu Inah kepada Dysta. Tujuanku untuk mencari informasi tentang mantan tukang taman rumah kepada warga desa."Aku bertemu dengan Pak Darsono, Tejo, dan juga Pak Minto. Mereka bercerita bahwa mantan tukang taman di rumah ini sudah menjadi Pak Lurah di desa," jawabku kepada Dysta, karena memang hanya informasi itu yang kudapat dari warung Bu Inah."Bagaimana dia bisa menjadi Pak Lurah?" rasa penasaran tercipta di benak Dysta. Sepertinya Dysta masih tak percaya dengan ceritaku.Aku tak tahu bagaimana ceritanya mantan tukang taman rumah ini menjadi Pak Lurah. Hanya ada satu cara mengetahui bagaimana ceritanya. Aku harus bertanya kepada penulis cerita ini, mungkin dia tahu bagaimana ceritanya.Apa? Mau tanya kepadaku tentang Cerita Pak Lu

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   WARUNG BU INAH

    "Kamu Joni, kan?" tanya laki-laki yang duduk di sebelahku ketika aku baru masuk ke warung Bu Inah. Laki-laki berumur sekitar setengah abad itu memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki, mungkin sedang menelusuri maksud kedanganku kesini."Iya, benar," jawabku agak risih dilihat seperti itu. Dua orang lainnya juga memandang aku dengan cara yang sama. Detak jantungku mulai berlompatan kemana-mana, tapi aku tetap berusaha terlihat biasa aja di depan mereka."Kamu sudah sehat?" salah satu dari dua orang yang duduk di sebelahnya mengajukan pertannyaan yang terdengar aneh bagiku."Bagaimana mereka tahu kalau aku baru sembuh?" timbul tanda tanya di pikiranku."Apakah mereka mengenalku?" muncul satu pertannyaan lagi walaupun belum ada jawaban dari pertanyaan sebelumnya.Kedatangannku ke warung Bu Inah bermaksud untuk mencari tahu siap

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   KURA-KURA MILIK DYSTA

    "Bagaimana ceritanya mamamu tega memasukkan ayahmu ke dalam kurungan itu?" terucap tanya di bibirku kepada Dysta yang sedang memandangi langit hitam dengan mata nanar. Dari balik matanya aku tahu ada yang sedang disembunyikannya, atau sebenarnya Dysta ingin bercerita sesuatu tapi tak tahu harus mengawalinya dari mana."Dulu ada seorang tukang taman bekerja di rumah ini, namanya Pak Darto. Dia sangat dekat dengan mama, aku pun sangat dekat dengannya. Jika ada waktu luang, Pak Darto selalu mengajak aku main. Aku sangat senang bermain dengan Pak Darto. Usiaku masih sebelas tahun ketika itu," bibir Dysta membentuk lengkungan senyum yang sangat indah ketika bercerita.Namun, air mata seakan tak menunggu persetujuan dari Dysta untuk meluncur keluar, buliran hangat itu mengalir deras di tengah senyuman Dysta. Aku sungguh tak paham apa yang sedang dirasakan Dysta, lagi sedih ataukah senang.Pikira

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MENGUNGKAP IDENTITAS LAKI-LAKI TUA (POV GULA PASIR)

    Aku dan ratusan juta butir gula ditampung dalam satu wadah oleh perempuan cantik, bermata belok dengan bulu mata lentik, berbibir tipis, bersenyum manis, berhidung mancung, dengan tubuh sintal, seakan membopong dua bola ketika menyilangkan kedua tangannya di depan. Panas, pengap, tanpa ada sirkulasi udara, sesak, sakit di sekujur tubuh akibat saling tumpang tindih, betapa menderitanya berada di dunia ini.Keadaan seperti ini bukan hanya sekali dua kali kami alami, tapi berulang-ulang kali. Kami akan menceritakan bagaimana roda kehidupan berputar dalam hidup kami. Kami lahir sebagai tebu yang ditanam, dirawat dan disayangi oleh penanam kami. Disiram, dipupuk, dibersihkan dan dilindungi dari ancaman semut dan serangga-serangga yang berniat buruk kepada kami. Sampai beberapa bulan hingga kami tumbuh dewasa dan terlihat matang dimata penanam kami.Masa-masa itu adalah masa bahagia bagi kami, bisa berkumpul dan tumbuh dengan jut

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   MERTUAKU TUKANG FITNAH HANDAL

    Hari mulai petang, matahari sudah mulai condong ke barat, ke tempat Sun Go Kong dan teman-temannya mencari kitab suci. Sudah pasti cahayanya mulai redup tak secerah tengah hari tadi. Langit berwarna merah jingga sudah menjadi cerita lama. Sayangnya aku masih tak tahu siapa namaku, Dysta tak pernah memberitahu siapa namaku, kecuali tadi pagi dia menyebutku sebagai 'Mas Joko', tapi tak memberitahu kelanjutan dari nama itu.Dari sepengetahuanku, 'Joni' adalah nama jenis kelamin laki-laki yang berasal dari jawa. Mungkin ayah dan ibuku adalah orang jawa karena memberikan nama 'Joko' untukku. Aku sama sekali tak mempersoalkan nama itu."Bagaimana jika ternyata ayahku adalah seorang pertapa dari jawa?"tiba-tiba terbesit satu pertanyaan di dalam pikiranku. Aku tak tahu darimana datangnya pikiran itu. Namun penulis kisah ini pasti mendengar semua yang ada di dalam pikiranku. Sialnya lagi, penulis itu membenciku.

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   NENEK PEMAKAN DAUN SIRIH ITU MERTUAKU

    "Siapa aku?" pertanyaan yang tinggal di dalam benakku sejak seminggu yang lalu. Kini berubah menjadi rasa penasaran yang sangat butuh adanya satu jawaban. Mirisnya, sampai sekarang masih tak menemukan jawaban yang bisa melepaskan rasa penasaran itu dari dalam benakku.Kepalaku masih sering sakit, tubuhku masih sangat lemah untuk mencari jawaban dari pertanyaanku. Hari-hari kulewati hanya dengan berbaring menghitung matahari terbit dan tenggelam sambil memendam rasa penasaranku di dalam kalbu.Tak sia-sia aku menghitung matahari terbit dan tenggelam, aku menjadi tahu bahwa tujuh kali matahari terbit dan tujuh kali matahari tenggelam telah kulalui di dalam kamar. Tubuhku masih terasa sangat lemah dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Baru kemarin kakiku mulai bisa menginjakkan tanah.Hari ini aku bangun agak pagi dari biasanya, penunjuk waktu di dinding menunjukkan pukul setengah tujuh. Matah

  • PEREMPUAN CANTIK ITU MENGAKU ISTRIKU   PENULIS ITU SEPERTINYA MEMBENCIKU

    "Dimana aku?" terbesit tanya di pikiranku. Dengan mata yang masih sulit terbuka, kulihat cahaya terang masuk dari sela-sela jendela yang tirainya sedikit terbuka, sepertinya sekarang ini adalah pagi yang sangat cerah. Sinar mentari begitu hangat masuk ke sela-sela jendela menghangatkan keningku. Semakin lama hangatnya semakin menusuk dan terasa hampir membakar kulit di dahiku. Aku berusaha duduk dengan maksud menutup tirai jendela yang sedikit terbuka, namun tak bisa.Kutengok jam dinding masih menunjukkan pukul setengah sembilan, masih cukup pagi bagiku untuk melanjutkan tidur lagi dalam keadaan seperti ini. Kepalaku masih terasa berat dan masih terasa sangat pusing untuk bisa ku angkat. Aku berusaha mengangkat namun sia-sia, kepalaku masih lengket dengan bantal yang menyanggah kepalaku dari bawah. Aku hanya bisa pasrah untuk memejamkan mata.Terdengar langkah kaki masuk ke dalam kamarku, semakin lama langkah itu terdengar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status