Home / Rumah Tangga / PENYESALAN / 1. Pulang Malam

Share

PENYESALAN
PENYESALAN
Author: TrianaR

1. Pulang Malam

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2021-05-06 14:48:16

"Dek, maaf, mas pulangnya telat. Ini mobilnya mogok di tengah jalan. Mau dibawa ke bengkel udah pada tutup," ucap suara di seberang telepon.

"Terus sekarang mas ada dimana?" tanyaku khawatir.

"Masih di pinggir jalan, dek. Entahlah ini mas bingung mau apa. Ya sudah, mas tutup dulu teleponnya ya. Kamu gak usah khawatir, mas pasti pulang, cuma agak telat. Ini mas mau nyoba benerin sendiri dulu," sahutnya kemudian. Dia menutup panggilan teleponnya.

Kulirik jam yang bertengger di dinding, jam bundar itu sudah menunjuk ke angka sembilan.

Hatiku begitu resah, selain menunggu suamiku pulang, aku juga menunggu Keysha. Detik jam terus merayap, suasana malam kian sepi. Lagi lagi aku berjalan mondar-mandir dan menyibakkan tirai jendela. Berharap mereka secepatnya datang. 

Perasaanku bertambah khawatir karena tak ada kabar apapun dari Keysha. Aku sudah menghubungi Keysha, namun ponselnya tidak aktif. Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu? Tadi siang, dia berpamitan denganku ada tugas kuliah dan sekalian main ke tempat kawannya.

Aku sebagai tantenya jelas sangat khawatir, anak gadis jam segini belum pulang. Ya, Keysha adalah keponakanku. Ia putri dari Mbak Niah, kakak kandungku. Usiaku terpaut 12 tahun dengan Mbak Niah. Jadi saat Mbak Niah berumur 12 tahun, aku baru lahir. Seiring berjalannya waktu, kami tumbuh bersama. Sifat Mbak Niah yang keibuan bisa ngemong aku yang masih manja. Dia selalu menuruti aku dan menyayangiku sepenuh hati. Hubungan kami terjaga dengan baik walaupun Mbak Niah sudah menikah.

Namun dua tahun lalu, sebuah musibah menimpa keluarga Mbak Niah, rumahnya kebakaran, ludes dilahap si jago merah. Mbak Niah dan suaminya mati terpanggang dalam kobaran api. Sedangkan Keysha, kebetulan dia ada diluar rumah saat  kebakaran terjadi. Dia sangat shock dan terpukul harus kehilangan kedua orang tuanya beserta rumah dan harta bendanya di usianya yang masih belia. Aku, sebagai saudara satu-satunya Mbak Niah, akhirnya mengajak Keysha untuk  tinggal bersamaku. Sebisa mungkin aku menghiburnya agar Keysha tak terpuruk dari rasa trauma. Tak butuh waktu lama, gadis cantik itu bisa ceria kembali.

Aku sangat menyayangi keponakanku itu. Justru banyak yang bilang kami seperti kakak dan adik, karena umur kami hanya terpaut 8 tahun. Umurku saat ini 28 tahun sedangkan umur Keysha menginjak 20 tahun. Ya, dulu Mbak Niah menikah muda. Dan kedua orang tua kami meninggal tak lama setelah Mbak Niah menikah.

Aku mengajak putrinya untuk tinggal bersamaku mengingat Mbak Niah sangat berjasa terhadapku. Mas Rizki pun menyetujui keputusanku, bahkan dia yang membayarkan biaya kuliah Keysha.

Detik demi detik berlalu, mereka masih belum pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Akhir-akhir ini suamiku dan Keysha selalu pulang telat. Banyak alasan yang dia lontarkan. Ia bilang minggu ini sedang banyak pekerjaan, jadi dia harus lembur. Sebenarnya aku bisa maklum, memang pekerjaannya sangatlah padat, suamiku adalah seorang manager pemasaran.

Sedangkan Keysha, ia juga selalu beralasan jikalau pulang telat. Bukannya aku tak percaya, tapi aku memang menaruh curiga, mereka selalu kompak jika pulang telat, entah hanya kebetulan belaka atau bagaimana. 

Tok... Tok... Tok...

Suara pintu diketuk. Kusibak tirai jendela, kulihat Keysha sedang berdiri dengan gelisah. Akupun membuka kunci dan memutar gagang pintu. Dalam sekejap pintu itu terbuka.

"Assalamualaikum, tante," sapanya sambil mencium tanganku.

"Waalaikum salam. Key, dari mana saja? Jam segini kok baru pulang?" tanyaku penuh selidik. Kulihat wajahnya kelelahan dan ada tanda merah di lehernya. Aku mengerutkan kening, apa yang dilakukan keponakanku diluar sana? Jangan-jangan dia terjebak dalam pergaulan bebas?

"Key, kenapa itu dengan lehermu?"

Keysha nampak gugup lalu menutupi sebagian lehernya dengan rambutnya yang panjang.

"Ada apa? Jangan buat tante khawatir!" tukasku kembali.

"Emmh gak apa-apa kok tan, ini tadi digigit semut, aku garukin sampai merah," jawabnya gugup, lalu dia langsung berlalu ke kamarnya dan mengunci pintu.

Aku tahu, Keysha pasti hanya beralasan. Dia tak pandai berbohong. Netranya menjawab semua itu. Lagi pula aku bukan anak kecil lagi yang dengan mudahnya dibohongi. Aku tahu itu bukan digigit semut, tapi itu tanda kissmark. Lalu Keysha melakukannya dengan siapa?

Sudah pernah kunasehati supaya Keysha tidak terjebak dalam pergaulan bebas, kalau tidak dia akan menyesal. Keysha menjawabnya dengan mantap. 

"Tenang saja tante, Keysha bisa jaga diri," jawabnya waktu itu.

Aku sangat tahu dia adalah gadis yang baik, tapi sifatnya pendiam dan tertutup, dia tak mau curhat denganku. 

"Key, sudah makan belum? Ini tadi tante masak sambel goreng ati kesukaanmu," teriakku dari luar pintu.

"Gak tante, Keysha masih kenyang, tadi sudah makan bareng temen-temen," sahutnya.

"Bener kamu gak apa-apa?"

"Iya tan, Keysha baik-baik saja. Tante jangan khawatir." 

Aku berlalu lagi duduk di sudut sofa di ruang TV, pikiranku mulai kalut. Apa sebenarnya yang dilakukan gadis itu? Apakah pergaulannya diluar sana sudah sejauh itu? 

Disisi lain aku juga memikirkan suamiku yang tak kunjung pulang.

Deru mobil memasuki halaman. Aku tahu itu pasti Mas Rizki. Aku sudah hafal dengan suara mobilnya. Kubuka pintu, kulihat dia keluar dari mobilnya. Wajahnya nampak sangat kelelahan. 

Aku menyambutnya di depan pintu. Mencium punggung tangannya dan memeluknya adalah rutinitasku tiap dia pulang kerja. Ada yang berbeda dengan aroma tubuhnya. Wangi parfum perempuan begitu melekat di kemejanya. Bau wangi itu terendus dihidungku. Aku mendongak perlahan menatap manik matanya dalam-dalam.

"Ada apa, dek?" tanyanya sambil tersenyum.

"Mas, jujur saja kamu itu habis dari mana?" tanyaku penuh selidik.

"Dari kantor lah, dek..."

"Tadi katanya mobilmu mogok? Tapi ini kenapa kemejamu bau parfum wanita?"

Dia justru terkekeh. "Iya, kebetulan mas punya kenalan orang bengkel, jadi mas  telpon saja dia untuk memperbaiki mobil mas," jelasnya.

"Terus aroma parfum ini?"

"Ah ini? Tadi mas minta parfumnya orang bengkel, mas udah bau keringat," jawabnya dengan santai. Masa sih, kemana-mana orang bengkel bawa parfum? Aroma parfum wanita lagi! Kenapa mendengar jawaban itu, suamiku terkesan mengada-ada. Jangan-jangan dia berbohong padaku??ucapannya justru membuatku makin curiga. Apa yang dilakukan Mas Rizki di belakangku? Apakah dia telah mengkhianatiku?

"Mas mau mandi dulu, terus mau langsung tidur, capek banget," ujarnya sembari ngeloyor pergi.

"Mas, mau makan? Biar aku siapin..."

"Tidak usah dek, tadi mas udah makan di kantor," jawabnya tanpa berpaling ke arahku.

Aku berbaring diatas kasur. Tak lama, Mas Rizki keluar dari kamar mandi. Aku menatapnya tajam, apakah ada yang disembunyikan oleh suamiku?

"Mas, apa tadi kamu bareng sama Keysha?" tanyaku. Entahlah kenapa kecurigaanku menyeruak begitu saja. Melihat mereka pulang dalam waktu yang hampir bersamaan. Apa ini hanya kebetulan? Feelingku sudah merasa tak enak.

Dia memandang wajahku dengan tatapan yang sulit diartikan. 

"Enggak, kenapa memang?" tanya Mas Rizki, dia naik ke ranjang dan berbaring di sampingku. Dia meraih benda pipih dan berselancar di sosmednya, mungkin.

"Keysha juga baru pulang, mas."

"Terus?" tanyanya sambil terus menatap layar ponselnya.

"Ada bekas tanda merah di lehernya, mas. Aku khawatir Keysha...."

"Dia sudah besar dek, dia pasti tahu mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Udah kamu gak usah khawatir, kamu kayak gak pernah muda aja," timpal Mas Rizki, dia kemudian meletakkan handphonenya diatas nakas lalu matanya mulai terpejam.

Aku belum selesai bicara, kenapa kamu sudah tidur sih mas! Biasanya kamu akan selalu peduli dengan apa yang kukatakan. Kenapa kali ini kau berbeda? Seakan tak mau menanggapi ucapanku. Kulirik suamiku kembali, dia sudah mendengkur. Cepat sekali dia terlelap, apakah dia sangat lelah?

Kuraih ponsel suamiku, ingin memeriksanya. Tapi ternyata ponselnya dikunci, aku tidak tahu kode untuk membuka layar ponselnya. Dan tak biasanya dia seperti ini, sebenarnya apa yang dia sembunyikan?

 Mendadak kecurigaanku makin bertambah ketika sebuah notif pesan WA dari Keysha. Ada apa malam-malam gadis itu chat suamiku? Kalau ada apa-apa kan bisa tanyakan padaku! Namun sayangnya aku tak bisa membuka pesan itu, sudah kucoba berkali-kali untuk membuka kode, tapi selalu gagal. Membuatku sangat frustasi.

***

Aku terbangun, mencari sosok di sampingku, dia tidak ada. Jam yang bertengger di dinding masih menunjuk ke angka dua, dini hari. Ah, kemana suamiku pergi? 

Aku menuju ke dapur, mengambil air minum, untuk menghilangkan rasa dahaga di tenggorokan. Tak sengaja samar-samar kudengar suara seseorang mengobrol di kamar keponakanku.

Aku berjalan mendekat dengan debaran jantung yang tak biasa.

"Om, Key takut, kalau Key hamil gimana?" suara manja keponakanku terdengar dengan jelas.

"Tenang saja, om akan bertanggung jawab."

Deg! Itu suara Mas Rizki. Apa yang mereka lakukan? Ingin kuketuk pintu namun urung kulakukan karena mendengar kejutan lainnya.

"Maksudnya, om akan menikahi aku?"

"Iya, sayang..."

"Lalu Tante Nadia, bagaimana?"

"Maafkan om, Key. Tapi om hanya bisa menjadikanmu sebagai istri kedua. Om masih mencintai Tante Nadia, hanya saja dia tak kunjung memberikan om keturunan. Kamu mau kan kalau jadi istri kedua?"

"Iya, om..."

Praankk ...

Gelas yang kubawa luruh seketika. Dadaku bergemuruh hebat. Ada deburan ombak bergulung-gulung mengikis hatiku. Sakit rasanya. Jantungku berdetak sangat cepat, emosiku membuncah. Butiran bening ini pun tak mampu tertahan . Air mataku sudah jatuh seperti kucuran air hujan. Sakit dan kecewa. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
Sudah kuduga pasti mereka ada Sesuatu .....waduh ponakan ga tau diri .pagar mkn tanaman gerangan hu huyyyy
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PENYESALAN   2. Tak Rela Dimadu

    Segera aku berlari dan mengunci pintu kamar. Tak kuhiraukan panggilan Mas Rizki dari balik pintu. Ia merajuk agar bisa dibukakan pintu."Dek... Buka pintunya, dek! Mas mau bicara..."Suara Mas Rizki terdengar bergetar. Suara yang dulu selalu mendamaikan hatiku, kini berbalik menyerangku seperti sayatan sembilu. Perih."Dek, buka pintunya, dek! Mas mau bicara!" teriaknya lagi sembari menggedor pintu."Tidak perlu ada yang dibicarakan lagi, mas. Aku sudah mendengar semuanya. Tega kamu, mas!""Nadia, ini gak seperti yang kamu pikirkan!""Tidak seperti yang kupikirkan bagaimana? Aku mendengar percakapanmu bersama Keysha dengan jelas.""Nadia, kamu salah paham. Buka dulu pintunya, biar mas jelaskan.""Ya jelas aku salah paham. Untuk apa kamu masuk ke kamar Keysha tengah malam begitu? Kau sudah menodainya, benar kan?""Mas tidak menodainya sayang, kami lakukan itu atas dasar suka sama suka."Deg! Bagaikan disambar oleh

    Last Updated : 2021-05-06
  • PENYESALAN   3. Aku Bisa Hidup Tanpamu

    Aku tak peduli mereka menganggapku tak berperasaan. "Dasar menantu kurang ajar! Wanita tidak tahu diri!" ibu balas membentakku. "Yang kurang ajar dan gak tahu diri itu anakmu, Bu! Tega-teganya dia berselingkuh bahkan dengan keponakan istrinya sendiri!" Mas Rizki hanya diam, dia terlihat marah namun tak dapat mengungkapkannya. "Kamu juga, Key, kemasi barang-barangmu! Tante beri waktu 10 menit, kalau tidak tante yang akan melemparkan baju-bajumu ke jalanan!" hardikku lagi. Keysha menatapku dengan tatapan tidak suka. Ia kemudian pergi berjingkat ke kamarnya. "Dek, tolonglah jangan seperti ini. Kita masih bisa bicarakan baik-baik," tukas Mas Rizki dengan tatapan menghiba. "Sudahlah Rizki, buat apa kamu memelas seperti itu! Baguslah kalau kamu lepas dari wanita licik ini! Lagipula kamu juga bukan wanita yang sempurna! Kamu tidak bisa memberikan keturunan untuk Rizki! Biarkan Rizki memilih jalannya sendiri!" pungkas Ib

    Last Updated : 2021-05-06
  • PENYESALAN   4. Jatuh Cinta Lagi

    Aku tidak tahu sejak kapan benih-benih cinta ini muncul pada gadis muda itu. Ia terlihat sangat menarik apalagi pakaiannya yang modis, memperlihatkan lekuk tubuhnya membuatku terkadang menelan saliva. Ia terlihat begitu sempurna, seperti bunga yang baru mekar, harumnya semerbak mewangi. Bibirnya selalu dipoles dengan lipstik berwarna pink merona. Ia terlihat seperti bidadari yang turun dari langit. Apalagi rambutnya yang lurus panjang seringkali tergerai, namun aku juga sering melihat rambutnya dikuncir ke atas memperlihatkan leher jenjangnya yang putih dan mulus. Bukan, bukan karena istriku tidak menarik. Diapun begitu cantik, ia selalu merawat penampilannya. Meskipun sederhana dan selalu tertutup gamis panjang dan jilbabnya, senyumannya begitu manis dan mendamaikan hati. Keseksian tubuhnya hanya diperlihatkan saat di depanku. Sebagai seorang istri, iapun mampu menyenangkanku dalam segala hal. Bahkan masakannya terasa begitu luar b

    Last Updated : 2021-05-06
  • PENYESALAN   5. Tidak Kusangka

    Ia hanya melengos pergi tanpa sepatah kata apapun.***Aku tak pernah menyangka dengan reaksi Nadia. Dia menolak permintaanku. Dia tidak mau dimadu. Dia memilih mundur dan berpisah dariku dari pada dipoligami. Benar, wanita lemah seperti Nadia berani-beraninya membantahku? Aku tercengang dengan semua pernyataan yang ia lontarkan. Ini pertama kalinya dia menolak permintaanku, memang mungkin ini terlalu berat untuknya.Nadia, istri penurut yang penuh kelembutan, kini berubah bagai singa betina yang sedang membela diri. Bahkan kedatangan ibu yang tak kusangka-sangka justru memperkeruh suasana. Mereka berdebat tak ada habisnya. Membuat telingaku pengang.Aku tak habis pikir dengan sikap Nadia yang tak mau kalah dengan ibu. Dimana rasa hormatmu pada ibuku, Nadia? pekikku dalam hati. Aku ingin marah tapi tidak bisa. Yang diucapkan Nadia tidak sepenuhnya salah, dia memang benar, aku yang sudah tega mengkhianatinya, aku yang tidak tahu diri dan tak pandai bersyuk

    Last Updated : 2021-05-06
  • PENYESALAN   6. Ketemu Rival

    Aku dan dia sama-sama terkejut karena dipertemukan disaat yang tak terduga. "Apa kabar, Bro?" tanyanya sembari meninju pelan lenganku. Dia melirik kearah Keysha, akupun segera merangkulnya. Mungkin ada banyak pertanyaan dibenaknya, juga tentang Nadia. "Baik, kamu gimana?" "Alhamdulillah, aku juga baik." "Ehm ehm, yang baru pulang dari luar negeri, tambah sukses aja nih," sindirku. Dia tersenyum. "Alhamdulillah. Oh iya, dia siapa? Nadia apa kabarnya?" "Hmmm, kenalin Has, ini calon istriku yang baru." "Calon istri yang baru?" ucapnya mengulangi pertanyaanku. "Kamu pisah sama Nadia?" tanyanya lagi dengan rona wajahnya berubah serius. "Ya, begitulah," jawabku santai. Lelaki itu nampak menggelengkan kepalanya seakan tak percaya. Namanya Hasbi, teman lama sekaligus rivalku dulu. Awalnya, Hasbi dan Nadia sudah hampir menikah, karena suatu hal Hasbi harus pergi keluar negeri, ia meminta Nadia untu

    Last Updated : 2021-05-06
  • PENYESALAN   7. Kita Putus!!

    "Kita putus!!" tegasku yang membuat dia tersentak. Ia yang semula berjibaku dengan handphonenya, main game online, langsung beralih menatapku dengan pandangan penuh tanya. "Apa maksudmu, Key?" "Kamu gak dengar? Kita putus!!" "Tapi Key, tunggu...!" Ia masih mencegah langkahku dengan mencekal pergelangan tanganku. "Apa?" Aku masih bersikap ketus padanya. "Kenapa tiba-tiba kamu mengajakku putus? Apa salahku?" Aku tak menanggapinya dan berlalu begitu saja meninggalkannya. "Key, tunggu Key ...!" teriaknya mengejarku. "Kamu gak dengar? Kita putus! Mulai hari ini aku gak mau jadi pacarmu lagi!" "Tapi kenapa? Apa salahku?" "Introspeksi sendiri kenapa aku minta putus dari kamu!" Ia terpaku, mungkin dia tak menyangka aku akan mengakhiri hubungan ini. Aku segera menaiki mobil Om Rizki yang sudah menungguku di parkiran. Yup, Om Rizki sudah menungguku sedari tadi.

    Last Updated : 2021-06-04
  • PENYESALAN   8. Ancaman

    Entah sejak kapan perlakuan Andhika sedikit berubah. Dia mempunyai hobi baru, main game online yang sedang viral dan terkenal itu. Hingga aku diabaikan. Dia memang masih mengajakku jalan tapi tidak seperti dulu.Sore itu aku masih menunggu Andhika di depan kampus. Tapi dia tak kunjung muncul padahal sudah lewat satu jam dari waktu janjian. Aku menghubunginya namun tidak direspon.Hingga kulihat sebuah mobil mendekat. Mobil Om Rizki. Dia berhenti tepat di depanku berdiri."Key, sedang nunggu siapa? Ayo pulang," ajak Om Rizki. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tak ada tanda-tanda Andhika akan muncul."Ayo naik, udah sore lho," sergah Om Rizki lagi. Akhirnya akupun naik ke dalam mobilnya.Sejak hari itu Om Rizki jadi sering mengantar jemputku. Aku merasa justru akhir-akhir ini perhatian Om Rizki terlalu berlebihan. Diapun sering mencuri-curi pandang ke arahku. Diam-diam aku juga sering memperhatikannya ketika dia sedang bersama Tante Nadia, terl

    Last Updated : 2021-06-04
  • PENYESALAN   9. Merintis Usaha Baru

    Aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Kini, saatnya aku bangkit. Balas dendam? Tidak, bukan itu yang akan kulakukan. Untuk apa aku mengotori tanganku dengan balas dendam. Aku yakin semua akan terbalaskan suatu saat nanti. Yang akan aku lakukan hanya membuktikan pada suamiku, bahwa aku bukan perempuan lemah, yang merengek meminta bantuan untuk dikasihani. Oh, tidak. Akan kubuat suamiku menyesal dengan cara yang elegan. Ya, caranya aku harus menjadi wanita sukses, justru lebih sukses dari dia. Meskipun awal-awal pasti akan ada banyak halangan dan rintangan, tidak, sekali lagi aku tidak akan menyerah. Air mata ini terlalu mahal untuk menangisi lelaki pengkhianat seperti dia. Saat itu tatapannya yang penuh ejekan, serta memandang rendah aku yang seorang ibu rumah tangga. Seolah aku tidak bisa hidup tanpa nafkah darinya, itu yang membuatku semakin sakit. Baiklah mas, ayo kita buktikan, hidup siapa yang akan lebih bahagia. Aku atau kamu? Aku sudah mengurus

    Last Updated : 2021-06-04

Latest chapter

  • PENYESALAN   93. Seribu tangkai mawar untukmu (End)

    "Nadia ... dingiiiin ..."Nadia panik, ia langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuh sang suami agar tak kedinginan. Ia pun berlalu ke belakang, mengambil air panas di baskom dan juga handuk kecil untuk mengompres kening sang suami.Setelah hampir dua puluh menit, rasa dingin mulai mereda. Hasbi bangkit, kepalanya terasa begitu pening dan berputar-putar."Mas, kamu sudah mendingan? Sudah gak dingin lagi?"Hasbi mengangguk. "Iya tapi pusing banget.""Masih kuat kan buat sholat?""Masih sayang.""Ini diminum dulu air hangat, Mas. Biar badanmu hangat.""Makasih, Dek." Hasbi meraih gelas air minum itu lalu meneguknya pelan. Nadia membantunya meletakkan gelas di meja."Ya sudah sekarang sholat dulu. Aku buatin bubur buat kamu ya, Mas."

  • PENYESALAN   92. Biar gendut tapi masih muat

    Nadia berkaca di depan cermin riasnya. Dia berputar-putar sejenak, melihat pantulan dirinya di depan cermin."Mas, kayaknya aku gendutan deh, nih lihat lemak di perut gak ilang-ilang!" ujar Nadia sembari memanyunkan bibir.Hasbi tersenyum dan menghampirinya. Memeluk tubuh sang istri dari belakang.“Gak papa kok kamu gendutan, hatiku masih muat tuh buat kamu.”"Iiih, berarti beneran dong aku gendut!" cebik Nadia kesal."Sayang, di perutmu ini kan sudah lahir buah cinta kita. Dia tumbuh di rahimmu selama sembilan bulan lamanya, ya wajar saja kalau perutmu sudah gak kayak dulu lagi.""Tapi kan--""Sssttt ... Aku akan menerima kamu apa adanya sayang. Tak peduli dengan perubahan bentuk fisikmu, aku tetap mencintaimu."Kecupan lembut kembali mendarat di puncak kepala Nadia. Nadia mengulum senyum. Merasa berarti dengan perhatian yang suaminya berikan."Yakin kamu gak akan berpaling meskipun aku berubah g

  • PENYESALAN   91. Tenggelam

    Mobil mereka memasuki kawasan wisata Pantai Tanjung Lesung yang terletak di Pandeglang, Banten. Waktu yang ditempuh sampai ke lokasi hampir menghabiskan waktu 3,5 jam.Satu persatu dari mereka turun dan meregangkan otot tubuhnya. Lalu beranjak menuju ke homestay yang sudah direservasi oleh Hasbi satu hari sebelumnya.Terlihat wajah-wajah yang riang dan gembira, untuk berlibur melepaskan rasa penat karena aktivitas.Begitu pula dengan Nadia dan anak-anak, mereka masuk ke dalam villa yang spesial dipesankan oleh Hasbi."Bunda, ayo kita main ke pantai!" ajak Cinta. Dia menarik tangan Nadia untuk beranjak bangun."Iya, sebentar sayang. Istirahat dulu di sini ya.""Bunda, aku mau main pasir putih," sahutnya lagi."Iya sayang. Sebentar, bunda ganti baju dulu nih biar santai.""Yeayy asyiiikkk ..." Zikri dan Cinta saling ber-tos ria, berjingkrak senang seperti tak ada lelah."Panas-panas mau main di pantai?" tanya Hasbi.

  • PENYESALAN   90. Liburan Keluarga

    "Hei ... kalian habis dari mana saja, Sayang?" sambut Hasbi ketika sampai di rumah.Dua bocah kecil itu menghambur ke arahnya. Memeluknya dengan sangat erat dan antusias."Ayah, aku dapet ini!" seru Zikri seraya menunjukkan boneka Frog ke ayahnya."Aku juga dapat ini, Yah!" timpal Cinta sembari menunjukkan boneka beruang miliknya."Bunda hebaaat ... Bunda bisa ambil ini di permainan capit boneka," puji Zikri lagi."Wah, bunda kalian memang hebat ya," sahut Hasbi menanggapi dua bocah kecil itu.Nadia tersenyum melihat celotehan mereka.Rasanya bahagia, kebahagiaan yang sederhana."Nah, sekarang kalian mandi dulu ya, udah sore. Mak Piah dan Mbak Sarni akan memandikan kalian.""Yeaaay ... Horeee ...!"Dua bocah kecil itu berlarian ke dalam. Nadia dan Hasbi ters

  • PENYESALAN   89. Ambilkan Bulan, Bu

    "Mas, aku dengar kabar kalau katanya jenazah Andin mengeluarkan bau tak sedap bahkan kejadian-kejadian aneh lain saat di pemakaman."Hasbi menoleh ke arah istrinya. Menghentikan aktivitasnya yang tengah memeriksa pekerjaan di laptop. Memang benar, desas desus berita tentang kematian Andin santer terdengar."Aku gak nyangka wanita secantik dia harus mengalami kejadian mengenaskan seperti ini.""Sssttt ... Jangan dibicarakan lagi. Itu adalah aib. Kita lupakan saja. Doakan yang terbaik untuk almarhumah.""Iya, Mas. Maaf.""Iya, tak apa. Aku tahu kok perasaanmu. Mulai sekarang kita fokus sama kehidupan kita saja ya, yang berlalu biarlah berlalu."Nadia mengangguk."Ambil hikmahnya saja, setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, baik maupun buruk."Nadia tersenyum dan langsung mem

  • PENYESALAN   88. Kematian yang tragis

    " ... Musibah kebakaran terjadi di kawasan elit tengah kota xxx ... Melanda kawasan apartemen mewah. Sementara, penyebab kebakaran diduga karena korsleting listrik, petugas polisi sedang menyelidiki kasus ini ... Seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun menjadi korban meninggal atas tragedi kebakaran petang tadi ..."Sebuah tayangan televisi menampilkan berita kebakaran hebat yang cukup memprihatinkan."Mas, kamu kenapa?" tanya Nadia saat menghampirinya dan memberikan segelas teh manis hangat untuk sang suami."Ada berita kebakaran di tengah kota, Dek." Kedua mata Hasbi masih belum terlepas dari layar benda datar itu.Nadia menoleh dan melihat tayangan berita di televisi."Seorang korban sudah berhasil diidentifikasi, nama Andin Yozita 28 tahun, berprofesi sebagai staff kantor, menjadi korban tewas dalam insiden kebakaran kali ini."Nadia dan Hasbi saling berpandangan."Mas, apa yang dimaksu

  • PENYESALAN   87. Dendam Yang Tak Pernah Usai

    Praaannkk ....!! Wanita itu memecahkan barang-barang di sekitarnya. Rasa amarah, dendam, benci yang tak berkesudahan menguasai hatinya."Semua gara-gara kamu, Nadia! Semua gara-gara kamu!!" teriaknya geram.Hari itu setelah kondisi badannya kembali fit, dan sembuh dari alergi, ia menyelidiki siapa pengirim paket misterius itu hingga mendapatkan informasi kalau pengirimnya adalah Nadia."Kau benar-benar licik, Nadia! Awas saja, aku akan membalasnya lebih menyakitkan!"***"Maaf Andin hubungan kita, kita sudahi sampai di sini," pungkas Roy dengan raut wajah serius."Kenapa? Kenapa kau memutuskan hubungan ini secara sepihak, Mas?"Roy hanya tersenyum masam. "Tanyalah pada dirimu sendiri, kau berhubungan tak cukup dengan seorang laki-laki, padahal selama ini aku sudah memenuhi semua kebutuhanmu, gaya hidupmu, aku menanggung semuanya. Tapi hatimu justru kau berikan pada pria lain.""Pasti bukan itu saja alasannya!"

  • PENYESALAN   86. Kehilangan

    "Mas, kenapa bisa seperti ini?""Aku gak tau Nadia, saat pulang ke rumah aku menemukannya pingsan di halaman belakang, Cinta menangis gak jauh dari tempat ibunya terjatuh.""Ya Allah ..." Mendengar ucapan mantan suaminya, tanpa terasa kedua mata Nadia kembali menitikkan air mata, ia merasa sangat iba."Apa Keysha tidak mengeluh apa-apa?""Tidak, dia cuma bilang pusing. Tapi dia juga bilang tak ingin merepotkanku ataupun kamu. Aku yakin dia berusaha sekuat mungkin menyembunyikan rasa sakitnya."Nadia menghela nafas dalam-dalam. Ia tak menyangka keponakannya pergi begitu cepat."Oh iya, Mas Rizki, Cinta mana?"Rizki tergagap. "Ah tadi dia diajak sama suster."Nadia mengangguk sembari tersenyum tipis. "Mas, aku cuma mau bilang kamu yang sabar ya. Aku tahu ini berat, tapi ini semua sudah suratan takdir Yang Maha Kuasa.""Iya, terima kasih Nadia.""Mas, aku cari Cinta dulu. Biar kuambil dari perawat."

  • PENYESALAN   85. Berita Duka

    Rizki sudah membeli buket bunga mawar untuk diberikan pada istrinya. Ya, hari ini Keysha ulang tahun. Dia akan memberikan sedikit kejutan untuknya. Kasihan wanita itu, selama ini harus ikut bersusah payah dengan kondisi mereka.Rizki bersiul-siul riang, biasanya kalau sore-sore begini, Keysha menunggunya di teras sambil bermain dengan Cinta, buah hati mereka.Lelaki itu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Kenapa sepi sekali? Batinnya bertanya-tanya sendiri."Keysha? Cinta? Kalian dimana?" panggil Rizki. Lelaki itu mencari ke setiap sudut rumah, tapi tak ia temukan mereka dimanapun."Kemana mereka?"Samar-samar terdengar suara anak kecil menangis. Rizki menajamkan pendengarannya. Jangan-jangan itu Cinta?Gegas, dia lari ke belakang. Suara tangisan Cinta terdengar makin kencang. Dari kejauhan ia melihat sosok anak kecil sedang menangis di antara rimbunnya rerumputan."Astaghfirullah hal adzim. Cinta!" teria

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status