Beranda / Rumah Tangga / PENYESALAN / 7. Kita Putus!!

Share

7. Kita Putus!!

Penulis: TrianaR
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-04 12:28:24

"Kita putus!!" tegasku yang membuat dia tersentak. Ia yang semula berjibaku dengan handphonenya, main game online, langsung beralih menatapku dengan pandangan penuh tanya.

"Apa maksudmu, Key?" 

"Kamu gak dengar? Kita putus!!"

"Tapi Key, tunggu...!" Ia masih mencegah langkahku dengan mencekal pergelangan tanganku.

"Apa?" Aku masih bersikap ketus padanya.

"Kenapa tiba-tiba kamu mengajakku putus? Apa salahku?"

Aku tak menanggapinya dan berlalu begitu saja meninggalkannya. 

"Key, tunggu Key ...!" teriaknya mengejarku.

"Kamu gak dengar? Kita putus! Mulai hari ini aku gak mau jadi pacarmu lagi!"

"Tapi kenapa? Apa salahku?"

"Introspeksi sendiri kenapa aku minta putus dari kamu!"

Ia terpaku, mungkin dia tak menyangka aku akan mengakhiri hubungan ini.

Aku segera menaiki mobil Om Rizki yang sudah menungguku di parkiran. Yup, Om Rizki sudah menungguku sedari tadi. 

"Mau jalan-jalan kemana?" tanya Om Rizki sesaat setelah aku naik ke mobilnya.

"Terserah om saja, aku ikut," jawabku sambil terus menatap layar handphone. 

Segera kublokir nomor mantan pacarku agar dia tak lagi menghubungiku. Lagi pula dia pasti akan sibuk dengan game onlinenya dari pada memberi perhatian padaku. Ya, kegilaannya terhadap game online sampai dia lupa waktu membuatku muak. Aku tak dianggapnya sebagai pacar ataupun kekasihnya. Sekalinya mengajak jalan, dia hanya membawaku ke warnet, main game lagi bersama teman nongkrongnya dan aku dicueki.

Aku menghela nafas dalam-dalam, menguburkan semua kenangan bersamanya. Sebenarnya beberapa kali dia bersikap manis padaku, hingga aku terbuai karenanya. Namun akhir-akhir ini dia begitu sibuk, dia bilang ada kompetisi game. Menyebalkan!

"Kamu kenapa, Key?" tanya Om Rizki begitu perhatian.

Aku memandang kearahnya, biarpun umurnya sudah kepala tiga tapi pesona wajahnya tidak luntur. Om Rizki masih terlihat tampan, ditambah pekerjaannya yang mapan, iapun menuruti semua permintaanku. Pastilah gajinya sebagai seorang manager sangat besar. Tetiba rasa ingin memiliki begitu besar. Tante Nadia pasti sangat beruntung memiliki suami seperti Om Rizki.

"Key, ditanya kok malah bengong? Kamu kenapa?"

"Emmh iya om, aku baik-baik saja," jawabku agak gugup.

"Benar gak apa-apa?"

"Iya, om," jawabku lagi dengan nada manja. 

Senyuman manis selalu terukir dari bibirku. Aku gak mau Om Rizki tahu kalau aku sudah punya pacar, untunglah sekarang aku sudah putus

***

Perutku terasa mual akhir-akhir ini, rasanya seperti masuk angin, bahkan aku sudah sampai meminum tolak angin tapi tak ada bedanya, rasanya tidak kunjung sembuh. Aku ingat dari bulan lalu aku belum datang bulan. Badanku gemetar dengan jantung yang berdebar-debar tak tentu.

Jangan-jangan, jangan-jangan aku hamil? tanyaku pada diriku sendiri. Kalau Tante Nadia tahu dia pasti bakal marah besar.

"Om, Keysha telat datang bulan, gimana nih?"

Mobil yang dikemudikan Om Rizki, direm mendadak. Dia menoleh kearahku dengan tatapan tak percaya.

"Yang benar Key?"

"Iya, Om," jawabku takut. 

Aku gak yakin ini anak siapa. Tapi dengan terpaksa kukatakan ini pada Om Rizki, dia calon yang terbaik untuk bapaknya anakku. Bila memang benar aku positif hamil. Kalau bersama Andhika, mana mungkin dia bisa jadi suami yang bertanggung jawab. Pekerjaannya hanyalah main game, game dan game. Pikiranku sudah berkelana tidak jelas. Kalut.

"Kita mampir ke apotek, beli testpack," sergah Om Rizki mengagetkanku.

Aku hanya mengangguk. 

Tak berapa lama, mobil dihentikan di depan Apotik Jaya Farma. 

"Kamu tunggu disini, biar om yang beli," ucap Om Rizki, kemudian turun. Tak lama dia pun kembali membawa alat tes kehamilan itu.

"Om, kalau hasilnya positif gimana?" tanyaku dengan nada bergetar.

"Bagus dong, om akan segera menikahi kamu," jawab Om Rizki dengan mantap.

"Benar?"

"Iya."

"Lalu Tante Nadia gimana?"

"Kita pikirkan nanti. Yang penting tahu hasilnya dulu. Apapun hasilnya kamu harus kasih tahu om, oke?"

"Iya, om."

"Kalau Tante Nadia tahu hubungan kita bagaimana, Om?"

"Kita katakan yang sebenarnya, bahwa kita saling mencintai. Om juga gak tahan menyimpan rahasia ini lebih lama lagi. Lebih baik berterus terang, kan?"

"Tante Nadia pasti akan marah!" sanggahku lagi.

"Marahnya tidak akan lama, dia pasti akan mengerti dan menuruti permintaan om. Kalian tetap bisa hidup berdampingan, jadi kedua istriku. Aku akan menyayangi dan memberi nafkah kalian dengan adil. Jangan khawatir, kamu tidak akan kekurangan," terang Om Rizki meyakinkanku.

Akan kuterima semua keputusan Om Rizki. Aku bingung harus bagaimana lagi. Lagi pula selama ini Om Rizki yang sudah membiayai kuliahku dan memenuhi semua kebutuhanku. 

Meskipun awal-awal tinggal bersama Tante dan om ku, aku merasa tidak enak, namun Tante Nadia selalu membujukku. Dia yang selalu meyakinkanku kalau aku akan baik-baik saja tinggal bersamanya. Ya, aku tak punya sanak saudara lain selain Tante Nadia sepeninggal ayah dan ibu. Beruntungnya aku, Tante Nadia begitu menyayangiku dengan tulus.

***

Awal masuk kuliah, aku masih jadi anak teladan, tiap hari belajar, aku harus membuktikan pada tante, kalau aku gadis yang pintar, jadi tidak sia-sia mereka menguliahkan aku.

Hingga menginjak semester ke empat, aku mulai terbawa pergaulan dengan teman-teman. Seringkali teman-teman mengajakku jalan-jalan atau kemping. Aku jadi ingin mencobanya. Dan disana aku berkenalan dengan seorang pemuda yang membuat hatiku berdesir aneh. 

Entah dari mana awalnya akupun bingung, semakin hari, pemuda itu mendekatiku. Dia memberiku perhatian penuh cinta. 

"I love you, Keysha. Mau kah kamu jadi pacarku?" dia menyatakan perasaan cintanya di depan teman-temanku. Rasanya sungguh malu, karena ini kali pertama aku merasakan jatuh cinta.

"Ciee... Cieee..." sorak sorai teman-temanku memenuhi telinga, membuat wajahku tersipu.

"Pilihlah bunga mawar merah ini kalau kamu menerima cintaku. Tapi kalau kamu menolaknya kamu bisa memilih bunga mawar kuning ini," ungkap Andhika sambil tersenyum lembut. Menurutku dia sangat romantis.

Aku celingukan kesana kemari. 

"Terima! Terima! Terima!" teriak mereka kompak sambil bertepuk tangan. Aku dan Andhika sudah seperti pasangan romantis dalam drama, mereka mengelilingi kami hingga membentuk sebuah lingkaran. 

Jarakku dengan Andhika cukup dekat. Mendadak Andhika berlutut di depanku dan meraih tanganku. Aku gugup luar biasa, tanganku gemetaran. 

"Aku janji akan membuat hari-hariku lebih berwarna," ungkapnya lagi yang disambut tepuk tangan riuh teman-temanku. Ada yang bersiul bahkan berteriak histeris.

"Cuiitt cuiitt..."

"Terima! Terima! Terima!" teriak mereka kompak seperti paduan suara.

Andhika masih menatapku penuh harap. Akhirnya kuambil bunga mawar warna merah itu sebagai tanda aku menerima pernyataan cintanya.

Mereka bertepuk tangan dengan riuh, tanpa  segan Andhika memelukku dengan erat, menambah keriuhan mereka. Jadi malu aku dibuatnya.

"Uwuuuw, ada pasangan baru nih, traktir traktiiir ...!" ujar mereka riang gembira.

 Andhika, menurutku dia pemuda yang sangat tampan. Mungkin karena aku sedang terserang virus merah jambu, dalam pikiranku dan bayanganku hanya ada dia seorang. 

Hari-hariku bersamanya kami lewati begitu indah, menurutku dia pacar yang baik dan juga romantis. Awal-awal berpacaran aku diajak keliling jalan-jalan, aku benar-benar merasa diperhatikan. Andhika seorang pria yang sangat istimewa di hatiku.

Sore itu, kami pulang berjalan-jalan dengan motornya. Kebiasaan dan hobi kami yang suka mendaki, seringkali aku diajak jalan-jalan ke bukit atau puncak yang jaraknya cukup jauh. Cuaca hari ini begitu mendung, tiba-tiba hujan ringan mulai menitik disertai gemuruh yang menggelegar.

 Andhika menepikan motornya di sebuah rumah. Kupikir rumah itu ada penghuninya, namun ternyata kosong dan dibiarkan gelap begitu saja sudah seperti difilm-film horor. Andhika memyalakan lampu senter di handphonenya untuk penerangan.

"Kamu jangan takut," ujar Andhika meyakinkanku. Aku masih bergelayut di lengannya. Takut dan khawatir bercampur jadi satu. 

Menjelang malam, hujan bertambah deras, ditambah kilatan petir yang menyambar serta suara gemuruh guntur menggelegar memenuhi ruang malam.

"Aku ingin pulang," desisku lirih.

"Tunggulah sebentar lagi, paling tidak sampai hujan ini agak reda. Daerah ini jalanannya licin dan berkelok, aku justru takut kalau terjadi apa-apa di jalan," jawabnya.

Aku mengangguk. Cukup lama kami terdiam dalam keheningan. Kurasakan tangan dan kakiku begitu kedinginan, meskipun tak kehujanan, namun air hujan itu menyemprot ke berbagai sisi, membuat bajuku sedikit basah.

"Kamu dingin?" tanya Andhika. Dia melepaskan jaketnya dan memakaikannya padaku, lalu dia merangkulku membuatku sedikit hangat. Semakin lama kami semakin terhanyut dalam perasaan. Dan....

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Eny Aprelia
alur cerita nya gk jls bgt .. Morat marit
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
kayaknya Keysa hamil ankny Andika deh pacarnya bukan ankny rizki
goodnovel comment avatar
Teten Devans
ceritanya GJ....dr mn mau kmn ahhhh...mf g jd di bca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PENYESALAN   8. Ancaman

    Entah sejak kapan perlakuan Andhika sedikit berubah. Dia mempunyai hobi baru, main game online yang sedang viral dan terkenal itu. Hingga aku diabaikan. Dia memang masih mengajakku jalan tapi tidak seperti dulu.Sore itu aku masih menunggu Andhika di depan kampus. Tapi dia tak kunjung muncul padahal sudah lewat satu jam dari waktu janjian. Aku menghubunginya namun tidak direspon.Hingga kulihat sebuah mobil mendekat. Mobil Om Rizki. Dia berhenti tepat di depanku berdiri."Key, sedang nunggu siapa? Ayo pulang," ajak Om Rizki. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tak ada tanda-tanda Andhika akan muncul."Ayo naik, udah sore lho," sergah Om Rizki lagi. Akhirnya akupun naik ke dalam mobilnya.Sejak hari itu Om Rizki jadi sering mengantar jemputku. Aku merasa justru akhir-akhir ini perhatian Om Rizki terlalu berlebihan. Diapun sering mencuri-curi pandang ke arahku. Diam-diam aku juga sering memperhatikannya ketika dia sedang bersama Tante Nadia, terl

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • PENYESALAN   9. Merintis Usaha Baru

    Aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Kini, saatnya aku bangkit. Balas dendam? Tidak, bukan itu yang akan kulakukan. Untuk apa aku mengotori tanganku dengan balas dendam. Aku yakin semua akan terbalaskan suatu saat nanti. Yang akan aku lakukan hanya membuktikan pada suamiku, bahwa aku bukan perempuan lemah, yang merengek meminta bantuan untuk dikasihani. Oh, tidak. Akan kubuat suamiku menyesal dengan cara yang elegan. Ya, caranya aku harus menjadi wanita sukses, justru lebih sukses dari dia. Meskipun awal-awal pasti akan ada banyak halangan dan rintangan, tidak, sekali lagi aku tidak akan menyerah. Air mata ini terlalu mahal untuk menangisi lelaki pengkhianat seperti dia. Saat itu tatapannya yang penuh ejekan, serta memandang rendah aku yang seorang ibu rumah tangga. Seolah aku tidak bisa hidup tanpa nafkah darinya, itu yang membuatku semakin sakit. Baiklah mas, ayo kita buktikan, hidup siapa yang akan lebih bahagia. Aku atau kamu? Aku sudah mengurus

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • PENYESALAN   10. Pertemuan Tak Terduga

    "Hasbiiii, siapa yang datang? Apa kurir pengantar makanan?" tanya suara seorang perempuan dari dalam. Kemudian wanita cantik itu datang menghampiri kami yang sedari tadi terdiam."Hei, ada orang kok bengong aja!" tukas wanita itu sambil menepuk lengannya. Mas Hasbi hanya tersenyum sambil sesekali melirikku. Senyumannya masih sama, seperti dulu. Tak ada yang berubah darinya."Berapa semuanya, Mbak?" tanya wanita itu, setelah dia tahu aku membawa makanan yang mereka pesan."Ini mba." Kuserahkan nota itu, diapun menerimanya. "Tunggu sebentar ya, aku ambil uangnya dulu."Aku mengangguk."Oh iya mbak, bisa minta tolong sekalian dibawakan ke dalam, soalnya anak-anak sudah menunggu," pintanya."Baik, mbak," jawabku gugup. Dagdigdug, debaran jantungku berirama makin tak menentu, rasanya begitu canggung."Hasbi, tolong ya, bantu mbaknya ke dalam," pinta wanita cantik itu."Ayo ikut," ajak Mas Hasbi, ia menenteng dua kresek besar s

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • PENYESALAN   11. Tegang

    Dia berjalan mendekat ke arah kami. "Maaf pak, saya mau bicara sama istri saya," ujar Mas Rizki, ekspresi wajahnya terlihat tidak suka. "Istri? Bukankah kalian sudah berpisah?" sela Mas Hasbi. "Kami belum resmi bercerai, pak. Jadi kami masih sah suami istri," jawab Mas Rizki lagi penuh penekanan. Ia menarik tanganku menjauh dari Mas Hasbi. Mas Hasbi hanya terdiam dan memandang kami dengan tatapan penuh tanya. "Kenapa sih kamu sering datang ke kantor?" tanyanya bersungut-sungut kesal. "Kamu gak lihat mas, aku sedang bekerja?" "Bekerja atau menggoda pria lain? Ingat ya, kamu ini masih istri sahku!" Deg! Mas Rizki setega itukah memfitnahku? "Astaghfirullah aku gak sepicik kamu, mas! Aku sedang bekerja, mengantarkan pesanan." "Berapa? Kamu butuh berapa? Apa kamu benar-benar sudah kekurangan uang sampai rela melakukan hal memalukan seperti ini?" tanyanya lagi. "Memalukan? Tidak, aku tidak malu, aku melakukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • PENYESALAN   12. Semua gara-gara dia!!

    "Keysha gak suka ya, om datang lagi ke tempat Tante Nadia. Ingat om, kita akan segera menikah!" Keysha menarik lenganku dan kami masuk ke mobil. Aku sempat menoleh dan memandang ke arah Nadia. Dia memandang kami dengan tatapan nanar. Sepanjang perjalanan Keysha mengomeliku tanpa henti. "Om udah gak sayang lagi sama Key?" "Om udah gak cinta lagi sama Key?" "Kenapa Om pulang ke rumah Tante Nadia?" "Om jahat! Om gak menghargai perasaan Keysha!" "Om kenapa lakukan ini sama Keysha? Bukankah om sudah berjanji akan menikah dengan Keysha dan menceraikan tante?!" "Keysha, diaamm!!!" bentakku hingga membuatnya terbungkam. Dia menunduk sambil terisak. Air matanya tumpah. Aaarghhh, lagi-lagi senjatanya hanya menangis. Telingaku sangat berisik mendengar rengekannya yang seperti anak kecil hingga membuatku membentaknya. Sampai di rumah ibu, Keysha langsung turun dan menuju kamarnya. Dia hanya meny

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • PENYESALAN   13. Babak Belur

    Sore itu aku menjemput Keysha pulang kuliah, wajahnya terlihat lesu, seperti ada masalah yang disembunyikan. Sejak kemarin Keysha ngambek, kami memang belum saling berbicara lagi setelah kubentak kemarin. Makanya aku berinisiatif untuk menjemputnya kuliah. Aku ingin berdamai dengannya. Apalagi besok pernikahanku digelar, masa iya pengantin baru diem-dieman? Keysha naik ke mobilku, dengan wajah yang ditekuk, cemberut. "Mau jalan-jalan?" tanyaku memecah keheningan. Dia hanya menatapku lalu menggeleng perlahan. "Lho kenapa lesu gitu? Biasanya semangat kalau diajak jalan-jalan?" tanyaku lagi. Dia menatap ke arahku lagi, sepertinya ia sangat takut untuk berbicara. "Ada apa? Kenapa diam aja?" aku benar-benar penasaran, biasanya dia sangat ceriwis dan ceria, sekarang dia diam saja jadi seperti ada yang hilang darinya. "Takuuut..." ucapnya lirih. "Takut? Takut apa?" tanyaku penasaran. "Takut om marah lagi kayak kemarin,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • PENYESALAN   14. 200 Juta

    "Apa maksud ibu?""Halaaah jangan pura-pura tidak tahu deh! Kamu kan yang nyuruh preman-preman untuk menculik Keysha?!""Tidak, Bu. Aku tidak tahu menahu tentang itu. Aku bahkan baru tahu karena ibu ngomong ini. Jadi bener mas, Keysha diculik?" Nadia balik bertanya dengan nada khawatir.Aku mengangguk. Hah, dia hanya bertanya keponakannya saja, bahkan wajahku yang babak belur begini tidak ia tanyakan.Prok ... Prok ... Prok ..."Aktingmu benar-benar bagus, Nad! Hebat kamu!" sindir ibu. "Kamu sengaja kan lakukan ini agar Rizki dan Keysha tidak jadi nikah?""Astaghfirullah hal'adzim, aku gak punya pikiran licik seperti itu, bu. Mas Rizki mau nikah, nikah saja, aku gak peduli. Buat apa aku repot-repot nyuruh preman buat nyulik Keysha. Gak ada untungnya buat aku. Dan kamu yang bilang sendiri kan mas? Aku kekurangan uang? Terus aku punya uang dari mana untuk bayar para preman itu?" ujarnya dengan menatapku tajam."Iya Bu, Nadia benar, dia

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • PENYESALAN   15. Terpaksa Jual Mobil

    "Lalu Rizki harus gimana, Bu? Dari pada Keysha dan bayiku kenapa-napa." "Terus kamu mau dapat uang dari mana dengan waktu sesingkat itu? Kamu punya tabungan?" Aku menghela nafas dalam-dalam. Itu juga yang aku pikirkan. Uang di rekening tabungan hanya ada 70 juta, sisanya harus kucari kemana? "Hishh, semenjak kamu sama bocah itu, hidup kita jadi gak tentram gini!" "Sudah Bu, Rizki mau pergi dulu." "Kemana?" "Cari pinjaman Bu, kalau gak ada terpaksa Rizki akan jual mobil." "Apaaaa...?" Kutinggalkan ibu yang masih tercengang dengan ucapanku. Ya mau bagaimana lagi. Jual mobil juga gak semudah dan secepat jualan gorengan yang langsung habis. Aku bergegas menuju ke bengkel dengan naik ojek. Beruntung, sampai di bengkel, mobil sudah diservis karena tidak ada kerusakan yang berarti. Setelah membayar tagihan itu, aku bergegas ke rumah Nadia. Aku akan desak dia, supaya dia bisa membantuku. Aku sangat yakin

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26

Bab terbaru

  • PENYESALAN   93. Seribu tangkai mawar untukmu (End)

    "Nadia ... dingiiiin ..."Nadia panik, ia langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuh sang suami agar tak kedinginan. Ia pun berlalu ke belakang, mengambil air panas di baskom dan juga handuk kecil untuk mengompres kening sang suami.Setelah hampir dua puluh menit, rasa dingin mulai mereda. Hasbi bangkit, kepalanya terasa begitu pening dan berputar-putar."Mas, kamu sudah mendingan? Sudah gak dingin lagi?"Hasbi mengangguk. "Iya tapi pusing banget.""Masih kuat kan buat sholat?""Masih sayang.""Ini diminum dulu air hangat, Mas. Biar badanmu hangat.""Makasih, Dek." Hasbi meraih gelas air minum itu lalu meneguknya pelan. Nadia membantunya meletakkan gelas di meja."Ya sudah sekarang sholat dulu. Aku buatin bubur buat kamu ya, Mas."

  • PENYESALAN   92. Biar gendut tapi masih muat

    Nadia berkaca di depan cermin riasnya. Dia berputar-putar sejenak, melihat pantulan dirinya di depan cermin."Mas, kayaknya aku gendutan deh, nih lihat lemak di perut gak ilang-ilang!" ujar Nadia sembari memanyunkan bibir.Hasbi tersenyum dan menghampirinya. Memeluk tubuh sang istri dari belakang.“Gak papa kok kamu gendutan, hatiku masih muat tuh buat kamu.”"Iiih, berarti beneran dong aku gendut!" cebik Nadia kesal."Sayang, di perutmu ini kan sudah lahir buah cinta kita. Dia tumbuh di rahimmu selama sembilan bulan lamanya, ya wajar saja kalau perutmu sudah gak kayak dulu lagi.""Tapi kan--""Sssttt ... Aku akan menerima kamu apa adanya sayang. Tak peduli dengan perubahan bentuk fisikmu, aku tetap mencintaimu."Kecupan lembut kembali mendarat di puncak kepala Nadia. Nadia mengulum senyum. Merasa berarti dengan perhatian yang suaminya berikan."Yakin kamu gak akan berpaling meskipun aku berubah g

  • PENYESALAN   91. Tenggelam

    Mobil mereka memasuki kawasan wisata Pantai Tanjung Lesung yang terletak di Pandeglang, Banten. Waktu yang ditempuh sampai ke lokasi hampir menghabiskan waktu 3,5 jam.Satu persatu dari mereka turun dan meregangkan otot tubuhnya. Lalu beranjak menuju ke homestay yang sudah direservasi oleh Hasbi satu hari sebelumnya.Terlihat wajah-wajah yang riang dan gembira, untuk berlibur melepaskan rasa penat karena aktivitas.Begitu pula dengan Nadia dan anak-anak, mereka masuk ke dalam villa yang spesial dipesankan oleh Hasbi."Bunda, ayo kita main ke pantai!" ajak Cinta. Dia menarik tangan Nadia untuk beranjak bangun."Iya, sebentar sayang. Istirahat dulu di sini ya.""Bunda, aku mau main pasir putih," sahutnya lagi."Iya sayang. Sebentar, bunda ganti baju dulu nih biar santai.""Yeayy asyiiikkk ..." Zikri dan Cinta saling ber-tos ria, berjingkrak senang seperti tak ada lelah."Panas-panas mau main di pantai?" tanya Hasbi.

  • PENYESALAN   90. Liburan Keluarga

    "Hei ... kalian habis dari mana saja, Sayang?" sambut Hasbi ketika sampai di rumah.Dua bocah kecil itu menghambur ke arahnya. Memeluknya dengan sangat erat dan antusias."Ayah, aku dapet ini!" seru Zikri seraya menunjukkan boneka Frog ke ayahnya."Aku juga dapat ini, Yah!" timpal Cinta sembari menunjukkan boneka beruang miliknya."Bunda hebaaat ... Bunda bisa ambil ini di permainan capit boneka," puji Zikri lagi."Wah, bunda kalian memang hebat ya," sahut Hasbi menanggapi dua bocah kecil itu.Nadia tersenyum melihat celotehan mereka.Rasanya bahagia, kebahagiaan yang sederhana."Nah, sekarang kalian mandi dulu ya, udah sore. Mak Piah dan Mbak Sarni akan memandikan kalian.""Yeaaay ... Horeee ...!"Dua bocah kecil itu berlarian ke dalam. Nadia dan Hasbi ters

  • PENYESALAN   89. Ambilkan Bulan, Bu

    "Mas, aku dengar kabar kalau katanya jenazah Andin mengeluarkan bau tak sedap bahkan kejadian-kejadian aneh lain saat di pemakaman."Hasbi menoleh ke arah istrinya. Menghentikan aktivitasnya yang tengah memeriksa pekerjaan di laptop. Memang benar, desas desus berita tentang kematian Andin santer terdengar."Aku gak nyangka wanita secantik dia harus mengalami kejadian mengenaskan seperti ini.""Sssttt ... Jangan dibicarakan lagi. Itu adalah aib. Kita lupakan saja. Doakan yang terbaik untuk almarhumah.""Iya, Mas. Maaf.""Iya, tak apa. Aku tahu kok perasaanmu. Mulai sekarang kita fokus sama kehidupan kita saja ya, yang berlalu biarlah berlalu."Nadia mengangguk."Ambil hikmahnya saja, setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, baik maupun buruk."Nadia tersenyum dan langsung mem

  • PENYESALAN   88. Kematian yang tragis

    " ... Musibah kebakaran terjadi di kawasan elit tengah kota xxx ... Melanda kawasan apartemen mewah. Sementara, penyebab kebakaran diduga karena korsleting listrik, petugas polisi sedang menyelidiki kasus ini ... Seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun menjadi korban meninggal atas tragedi kebakaran petang tadi ..."Sebuah tayangan televisi menampilkan berita kebakaran hebat yang cukup memprihatinkan."Mas, kamu kenapa?" tanya Nadia saat menghampirinya dan memberikan segelas teh manis hangat untuk sang suami."Ada berita kebakaran di tengah kota, Dek." Kedua mata Hasbi masih belum terlepas dari layar benda datar itu.Nadia menoleh dan melihat tayangan berita di televisi."Seorang korban sudah berhasil diidentifikasi, nama Andin Yozita 28 tahun, berprofesi sebagai staff kantor, menjadi korban tewas dalam insiden kebakaran kali ini."Nadia dan Hasbi saling berpandangan."Mas, apa yang dimaksu

  • PENYESALAN   87. Dendam Yang Tak Pernah Usai

    Praaannkk ....!! Wanita itu memecahkan barang-barang di sekitarnya. Rasa amarah, dendam, benci yang tak berkesudahan menguasai hatinya."Semua gara-gara kamu, Nadia! Semua gara-gara kamu!!" teriaknya geram.Hari itu setelah kondisi badannya kembali fit, dan sembuh dari alergi, ia menyelidiki siapa pengirim paket misterius itu hingga mendapatkan informasi kalau pengirimnya adalah Nadia."Kau benar-benar licik, Nadia! Awas saja, aku akan membalasnya lebih menyakitkan!"***"Maaf Andin hubungan kita, kita sudahi sampai di sini," pungkas Roy dengan raut wajah serius."Kenapa? Kenapa kau memutuskan hubungan ini secara sepihak, Mas?"Roy hanya tersenyum masam. "Tanyalah pada dirimu sendiri, kau berhubungan tak cukup dengan seorang laki-laki, padahal selama ini aku sudah memenuhi semua kebutuhanmu, gaya hidupmu, aku menanggung semuanya. Tapi hatimu justru kau berikan pada pria lain.""Pasti bukan itu saja alasannya!"

  • PENYESALAN   86. Kehilangan

    "Mas, kenapa bisa seperti ini?""Aku gak tau Nadia, saat pulang ke rumah aku menemukannya pingsan di halaman belakang, Cinta menangis gak jauh dari tempat ibunya terjatuh.""Ya Allah ..." Mendengar ucapan mantan suaminya, tanpa terasa kedua mata Nadia kembali menitikkan air mata, ia merasa sangat iba."Apa Keysha tidak mengeluh apa-apa?""Tidak, dia cuma bilang pusing. Tapi dia juga bilang tak ingin merepotkanku ataupun kamu. Aku yakin dia berusaha sekuat mungkin menyembunyikan rasa sakitnya."Nadia menghela nafas dalam-dalam. Ia tak menyangka keponakannya pergi begitu cepat."Oh iya, Mas Rizki, Cinta mana?"Rizki tergagap. "Ah tadi dia diajak sama suster."Nadia mengangguk sembari tersenyum tipis. "Mas, aku cuma mau bilang kamu yang sabar ya. Aku tahu ini berat, tapi ini semua sudah suratan takdir Yang Maha Kuasa.""Iya, terima kasih Nadia.""Mas, aku cari Cinta dulu. Biar kuambil dari perawat."

  • PENYESALAN   85. Berita Duka

    Rizki sudah membeli buket bunga mawar untuk diberikan pada istrinya. Ya, hari ini Keysha ulang tahun. Dia akan memberikan sedikit kejutan untuknya. Kasihan wanita itu, selama ini harus ikut bersusah payah dengan kondisi mereka.Rizki bersiul-siul riang, biasanya kalau sore-sore begini, Keysha menunggunya di teras sambil bermain dengan Cinta, buah hati mereka.Lelaki itu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Kenapa sepi sekali? Batinnya bertanya-tanya sendiri."Keysha? Cinta? Kalian dimana?" panggil Rizki. Lelaki itu mencari ke setiap sudut rumah, tapi tak ia temukan mereka dimanapun."Kemana mereka?"Samar-samar terdengar suara anak kecil menangis. Rizki menajamkan pendengarannya. Jangan-jangan itu Cinta?Gegas, dia lari ke belakang. Suara tangisan Cinta terdengar makin kencang. Dari kejauhan ia melihat sosok anak kecil sedang menangis di antara rimbunnya rerumputan."Astaghfirullah hal adzim. Cinta!" teria

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status