Share

PENDEKAR Sabda JAGAD
PENDEKAR Sabda JAGAD
Penulis: BayS

Bab 001. PENCURIAN PUSAKA

Sesungguhnya suasana malam kala itu cukup indah dan hening dihiasi sinaran bulan purnama.

Namun keheningan dan keindahan malam itu terkoyak, oleh sebuah suara teriakkan di markas sekte Rajawali Emas.

"Awas! Ada pencuri masuk ke ruang pusaka!!" teriak seorang anggota sekte kelas menengah, yang kebetulan berjaga di area markas bersama seorang anggota lainnya.

Crash! Crasshk!

“Arrgghssk!” bagai kilat berkelebat cahaya merah dari sebuah pedang, yang langsung menerbangkan dua buah kepala penjaga pintu di ruang pusaka sekte Rajawali Emas.

Dua penjaga ruang pusaka itu pun tewas tanpa kata, seorang di antaranya adalah anggota sekte yang baru berteriak tadi.

Slaphs!

Cepat sekali sosok berpenutup kepala kain itu melesat melewati pagar markas sekte, lalu lenyap di kegelapan hutan yang mengelilingi sekte Rajawali Emas itu.

Puluhan sosok berkelebatan keluar dengan cepat dari dalam markas sekte, mereka langsung menuju ke ruang penyimpanan pusaka dan sebagiannya melesat ke sekitar markas mencari sosok yang mencurigakan.

“Dua penjaga ruang penyimpanan pusaka telah tewas!” teriak seorang anggota sekte yang melesat ke arah penyimpanan ruang pusaka.

Seketika markas sekte Rajawali Emas menjadi gempar. Ki Somanatha selaku putra pertama dari Guru Besar sekte Rajawali Emas, langsung memeriksa ke dalam ruang penyimpanan pusaka sekte Rajawali Emas.

Dan hal yang paling ditakuti oleh sekte Rajawali Emas ternyata benar-benar terjadi.

"Hahh! Kurang ajar! Kitab pusaka Rajawali Langit dan pedang keramat Rajawali Emas telah hilang dari tempatnya!" seru Ki Somanatha terkejut dan murka bukan main mengetahui hal itu.

Ya, dia serasa tak percaya atas kenyataan telah hilangnya dua buah pusaka yang merupakan urat nadi dari sekte Rajawali Emas.

Akhirnya dia mengambil sebuah keputusan 'terpaksa' dalam keadaan darurat itu.

'Hhh! Terpaksa aku harus menghadap dan mengganggu tapa brata ayahanda Bilowo Djati di ruang khususnya', bathin Ki Somanatha, seraya menghela nafasnya.

Ya, di bagian belakang markas sekte Rajawali Emas terdapat sebuah bukit bernama bukit Dewa Pedang. Terdapat pintu batu geser tebal yang tersembunyi di bawahnya, yang tertutupi oleh tanaman rambat lebat.

Dan di sanalah pintu ruang-ruang laku khusus para leluhur sekte Rajawali Emas berada. Ruang laku khusus yang hanya boleh dimasuki oleh para ketua, pendahulu, serta leluhur ketua sekte Rajawali Emas.

Bisa dikatakan, ruang itu adalah ruang akhir bagi para ketua atau tokoh puncak di sekte Rajawali Emas, untuk menyepi dan mensucikan diri hingga akhir hayat mereka. 

Daghs!

Ki Somanatha menendang sebuah tombol rahasia, yang terdapat di sebelah kanan bawah sisi pintu batu geser.

Dia melakukan hal itu setelah menyingkirkan tanaman rambat lebat yang menutupi pintu batu geser.

Sebuah tombol rahasia yang tak akan mudah di temukan oleh orang luar bahkan anggota sekte biasa sekalipun.

Grrggh! Grrggh! Blaaghk!

Pintu batu geser pun terbuka dengan suara bergemuruh keras, Ki Somanatha segera masuk ke dalam ruang rahasia dan berjalan cepat menyusuri lorong rahasia itu.

Akhirnya Ki Somanatha hanya bisa mencapai ruang lorong terakhir yang masih terbuka. Karena jika ketua atau leluhur terdahulu telah wafat, maka ketua atau tokoh yang masuk berikutnya harus memukul tombol buka tutup pintu geser di depan ruang khusus itu.

Dan jika ruang khusus itu telah tertutup, maka siapa pun tak akan dapat membuka kembali pintu batu itu untuk selamanya!

Ki Somanatha terhenti di ruang khusus yang pintunya masih terbuka itu. Nampak sosok sang ayahandanya Eyang Bilowo Djati, yang masih berada dalam posisi bersila di dalamnya.

"Ayahanda, maafkan ananda telah lancang mengganggu tapa brata Ayahanda," ucap Ki Somanatha, seraya berlutut di depan sosok Eyang Bilowo Djati yang bersila dengan mata terpejam.

"Hmm. Katakan saja Soma, ada berita penting apakah di markas sekte?" ucap Bilowo Djati bertanya, namun sepasang matanya nampak masih terpejam.

"Ayahanda, maafkan kelalaian ananda dalam menjaga pusaka keramat sekte Rajawali Emas. Malam ini sekte Rajawali Emas telah kedatangan seorang pencuri.

Pencuri itu berhasil mengambil Kitab Rajawali Langit dan Pedang pusaka Rajawali Emas dari ruang penyimpanan pusaka, Ayahanda," ucap Ki Somanatha, dengan nada bergetar penuh penyesalan.

"Ahh! Demi Hyang Agung! Inilah rupanya makna wisik Matahari Tenggelam selama 90 tahun di atas langit markas kita.

Ayahanda telah mendapatkan wisik itu sejak beberapa waktu terakhir ini," seru kaget bergetar Eyang Bilowo Djati, saat mendengar kabar mengejutkan dari putra tertuanya itu.

"Ayahanda, apa yang harus Soma lakukan sekarang?" Ki Somanatha pun bertanya dengan wajah bingung dan panik pada ayahandanya.

"Putraku Soma, ruang penyimpanan pusaka sekte kita memiliki beberapa jebakkan rahasia, yang tak mungkin bisa di tembus dengan mudah oleh pencuri tersakti di kolong jagad sekalipun.

Jika sampai terjadi ada pencuri yang bisa masuk dan keluar dengan selamat dari ruang penyimpanan pusaka, maka artinya hanya ada satu kemungkinan!

Ada pengkhianat di antara kita! Di mana adikmu Raganatha?" seru Eyang Bilowo Djati.

"Ahh! Adik Raganatha sudah beberapa hari ini belum pulang ke markas Ayahanda!" seru Ki Somanatha terkejut.

Ya, dia baru terpikirkan soal kemungkinan adanya pengkhianat di antara tokoh sekte Rajawali Emas.

"Anakku Soma, wisik ayahanda kini sudah berubah menjadi suratan tertulis. Kebesaran sekte Rajawali Emas perlahan akan tenggelam, seiring dengan 'hilangnya' dua pusaka sekte kita.

Dan hanya salah satu dari keturunan terpilih kita, yang akan bisa membangkitkan kembali sekte Rajawali Emas menuju masa puncak keemasan tertingginya di kemudian hari!" seru Eyang Bilowo Djati, seraya terhenti berkata sejenak.

"Somanatha. Ayahanda cuma bisa berpesan, 'Walau apapun yang terjadi, jangan pernah membubarkan atau menutup sekte Rajawali Emas kita'!

Walau anggotanya hanya tinggal keluarga kita saja! Ingat itu Somanatha!" Eyang Bilowo Djati berkata dengan penekanan suara yang tajam dan dalam.

"Baik Ayahanda!"

"Sekarang adalah permintaan ayahanda yang terakhir. Kaupukul hancurlah tombol penutup pintu ruang khusus ayahanda, setelah kau berada di luar ruangan khusus ini, Somanatha!" seru Eyang Bilowo Djati tegas tak terbantahkan.

"Ayahanda..!" seru Ki Somanatha dengan suara sedih bergetar, hal yang menyatakan keberatan hatinya.

Karena dengan memukul hancur tombol pintu ruang khusus ayahandanya itu, berarti Eyang Bilowo Djati sudah memutuskan untuk tak berhubungan lagi dengan dunia luar.

Ya, Eyang Bilowo Djati akan terkurung hingga dia menemui ajalnya di dalam ruangan khusus itu!

"Lakukanlah Soma! Dan ingat, jangan sampai 'Mustika Rajawali Emas' yang berada dalam dirimu, jatuh ke tangan orang yang bukan keturunan langsung darimu!

Keluar dan jadilah tegar putraku!" seru tegas bergetar Eyang Bilowo Djati.

"Ayahanda ...." Ki Somanatha bersimpuh dan mencium wajah, tangan, dan lutut sang ayahandanya itu dengan perasaan pedih, sedih, dan berat hati.

Namun perintah sang ayahanda tetaplah perintah yang harus di patuhinya.

"Selamat jalan Ayahanda..!” Ki Somanatha mengucapkan salam terakhirnya.

Ya, Eyang Bilowo Djati adalah ketua ke 27 dari sekte Rajawali Emas. Dengan tertutupnya pintu ruang khusus itu, maka resmilah kini Ki Somanatha menjadi ketua ke 28 dari sekte Rajawali Emas.

Bruaghk! Grrghh! Blammp!

Ki Somanatha memukul hancur tombol pintu batu ruang khusus itu, dan pintu batu tebal lorong bergeser menutup dengan suara menggetarkan.

Ya, pintu ruang khusus ketua ke 27 Eyang Bilowo Djati telah tertutup rapat untuk selamanya!

***

Sementara itu di markas sekte Elang Merah, yang berlokasi tak begitu jauh dengan sekte Rajawali Emas berada.

Taph!

Mendarat ringan sesosok tubuh berpakaian hitam dengan memakai penutup kain hitam pula, melalui sebuah jendela yang di biarkan terbuka. 

"Ahh! Ketua sudah kembali rupanya. Bagaimana dengan keterangan yang kuberikan pada Ketua, sesuaikah?" terdengar seru gembira dari seorang lelaki di dalam ruangan.

"Keterangan yang sangat tepat dan berguna sekali Raganatha!" sahut sosok berpakaian hitam, seraya membuka penutup kepalanya.

"Hehehe! Wah, syukurlah kalau begitu. Karena aku berharap imbalan yang Eyang Prana janjikan di berikan malam ini juga," ucap sosok itu yang ternyata adalah Raganatha!

"Baiklah Raganatha. Terimalah imbalanmu ini!" Eyang Prana Wisesa berseru, seraya kelebatkan cepat pedang merahnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
V4RI0
Mantep. Gaya bhsnya ccok nih. ok. besok lnjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status