Beranda / Fantasi / PENDEKAR Sabda JAGAD / Bab 007. MALAM JAHANAM

Share

Bab 007. MALAM JAHANAM

Splaattzh!

Belum cukup sampai disitu, dua larik cahaya hitam pekat nampak melesat menembus pusat benturan dan menghajar telak dada Ki Respati.

Blaarghk! Krreegh!

“Arrghks!” dada kiri dan kanan Ki Respati pun hangus dan melesak seketika, dan dengan diiringi teriakkan kematiannya maka ambruklah sosok Ki Respati ke bumi.

Ya, Ki Respati suami Seruni serta ayah dari Jalu dan Larasati! Ketua sekte Rajawali Emas ke 30 telah tewas dengan mengenaskan malam itu!

"Mampus kau ketua sekte sampah!" seru puas Ki Taksaka, seraya menghampiri mayat Ki Respati.

Dengan seksama dia mendeteksi sekujur tubuh Ki Respati dengan telapak tangannya, yang dilambari ilmu Serap Raga miliknya.

'Bedebah! Mustika Rajawali Emas tak ada ditubuhnya!' seru marah dan kecewa bathin Ki Taksaka.

"Ada apakah Ki Taksaka?!" Ki Mukti Roso berseru heran, saat melihat rekannya itu nampak kecewa, setelah mencari-cari sesuatu pada sosok mayat Ki Respati.

"Tidak apa-apa Ki Mukti Roso. Aku hanya ingin memastikan kalau dia benar-benar sudah tewas!" sahut cepat Ki Taksaka, menutupi maksud sebenarnya.

‘Ahh! Mungkin saja bedebah Ki Respati ini telah mewariskan mustika itu pada kedua anaknya!’ seru bathin Ki Taksaka penuh harapan. Berpikir begitu maka,

"Baiknya kita ikut mengejar keluarga sekte Rajawali Emas yang tersisa Mukti Roso!” Slaph! Ki Taksaka langsung melesat cepat, setelah dia berseru pada Ki Mukti Roso.

Slaph!

Ki Mukti Roso pun sontak ikut melesat menyusul rekannya itu.

Sementara itu Jalu dan Larasati terus melesat membawa lari sang ibu. Mereka berdua seperti telah sepakat untuk bersembunyi, di bukit ruang khusus para leluhur sekte Rajawali Emas. Namun,

Jlebh! Splagh!

Sebuah pisau terbang milik sekte Naga Terbang menancap tepat di punggung sang ibu, dan sebuah pukulan jarak jauh juga menyusul telak menghajar punggungnya.

“Akkhs..!” terdengar jerit kematian Seruni saat itu juga, sosok wanita paruh baya itu pun terpental lepas dari rangkulan kedua putra putrinya.

"Ibuuu..!!" teriak terkejut Jalu dan Larasati berbarengan.

Cepat mereka menghampiri sosok sang ibu yang telah tewas seketika, sebelum dia sempat menyentuh tanah.

Ya, bagi Jalu dan Larasati, kejadian itu memang sungguh terlalu cepat dan tak terduga.

"Ibunda! Jangan tinggalkan Jalu dulu ibu!" seru Jalu bergetar, menahan kepedihan hatinya. Dia sudah membayangkan pastilah sang ayahandanya juga telah tewas, oleh sekelompok orang berpenutup kepala kain hitam itu.

"Ibunda! Sati benar-benar tak berguna melindungi ibu. Tsk, tsk!" terdengar isak kepedihan Larasati, sambil bersimpuh di sisi mayat Nyi Seruni.

Tak dipungkiri Larasati memang gadis remaja yang cantik dan tengah mekar-mekarnya diusianya yang 16 tahun.

"Hahahaaa!!" terdengar tawa bergelak di belakang Jalu dan Larasati, yang masih menangisi kematian ibu mereka.

"Kalian menangis pun percuma! Malam ini riwayat keluarga sekte Rajawali Emas harus tamat hingga ke akar-akarnya! Hahahaa!" seru tergelak Ki Braja Denta.

"Kalian semua bajingan! Hiahh!” Wusshh! Larasati berseru memaki, seraya melesat lepaskan tendangan Rajawali Mengibas Langit ke arah kepala Ki Braja Denta.

Taph! Brughk!

Namun hal yang mudah saja bagi Ki Braja Denta, untuk menangkap kaki Larasati dan langsung membantingnya ke tanah.

“Ahhsk..!” seru kesakitan Larasati, saat tubuhnya terhempas deras ke tanah. Larasati terkapar tanpa daya, tubuhnya serasa sesak dengan kepala pening serasa berputar.

“Hiaah!” Cakar Harimau Besi Ki Braja Denta telah siap terangkat, dia hendak langsung menghabisi nyawa Larasati saat itu juga. Namun,

Taph!

“Tahan dulu Braja Denta! Apakah kau tak melihat sesuatu yang menarik dari anak gadis ini! Hehehee!" seru terkekeh Ki Arga Bayu sang ketua sekte Naga Terbang, seraya menangkap pergelangan tangan Ki Braja Denta.

Ya, rupanya Ki Arga Bayu tertarik melihat kecantikkan Larasati, yang tertimpa sinar remang cahaya rembulan malam itu. Hasrat bawah ketua sekte Naga Terbang itu pun muncul seketika.

"Lepaskan aku! Kalian bangsat pengecut!" teriak Larasati marah sekali.

Namun cengkraman Ki Braja Denta pada kedua kakinya bagaikan capit besi yang membuatnya tak berdaya.

"Apa maksudmu Arga Bayu?! Kita harus habisi mereka semua sampai ke akar-akarnya!" sentak Ki Braja Denta nampak kesal.

"Tentu saja begitu Braja Denta! Namun kita akan menghabisi yang satu ini setelah menikmatinya lebih dulu, hehe!" seru terkekeh Ki Arga Bayu, seraya wajahnya menyeringai penuh nafsu pada Larasati.

Tukh! Tukh!

Secepat kilat sosok Ki Arga Bayu melesat dan menotok tubuh Larasati, hingga gadis remaja itu menjadi lemas tak berdaya.

"Lepaskan Kakakku! Kalian memang manusia binatang! Hiahh!” Weshh!

Jalu berseru memaki marah, sambil layangkan tendangan lompat ke arah lengan Ki Arga Bayu yang hendak membopong kakaknya.

Plakh! Deshh!

Tentu sangat mudah bagi Ki Arga Bayu menepis tendangan Jalu, seraya lesakkan telak sisi tangannya ke arah dada Jalu yang masih dalam keadaan melayang itu.

"Hakhhsh! Hoekss!”

Brughkk!

Sosok Jalu tersentak keras seraya semburkan darah segar dari mulutnya, hingga akhirnya dia terhempas deras ke tanah.

Rasa sesak dan nyeri mendera dadanya, pernafasan Jalu pun tersengal dan terasa berat.

Namun Jalu masih sadar, dia masih bisa mendengar pembicaraan serta suara di sekitarnya.

"Luar biasa juga fisik anak itu! Anak biasa saja pasti sudah tewas, jika terhajar sepertiga tenaga dalamku tadi!" seru Ki Arga Bayu heran, melihat daya tahan tubuh Jalu.

"Biarkan saja bocah itu menikmati rasa sakitnya terlebih dulu sebelum mati Arga Bayu!

Dan sebaiknya cepat kau selesaikan hajatmu! Aku menunggu giliran! Hahaha!" seru Ki Braja Denta seraya terbahak.

Akhirnya Ki Arga Bayu meneruskan niatnya memondong tubuh kencang dan mulus Larasati, menuju ke arah saung kosong yang tak jauh dari dari situ.

Ya, di saung yang biasa dijadikan tempat berteduh atau rehat orang-orang atau para petani itulah, sosok lemas Larasati direbahkan.

"Ahh! Tidakk! Jangan..!" terdengar teriakkan lirih Larasati, yang rebah lemas diatas saung. Sebuah teriakkan putus asa dari gadis yang terancam kehilangan kegadisannya.

"Tenanglah gadis cantik, aku akan mengajakmu merasakan surga terindah! Braja Denta! Lambar Manik! Bersabarlah menunggu giliran kalian! Hahahaa..!" seru Ki Arga Bayu, seraya terbahak dari dalam saung.

Nafas Jalu pun tersengal dipenuhi amarah meluap, namun dia sungguh dalam kondisi tak berdaya saat itu.

Luka dalam di tubuh Jalu benar-benar membuatnya tak mampu beranjak dari posisinya, yang terkapar pasrah menatap langit.

'Biadab kalian semuanya! Nama kalian akan kucatat dalam jiwa dan ingatanku! Ki Braja Denta! Ki Arga Bayu! Ki Lambar Manik!

Selama aku masih hidup, kalian semua tak akan pernah merasa aman! Bedebah kalian semua!' seru bathin Jalu, dalam rasa duka dan murka yang teramat sangat.

Akhirnya Jalu pun jatuh tak sadarkan diri, akibat tekanan mental dan amarah yang begitu menggelegak dalam dirinya.

"Aduhss!" terdengar teriakkan kesakitan Larasati, saat dia merasakan suatu benda asing milik Ki Arga Bayu melesak dan merobek sesuatu di dalam dirinya.

Ya, Larasati hanya bisa menggigit bibirnya menahan rasa sakit dan perih, dalam ketakberdayaannya menolak 'takdir buruk' yang menimpanya malam itu.

Akhirnya tak lama kemudian sosok Ki Arga Bayu pun tersentak melayang dalam puncak kenikmatannya. Setelah tubuhnya berayun dengan cepatnya di atas tubuh polos Larasati.

Dia pun terkulai sejenak diatas tubuh Larasati, lalu bangkit dengan enggan dan beranjak meninggalkan sosok polos Larasati yang terisak tak berdaya.

Ya, andai tubuh Larasati tak tertotok lemas oleh Ki Arga Bayu, maka sudah pasti dia akan melawan sampai tetes darah terakhirnya.

'Lebih baik aku mati, daripada hidup terhina seperti ini!' demikianlah jerit bathin Larasati.

Dan penderitaan Larasati masih terus berlanjut, saat berturut-turut Ki Braja Denta dan Ki Lambar Manik ikut menikmati tubuhnya, yang tergolek lemas diatas balai bambu di saung kosong itu.

Tak kuat dengan beban mental yang menderanya, Larasati pun terkapar tak sadarkan diri. Sungguh malam itu adalah malam jahanam dalam hidup Larasati!

Taph! Taph!

Hampir bersamaan Ki Taksaka dan Ki Mukti Roso muncul di tempat itu

Komen (2)
goodnovel comment avatar
BayS
makacih ka
goodnovel comment avatar
Windasari
mantap bernyawa tulisannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status