Beranda / Fantasi / PENDEKAR Sabda JAGAD / Bab 003. DUEL TAK SEIMBANG

Share

Bab 003. DUEL TAK SEIMBANG

"Hahh! Ka-kalian brengsek!" seru marah dan terkejut Jalu bukan main, dia langsung memaki dan mendekati kawanan remaja itu.

Dilihatnya dengan marah dan sedih bangkai kelima ekor ayamnya yang telah mati, dengan leher remuk dihantam lesatan 5 buah batu kerikil.

Jalu bergegas menghampiri keempat remaja yang nampak masih tergelak mengejeknya, kendati mereka melihat kemarahan di wajah Jalu.

"Hahahaa! Kau mau apa ke sini?! Apa mau kami buat lehermu seperti kelima ayammu itu, hahh?!" seru tergelak seorang remaja diantara kawanan itu, seraya mengintimidasi Jalu.

Plakkh!

Secepat kilat Jalu menampar keras anak yang berkata mengancamnya itu.

“Akhssh!” remaja yang bernama Arya itu tertampar telak seraya mengaduh kesakitan. Karena dia merasa terlalu yakin, jika Jalu tak mungkin bernyali menamparnya.

"Sialan! Kau berani menamparku anak gembel! Hiahh!” seru marah Arya memaki, tendangan putarnya langsung melesat cepat ke arah kepala Jalu.

Daghhk! Gludug, gludukh!

Jalu yang memang telah siaga berhasil menangkis tendangan Arya itu. Namun karena dirinya kalah tenaga dalam, ia pun terdorong deras ke belakang.

Jalu sengaja gulingkan tubuhnya, untuk meredam daya hempas tendangan Arya. Lalu..

Seth! Taph!

Jalu meloncat bersalto dan kembali tegak menjejak tanah dalam posisi bersiaga.

"Aku tak cari permusuhan dengan kalian! Tapi mengapa kalian selalu menggangguku?! Kalian harus mengganti rugi kematian lima ekor ayamku!" seru Jalu lantang.

Tak nampak rasa ketakutan sama sekali dalam nada suara dan wajah Jalu.

Padahal dia menyadari, baik kemampuan jurus maupun tenaga dalam dia masih berada di bawah mereka semua.

"Diam kau sekte gembel! Kau tak pantas berada di dekat kami! Kami dari sekte ternama 'Kera Putih' dan 'Harimau Besi' tak ingin dekat-dekat dengan anak dari sekte sampah sepertimu!

Cepat kau pergi jauh-jauh dan menggelinding dari sini!" teriak seorang teman dari Arya.

"Tidak Dipa! Aku belum puas jika belum menghajar anak tak tahu diri ini!" seru Arya pada putra ketua sekte Kera Putih itu, seraya bersiap dengan jurus Harimau Besinya.

Tangan Arya nampak telah membentuk cakar seekor Harimau. Tak heran, karena Arya memang putra dari ketua sekte Harimau Besi, Ki Braja Denta.

"Aku tak akan pergi dari sini! Sebelum kalian mengganti harga kelima ekor ayamku!" seru Jalu tegas, matanya menatap marah pada Jalu.

Ya, Jalu teringat pada beras yang harus dibelinya untuk makan keluarganya nanti, hal yang membuatnya menjadi nekat.

"Anak cari mati! Hiahh!” Weshh! Arya berseru keras, seraya kembali ayunkan cakarnya kearah dada, yang juga dibarengi dengan tendangan keras ke arah pinggang Jalu.

Daghk! Paghh!

Jalu berhasil menangkis ayunan cakar Arya, namun pinggangnya tersepak telak oleh sisi telapak kaki Arya.

Wesh! Gusraghk!

‘Akhs!” Jalu berseru pendek, tubuhnya terhempas ke samping dan ambruk ke tanah. Dia segera menggulingkan tubuhnya bermaksud menjauh.

Namun sialnya, Jalu malah berguling mendekat ke arah tiga rekan Arya.

Blaaghk..!

Spontan salah seorang diantara ketiga teman Arya langsung ayunkan sebuah tendangan, yang mengenai telak punggung Jalu.

"Heghs!" erang sesak Jalu, seketika tubuhnya terhentak keras. Rasa sakit dan sesak di pinggang dan punggungnya membuat Jalu cukup kesulitan untuk berdiri kembali.

Bagh! Bukh! ... Plakh!

Dan tanpa aba-aba lagi, keempat remaja itu langsung saja memberikan hajaran berupa tendangan, injakkan, dan pukulan, yang mendera di sekujur tubuh Jalu.

Sementara Jalu hanya bisa melindungi wajah dengan dua tangannya, dan menekuk kakinya untuk melindungi area vitalnya.

Hal yang mengagumkan saat kejadian itu adalah, sama sekali tak terdengar teriakkan mengaduh ataupun keluhan dari mulut Jalu.

Jalu nampak hanya menggigit bibirnya menahan rasa sesak dan sakit, akibat hajaran membabi buta keempat remaja liar itu.

Orang-orang di pasar hanya bisa diam dan terkesima melihat kejadian itu, karena mereka mengenali siapa keempat remaja jahat yang menghajar dan mengeroyok Jalu.

Ya, mereka semua merasa iba pada Jalu, namun mereka juga merasa takut dan ngeri dengan tokoh-tokoh di belakang ke empat remaja sok jagoan itu.

"Hei hentikan!” Seth!

Terdengar seruan seorang anak perempuan, yang langsung melesat masuk dalam arena perkelahian itu.

Bakhh! Paghk! Plaghk!

Tendangan dan pukulan berantai anak perempuan itu telak mengenai punggung, wajah, serta dada para remaja pengeroyok Jalu.

"Akhs! Uhgs! Hakssh!" seruan-seruan mengaduh kesakitan terdengar dari empat remaja brandalan itu.

"Adik Kirana! Apa yang kau lakukan?!" seru Arya terkejut, dia rupanya mengenali anak perempuan berusia 9 tahunan tersebut.

Namun anehnya ketiga rekannya langsung terdiam, saat mendengar nama Kirana disebut oleh Arya.

Ya, mereka semua mengenal siapa Kirana! Karena Kirana adalah putri dari ketua sekte 'Elang Merah', sekte paling ternama dan berpengaruh di wilayah Larantuka.

"Arya! Cepat bawa teman-temanmu menjauh dari sini!" seru marah Kirana, seraya menatap tajam ke arah Arya.

Sungguh anak perempuan yang gagah berani!

Namun nampak jelas tanda-tanda, jika nantinya Kirana akan menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Hidungnya yang mancung, dan matanya yang bening di bawah naungan bulu mata lentik.

Serta ada sebuah tanda yang menjadikan Kirana cukup mudah diingat dan dikenali orang, yaitu sebuah titik tahi lalat yang berada tepat di tengah pertemuan kedua alis matanya.

Tanpa menjawab, keempat remaja sombong yang sok jago itu segera meninggalkan tempat itu.

Meninggalkan begitu saja sosok Jalu yang masih meringkuk di atas tanah dengan tubuh lebam di sana sini, akibat hajaran dari Arya dan ketiga temannya.

Kirana segera menghampiri sosok Jalu dan membantunya duduk, dilihatnya kondisi Jalu yang cukup mengenaskan. Anak laki yang sepantaran dengannya itu nampak mengalirkan darah di sudut bibirnya.

Kirana segera mengeluarkan sebuah guci kecil, dari balik selendang yang dijadikan ikat pinggangnya.

"Kau minum saja pil ini ya," ucap Kirana tersenyum, seraya menyerahkan sebuah pil untuk luka dalam Jalu. Sebuah pil ramuan khusus dari sekte Elang Merah.

Jalu hanya bisa menganggukkan kepalanya, sungguh dia memang merasa badannya bagai habis diinjak-injak gajah.

Dadanya terasa sangat sesak, perutnya mual, dan kepalanya seperti berdengung dan berputar-putar.

Rupanya beberapa tendangan Arya cs tadi juga beberapa kali menghajar telinganya. Sungguh keji!

"Pak boleh minta air putihnya," ucap Kirana pada pemilik warung makan, yang sejak tadi hanya bisa menonton keramaian dan kerusuhan yang terjadi di depan warungnya.

"Ohh! Baik Den Ayu!" seru sang pemilik warung makan dengan wajah ramah. Dia pun segera mengambilkan segelas air putih untuk Kirana.

Jalu segera meminum pil yang diberikan Kirana. Dan seketika itu juga dia merasakan rasa sesak serta denyut pusing di kepalanya perlahan mereda.

Hanya saja perutnya terasa mual tak tertahankan. Jalu pun berjalan cepat agak terhuyung ke arah pohon waru di samping warung, lalu..

"Hoekssh! Hoekssh!" Jalu memuntahkan isi perutnya di bawah pohon waru itu. Nampak warna merah darah juga mewarnai muntahan isi perutnya.

Tetapi ajaibnya, setelah memuntahkan isi perutnya, Jalu pun merasakan perutnya kembali terasa lega, dan rasa mual itu seketika menghilang.

'Sungguh pil yang mujarab!' bathin Jalu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status