Beranda / Fantasi / PENDEKAR KEMBARA SEMESTA / Bunga Puspajingga Melipatkan Tenaga Dalam

Share

Bunga Puspajingga Melipatkan Tenaga Dalam

Penulis: Suwito Sarjono
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-29 09:09:17

Beberapa jurus berlalu, tak satu pun pukulan berhasil menyentuh Suro Joyo. Pendekar berpakaian serba putih itu terus berkelit. Tak ada kemauan untuk menangkis atau balas menyerang.

Perilaku Suro Joyo membuat Garjitalung semakin murka. Dia secara cepat mencabut tombak pendek yang terselip di pinggangnya.

Mata tombak menyala merah membara, menimbulkan hawa panas di sekitarnya. Garjitalung menusukkan tombak pendek ke dada lawan.

Sontak Suro Joyo berjumpalitan di udara. Tombak hanya mengena angin, terus meluncur sehingga menghantam batu sebesar gajah.

Bhral!

Batu hancur berkeping-keping disertai ledakan yang memekakkan gendang telinga. Batu-batu berhamburan ke segala penjuru. Mencelat bersama tubuh Suro Joyo yang ramping.

Garjitalung celingukan ke segala arah mencari-cari lawannya. Sosok yang berpakaian serba putih itu lenyap seperti siluman. Ke mana dia? Apakah telah hancur bersama batu-batu itu?

“Ah, paling dia kabur karena takut melawan aku,” gumam Garjitalung sambil menyelipkan tombak pendeknya di pinggang. Dia tinggalkan pertigaan menuju arah tenggara.

Suro Joyo keluar dari balik batu, tempatnya bersembunyi. Senyum tipis tersungging dari bibirnya.

“Daripada meladeni pendekar syaraf, lebih baik menghindar saja,” gumamnya. Suro Joyo meneruskan perjalanan ke arah timur laut, menuju Gunung Sumbing.

Tujuan utama Suro Joyo adalah memetik Bunga Puspajingga. Dia melesat ke arah gunung yang tebingnya ditumbuhi bunga sakti itu. Dengan segala kemampuannya, Suro Joyo siap berebut Bunga Puspajingga di tebing Gunung Sumbing.

***

Cerita beralih ke sebuah tempat yang terletak jauh di utara Gunung Sumbing. Yakni di depan sebuah goa yang bernama Goa Barong.

Tampak dua pendekar yang sama-sama berkumis tebal bernama Banawa dan Banawi. Yang membedakan dari mereka adalah senjata yang mereka gunakan dan pakaian yang mereka kenakan.

Banawa suka berpakaian serba merah menyala, sedangkan Banawi suka mengenakan pakaian yang serba biru tua. Banawa menyelipkan golok besar di pinggangnya, Banawi menyelipkan pedang panjang di punggung.

”Banawi, benarkah bahwa di dalam goa ini ada harta karun yang berlimpah?” tanya Banawa pada saudara kembarnya.

”Aku tidak bisa memastikannya. Tapi berdasarkan kabar santer yang kudengar, mungkin itu benar,” jawab Banawi. ”Lagian, apa salahnya kita mencoba menjebol pintu goa ini? Kalau kabar itu benar, kita berdua bakal kaya raya.”

”Kalau kabar itu salah?”

”Tak apa-apa, hitung-hitung kita uji coba pukulan tenaga dalam jarak jauh yang pernah kita pelajari.”

Banawa mengangguk-angguk tanda mengerti. ”Kalau begitu, kita hantam saja pintu itu bersama-sama sekarang juga.”

”Benar. Ayo kita mulai!”

Dua pendekar berdiri kokoh menghadap ke mulut goa yang tertutup batu besar. Telapak tangan mereka masing-masing menempel dan berada di depan dada. Banawa berdiri di sebelah kanan, sedangkan Banawi berdiri di sebelah kiri.

Keduanya menghimpun tenaga dalam masing-masing untuk dipusatkan di kedua telapak tangan. Tubuh mereka bergetar hebat, asap mengepul dari telapak tangan masing-masing. Keringat mengalir deras di dahi mereka.

Pada puncak pencapaian tenaga dalam, keduanya saling bergeser ke kanan dan ke kiri. Tangan kanan Banawi bertapakan dengan telapak tangan kiri Banawa.

Tangan kanan Banawa dan tangan kiri Banawi secara bersamaan hantamkan pukulan tenaga dalam jarak jauh ke mulut goa yang tertutup rapat.

Zhab! Zhab!

Dari kedua telapak tangan mereka meluncur sinar biru. Terus melesat cepat ke mulut goa. Sinar itu menghantam tutup goa.

Ketika penutup goa terhantam, ada seberkas sinar merah mengelilingi batu penutup itu. Sinar merah melontarkan sinar biru kembali ke asalnya. Ke arah Banawa dan Banawi!

Banawa dan Banawi tak menduga bakal terjadi seperti ini. Mereka menjatuhkan diri di bebatuan depan goa. Di atas mereka meluncur sinar biru dengan lesatan panas yang cepat. Meluncur keluar ke arah pohon besar.

Brual!

Pohon itu hancur berkeping-keping. Daun, batang, dan akarnya berhamburan jadi potongan-potongan kecil. Berjatuhan ke bumi. Berserakan di berbagai penjuru menjadi serpihan-serpihan kecil.

Kenyataan itu menunjukkan bahwa tenaga dalam Banawa dan Banawi sungguh dahsyat laur biasa. Tenaga dalam pendekar kembar itu tidak bisa dianggap enteng oleh siapa pun.

”Sebenarnya tenaga dalam kita sudah mencapai tataran tinggi,” kata Banawa. ”Tapi pintu goa itu ternyata dilapisi kekuatan pembalik.”

”Siapa yang memasang tenaga pembalik itu?” tanya Banawi.

”Tentunya orang yang ingin sesuatu di dalam goa itu aman.”

”Berarti di dalam goa itu ada harta karunnya.”

”Benar. Kurasa demikian. Orang yang memasangi tenaga pembalik itu pasti orang yang menyimpan harta karun di dalam goa itu.”

”Siapa ya nama orang itu?”

”Kita belum tahu. Tapi itu perlu dipikirkan! Sekarang yang penting adalah bagaimana menemukan cara agar tenaga dalam kita lebih sempurna. Setelah itu, kita dapat menjebol pintu goa.”

”Untuk mencapai taraf sempurna, kita mesti berlatih lagi selama satu setengah windu,” kata Banawi.

“Maksudmu kita berlatih lagi selama dua belas tahun?” tanya Banawa.

”Iya.”

“Kalau kita berlatih selama itu, mungkin orang lain sudah menguasai harta karun dalam goa itu. Kita tidak mendapatkan harta itu.”

”Tapi ada cara lain agar kita mencapai tenaga dalam sempurna dalam waktu singkat, mungkin hanya sehari,” Banawa berkata sambil menatap Banawi.

”Ah, kamu jangan ngelindur! Mana mungkin ada cara seperti itu?”

“Aku tidak ngelindur. Ini benar-benar ada cara paling gampang agar kita bisa mendapatkan tenaga berlipat-lipat dalam waktu singkat.”

“Bagaimana caranya?”

”Banawi...,kau sudah pernah mendengar tentang Bunga Puspajingga?”

”Pernah, ibu sering mendongengkan tentang kesaktian bunga itu pada waktu kita masih kecil.”

”Tapi bunga tersebut ternyata bukan dongeng. Bunga Puspajingga benar-benar ada. Bunga itu tumbuh di tebing Gunung Sumbing.”

“Banyak sekali kesaktian yang ada pada bunga itu,” Banawa menambahkan, “antara lain dapat melipatgandakan tenaga dalam. Seorang pendekar bisa memiliki  tenaga dalam berlipat-lipat dengan menggunakan Bunga Puspajingga.”

”Apakah kita akan memetik bunga itu?”

”Iya, aku yang akan mengambil bunga itu. Kau tetap berjaga di sini! Nanti bila telah didapat, bunga itu direndam dalam air putih.”

“Air putih rendaman Bunga Puspajingga kita minum,” kata Banawa, “maka tenaga dalam kita menjadi berlipat-lipat. Kita berdua nanti bakal mampu menjebol pintu goa itu.”

Banawi menghela napas sebentar. Baru kemudian berkata, ”Baiklah, aku berjaga di depan goa ini. Kalau kau ingin ke Gunung Sumbing, berangkatlah sekarang juga!”

Banawa meninggalkan Goa Barong. Berjalan menyusuri jalan setapak ke arah selatan. Pendekar muda yang suka berpakaian serba merah itu  terus berjalan tegap dengan semangat menyala.

Dalam benaknya timbul khayalan-khayalan. Misalnya setelah kelak mendapatkan Bunga Puspajingga, dia dan saudara kembarnya segera menjebol pintu Goa Barong.

Harta dibagi dua, lalu mereka akan kaya raya. Banawa berkeinginan mempunyai istri setelah menjadi orang kaya. Bahkan dia juga berkhayal ingin mempunyai istri  lebih dari  satu.

Khayalan Banawa terlalu melambung, hingga tak menyadari bahwa hari telah menjelang senja. Banawa juga tidak menyadari ketika dia telah melewati Bukit Tengkorak. Dia juga tak tahu kalau ada sepasang mata mengawasinya dari balik bebatuan.

***

Bab terkait

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Pertemuan Sepasang Kekasih

    Orang yang sejak tadi mengawasi Banawa, nangkring di dahan pohon yang tinggi. Dia adalah sosok pendekar yang berpakaian serba ungu. Dengan sekali gerakan meluncur dan menginjak tanah tepat di depan Banawa.Gerakan pendekar wanita berparas cantik itu tentu saja mengejutkan Banawa. Lebih-lebih setelah Banawa tahu sosok gadis yang berdiri di depannya, maka lebih terkejutlah dia.”Westi Ningtyas!” teriak Banawa.”Banawa!” gadis itu balas teriak.Kedua pendekar itu pun saling bergerak mendekat. Saling berpelukan dengan erat. Erat sekali. Seolah-olah tak mau lepas untuk selama-lamanya.”Aku rindu sekali, Banawa..., rindu sekali,” kata Westi Ningtyas, masih memeluk Banawa.”Aku pun juga demikian, Westi,” balas Banawa. ”Siang malam aku selalu memikirkan dirimu. Hampir tiap malam aku sulit tidur karena rindu padamu.””Selama ini kamu kemana, Banawa?””Memperda

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Biji Kembang Puspa Kemuning

    Ketika Westi menebarkan pandangan ke segala penjuru, tiba-tiba Banawa telah memeluknya dari belakang sambil tertawa-tawa ceria. Westi melepaskan diri dengan perasaan agak kesal.“Maaf, Westi kalau membuatmu kaget,” kata Banawa yang sudah rapi penampilannya. “Aku tadi mandi di pancuran yang ada di sana. Sekalian aku mencari buah jambu. Ayo kita makan buah ini untuk sarapan!”“Baiklah, tapi lain kali jangan berbuat seperti ini!”Westi menerima beberapa buah jambu. Kemudian mereka memakannya. Ketika matahari mulai meninggi, mereka meneruskan perjalanan ke arah selatan.Lepas tengah hari Banawa dan Westi telah sampai di kaki Gunung Sumbing. Ada tiga jalan menuju ke puncak Gunung Sumbing. Jalan kiri lewat utara, jalan tengah, dan jalan kanan lewat selatan. Banawa dan Westi berhenti untuk menentukan pilihan.”Kita lewat utara,” Banawa mengajukan pemikirannya.”Setuju,” sahut Westi. &rdquo

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Serangan Tak Terduga

    ”Semua jalan sama saja, akan sampai ke puncak,” jawab Ki Panjong. “Hanya saja, menurut jejak-jejak ini, jalan selatan dan utara telah dilalui para pendekar. Maka dari itu, kita lewat jalan tengah saja.”Kedua pendekar yang beda usia itu berjalan menyusuri jalan tengah. Jalan semakin lama semakin menanjak. Membuat kedua kaki terasa berat untuk melangkah.Jalan yang dilalui merupakan jalan setapak dan sempit. Suro dan Ki Panjong tidak bisa beriringan. Ki Panjong yang berjalan di depan, sedangkan Suro di belakangnya.Walau sudah tua Ki Panjong masih mampu berjalan cepat mendaki batu-batu terjal. Jalan yang menuju puncak ternyata berkelok-kelok. Semakin tinggi, semakin sulit didaki.Banyak semak belukar yang membuat kaki-kaki mereka kadang terhambat. Semak yang lebat membuat perjalanan lebih lambat.Matahari telah tenggelam ketika mereka baru mendaki seperempat dari tinggi gunung. Suro dan Ki panjong masih terus mendaki.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Pertarungan di Puncak Gunung Sumbing

    Pucat wajah begundal demi dilihatnya kepalan tangan Suro. ”Ka-kami disuruh... Garjitalung....” lalu begundal itu pun pingsan. Saking takutnya melihat kepalan tangan Suro!”Dasar cecurut..., tampang sangar, nyali ciut!” gumam Suro. ”Mari kita teruskan perjalanan, Ki!””Mari,” jawab Ki Panjong.Keduanya meneruskan perjalanan mendaki gunung dengan langkah cepat. Ketika waktu menjelang tengah hari keduanya hampir sampai di puncak gunung. Mereka sepakat duduk di bawah pohon maja untuk istirahat.Sementara itu pada waktu yang sama Westi Ningtyas dan Banawa telah sampai di puncak Gunung Sumbing. Mereka bernapas lega setelah sampai di tempat yang dituju.”Jangan merasa lega sobat..., aku sampai di sini sejak tadi,” kata seseorang yang keluar dari balik bebatuan. Dia ternyata Garjitalung.Banawa dan Westi terkejut karena tak menduga ada orang lain yang terlebih dahulu sampai di puncak ini. N

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Serangan Pendekar Candik Naga

    ”Banawa! Banawa...! Di mana kau?” Westi memanggil-manggil sang kekasih sambil berjalan sempoyongan ke arah selatan.Dia mendekati Garjitalung dengan pandangan penuh kebencian. Bahkan ada kesan dirinya jijik melihat Garjitalung.”Di mana Banawa? Di Mana?” tanya Westi pada Garjitalung penuh kegeraman.“Mana aku tahu?” jawab Garjitalung acuh tak acuh. “Aku tidak tahu-menahu tentang kekasihmu yang paling kau cintai itu.””Bangsat tengik! Kau kan tadi bertarung melawan dia! Masa kau tidak tahu?””Seharusnya kau tak perlu bertanya! Kalau dua pendekar bertempur di tepi jurang, sedangkan satu dari pendekar itu hidup, maka nasib pendekar yang satunya dapat kau tebak sendiri.””Jadi Banawa....” ucapan Westi belum selesai, keburu dia lari ke tepi jurang. Melihat ke arah bawah yang jaraknya ratusan tombak. Melihat ke arah bawah untuk mengetahui apa yang ada di bawa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Pertarungan di Tebing Gunung Sumbing

    Pendekar muda itu merasakan nyeri pada lambung kiri, sedangkan darah menetes dari luka goresan. Secara naluri tangan kirinya memegangi luka, agar darah berhenti mengalir. Dia berdiri dengan susah payah sambil bersiul keras sekali.Dari arah bawah berjumpalitan sepuluh anak buah Garjitalung yang berpakaian serba hitam. Di tangan mereka tergenggam golok tajam berkilat-kilat kena sinar matahari.”Habisi sundal ini, cepat!” perintah Garjitalung sambil matanya memandang segala penjuru. ”Jangan sampai gagal memusnahkan perempuan itu!”Anak buah Garjitalung yang berjumlah sepuluh orang maju serentak. Golok mereka mengarah satu tujuan, yakni tubuh pendekar yang berpakaian serba ungu. Namun para pengeroyok agaknya tak menyadari siapa lawan mereka.Mereka tidak menyadari bahwa yang mereka lawan pendekar pilih tanding. Dengan sekali lontaran dari tangan kiri, empat butiran peledak melesat ke arah mereka. Empat butir menghantam dada empat peng

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Pertarungan Maut Dua Pendekar Hebat

    Lagi-lagi terjadi ledakan. Pisau Liman Kuring melesat kembali ke genggaman Kijar. Sedangkan tubuh Westi masih meluncur ke dasar jurang. Dalam keadaan terdesak, Westi tancapkan cundrik ke dinding tebing. Cundrik menancap pada batu, sehingga dapat digunakan Westi untuk bergelantungan.Westi melihat di samping kanannya ada pohon cukup besar yang akarnya mencengkeram kuat pada batu dinding tebing. Dia lepas selendang yang melingkari di pinggang dengan tangan kiri. Selendang ungu dilemparkan ke batang ponon dengan gunakan tenaga dalam.Ujung selendang mengikat erat pada batang pohon. Westi segera mencabut cundrik sekaligus menarik selendang dengan tangan kiri. Cepat sekali tubuh Westi melesat ke arah pohon. Dengan ringannya dia telah berdiri di atas batang pohon itu.Wajah Westi menengadah ke atas. Pada jarak puluhan tombak di atasnya, terlihat Bunga Puspajingga. Sedangkan di puncak gunung sana masih terlihat sosok Kojar yang berdiri dengan congkaknya. Kojar merasa t

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Kehebatan Ki Panjong yang Tak Terduga

    Kojar cepat menancapkan pisau saktinya ke dinding tebing sehingga dirinya tidak jauh turun dari puncak gunung. Di dekatnya ada beberapa utas akar pohon yang menjalar. Kojar segera mengikatkan satu utas akar ke tubuhnya. Dia biarkan tubuhnya bergelantungan untuk sementara waktu sambil beristirahat karena kelelahan. Westi pun membiarkan dirinya tergeletak beberapa saat karena kelelahan setelah bertempur sekian lama. Dia tatap Bunga Puspajingga yang berdiri kokoh di tebing Gunung Sumbing. Dalam keadaan sangat lelah, Westi melihat ke puncak gunung. Terihat dua sosok pendekar. Satu pendekar berusia tua membawa tongkat lusuh dari kayu jati. Sedangkan yang satunya adalah sosok pendekar muda berpakaian serba putih mengenakan ikat pinggang berbentuk kepala rajawali. Westi Ningtyas tersentak kaget ketika dia ingat sosok pendekar berpakaian serba putih itu. Dia terbangun dari sikap terlentangnya. Dia mendongakkan ke atas. Bertatapan dalam jarak cukup jauh dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07

Bab terbaru

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Meninggalkan Pesanggrahan Alas Waru

    CataAkibat kena hantaman Ajian Maruta Seketi, tubuh melesat tinggi ke langit dengan tubuh berputar. Namun kali ini Suro Joyo bisa menguasai angin puting beliung. Dia bersalto beberapa kali sehingga lepas dari kisaran angin puting beliung Ajian Maruta Seketi. Malah dengan gesitnya dia menghantamkan pukulan Rajah Cakra Geni ke arah lawan saat dirinya melayang ke bumi! Sinar merah melesat ke arah Keksi Anjani yang sudah berada pada keadaan luka. Dia berusaha menghantamkan ajiannya dengan menggunakan tangan kiri. Paniratpati tidak tega mengetahui keadaan Keksi Anjani. Dia menyambar tubuh Keksi Anjani. Dia bawa lari ke tempat yang aman, lalu meletakkannya di bawah pohon besar. Leretan ajian dari Suro Joyo menghantam batu besar. Batu itu hancur menjadi kepingan-kepingan kecil. Bahan ada yang menjadi debu. Debu melayang ke udara bebas. ”Paniratpati..., kalau kamu ingin mempersuntung diriku, habisi Suro Joyo terlebih dahulu!” rayu Keksi Anjani dekat telinga Paniratpati. Laki-laki muda berwa

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Pertarungan Maut Dua Pendekar Hebat

    Godar mundur beberapa langkah untuk menghindari tendangan yang lebih keras dan mematikan. Setelah berjarak beberapa tombak, Godar berhasil menguasai diri. Dia pasang kuda-kuda lagi sambil mengarahkan pedang yang ujungnya telah patah, ke arah lawan.“Wooo, kamu bisa selamat dari serangan pertamaku,” kata Rumpang. “Hanya pedangmu yang patah, bukan lehermu! Kalau orang lain, mungkin ada anggota tubuh yang kutung.”“Aku berbeda dengan siapa pun, termasuk denganmu,” sahut Godar untuk mencari celah-celah kelemahan supaya bisa menundukkan lawan. “Kalau orang lain mati akibat serangan pedang bajamu, tetapi aku tidak. Aku masih bisa menandingi serangan pedang baja.”“Baiklah, kalau pada serangan pertama kamu bisa lolos dari maut, sekarang kamu tidak bisa lolos lagi, hiaaat!” kata Rumpang sambil menyabetkan pedang bajanya. Rumpang pmengalirkan tenaga dalam ke tangan kanan yang menggenggam pedang baja warna hitam.

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Tendangan Maut untuk Senapati Parangbawana

    Benturan keras dua pedang tak terhindarkan. Saat menangkis tadi, gerakan Sengkalis agak terlambat. Pedang Sengkalis melencong. Melenceng. Menyerempet bahu kiri lawan. Palarum terperanjat setelah menyadari bahwa dirinya merasakan sengatan panas akibat goresan kecil pedang di tangan Sengkalis.Palarum mundur beberapa langkah untuk melihat luka di bahu kirinya. Dia lihat hanya goresan kecil akibat terserempet ujung pedang Sengkalis.“Ternyata tidak parah,” gumam Palarum. “Aku bisa menyerang lagi untuk menghabisinya. Seperti yang pernah dikatakan Gusti Putri Keksi Anjani, dengan cara apa pun, lawan harus dilenyapkan!”Sengkalis yang lolos dari sabetan pedang lawan yang mengarah kepala, juga mundur beberapa langkah. Meskipun ujung pedangnya tadi telah menggores bahu kecil Palarum, tapi Sengkalis tetap pasang kuda-kuda untuk menyongsong serangan lawan. Dia lihat Palarum telah siap melakukan serangan lagi dengan ujung pedang mengarah ke depan. M

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Goresan Kecil Pedang Beracun

    Setiap ingat kematian Riris Manik dan Mayang Kencana, Keksi Anjani jadi naik pitam. Kemarahannya meledak-ledak tak terkendali. Dua saudara seperguruan telah tewas oleh Suro Joyo. Hanya satu cara dendam Keksi Anjani terlampiaskan, bunuh Suro Joyo. Tak ada hal lain yang bisa menuntaskan kemarahan dan dendam Keksi Anjani kecuali kematian Suro Joyo.Keksi Anjani mengumpulkan segenap tenaga dalamnya pada kedua telapak tangan. Dia ingin melancarkan serangan tangan kosong. Satu jurus dia siapkan untuk menyerang, tapi Suro Joyo tiba-tiba menahan Keksi Anjani supaya tidak menyerang terlebih dulu.”Tunggu! Aku perlu memberi penjelasan padamu dulu,” kata Suro Joyo dengan tenangnya. ”Bukannya aku sombong, memang beginilah pembawaanku. Sifatku seperti ini. Aku kadang-kadang suka bercanda. Mungkin karena kata-kataku kadang-kadang ada yang kasar, mungkin orang-orang menyebutku sombong.”Keksi Anjani menahan gerakannya untuk lawan sedang berbicara untuk

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Bertarung Lagi di Pesanggrahan Alas Waru

    Suro Joyo menghela napas sejenak sambil mengingat-ingat mimpi yang dialaminya saat dirinya tidur. Tepatnya pingsan, lalu dilanjutkan tidur. Waktu pingsan dan tidur itu selama sehari semalam. Berapa lama dirinya pingsan dan berapa waktu pingsan, Suro Joyo tidak tahu. Pingsan dan tidur dialami manusia dalam keadaan tidak sadar. Suro Joyo mimpi saat dirinya tidur.“Tadi aku mimpi didatangi seorang pendekar muda yang umurnya sebaya denganku,” Suro Joyo memulai cerita mimpinya. “Wajah orang itu persis dengan wajahku. Hanya bedanya pakaian yang dikenakannya berwarna kuning. Mulai baju, celana, dan ikat kepala, semua berwarna kuning.”Banaswarih, Bandem, dan Lunjak mendengarkan cerita Suro Joyo sambil mengamati pakaian Suro Joyo yang serba putih. Pakaian yang dikenakan Suro Joyo robek-robek di sana-sini karena kena Ajian Maruta Seketi kemarin.“Pendekar muda yang mirip aku itu membentak-bentakku dengan suara keras,” lanjut Suro Joyo.

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   ­­­­Mimpi yang Membingungkan

    Ketika bangun dari pingsannya, Suro Joyo merasa dirinya berada di sebuah tempat yang asing. Dia kini juga bertatapan dengan tiga orang yang asing. Padahal, baru saja dirinya mimpi ditemui sosok yang membuatnya terbangun. Terbangun dari pingsan, juga tidur selama sehari semalam.Suro Joyo duduk sambil mengucek-ngucek mata beberapa kali. Dia ingin memastikan bahwa dirinya sedang sadar. Sudah bangun dari mimpinya. Mimpi yang membuatnya merasa ngeri karena bentakan orang dalam mimpi yang tidak pernah dikenalnya!“Eh…, maaf, kalian ini siapa?” tanya Suro Joyo kepada tiga orang yang menungguinya selama Pendekar Kembara Semesta itu tak sadar diri. “Dan…, aku ini di mana sekarang?”“Namaku Banaswarih,” jawab kesatria tampan itu. “Ini anak buahku, Bandem dan Lunjak.”Banaswarih melanjutkan perkataannya, “Coba Kisanak Suro Joyo ingat kembali peristiwa kemarin. Kemarin Kisanak bertarung melawan Keks

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Terlontar ke Tengah Laut

    Keksi Anjani tahu bahwa Palasih ingin mengincar nyawanya. Pedang di tangan Palasih yang sekarang berada di ketinggian, siap membabat leher Keksi Anjani. Keksi Anjani menyadari bahwa Palasih tak kan ragu sedikit pun untuk menghabisi dirinya. Palasih sangat bernafsu untuk membunuh bekas pemimpinnya. Perasaan dendam Palasih terhadap Keksi Anjani membuatnya tega melakukan perbuatan keji. Perbuatan keji yang dilakukan Palasih ada dua. Pertama Palasih mencuri kitab Ajian Maruta Seketi. Perbuatan keji kedua, yang sekarang akan dia lakukan. Palasih sangat yakin dirinya bakal bisa memenggal Keksi Anjani! Saat Palasih berada berada di atasku, ini kesempatan yang baik. Kata hati Keksi Anjani. Ini kesempatan yang kutunggu-tunggu. Setiap lawanku melesat ke udara, maka itu kesempatan nyata yang tidak boleh disia-siakan. Aku bisa melakukan sesuatu yang menguntungkan diriku. Benar, kesempatan tersebut tidak disia-siakan Keksi Anjani. Dia menghantamkan ajian

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Pertarungan di Tepi Pantai

    Mereka berdua keluar dari goa. Mereka berdua terbelalak kaget demi dilihatnya sosok pendekar wanita yang berdiri membelakangi mereka. Sosok itu memandang lurus ke timur. Tempat ke arah matahari terbit. Janurwasis dan Palasih tahu siapa wanita yang berdiri tegak dalam posisi membelakangi. Wanita pendekar. Wanita cantik yang menjadi pendiri Pesanggrahan Alas Waru! Ya…, dia Keksi Anjani! Janurwasis sebagai orang selama ini naksir, menginginkan Keksi Anjani untuk dijadikan istri, tentu sangat mengenal Keksi Anjani. Baik dari segi fisik, tubuh, kecantikan, Janurwasis sangat hafal. Begitu juga dengan Palasih. Palasih anak buah sejak lama. Tentu saja Palasih sangat mengenali bentuk tubuh tuan putrinya itu. Keksi Anjani sengaja memunggungi kedua orang yang sama-sama dia anggap pengkhianat dan jahat. Palasih dia anggap pengkhianat karena telah mencuri kitab Ajian Maruta Seketi. Janurwasis dia anggap jahat karena telah memperdaya Palasih, sehingga mencuri kitab rahasia

  • PENDEKAR KEMBARA SEMESTA   Ada yang Mengawasi Sejak Tadi

    Godar sejak tadi sudah merasa bahwa posisi pasukan Parangbawana mulai terdesak. Banyak prajurit berguguran di tangan lawan. Lebih-lebih sekarang Suro Joyo yang secara langsung atau tidak langsung membantu Parangbawana dalam keadaan terluka dan dibawa kabur oleh Banaswarih. Kalau keadaan seperti ini terus berlangsung, maka lama kelamaan pasukan Parangbawana bisa tumpas. Kata Godar dalam hati. Pasukan Parangbawana bisa habis tak tersisa. Sehebat apa pun pasukan Parangbawana, mereka sebagian kalah mengenali medan pertempuran, sehingga mudah ditundukkan lawan. Pasukan Parangbawana banyak yang gugur karena kalah mengenal areal pertempuran. Ketika Sengkalis memberi isyarat kepada dirinya, Godar sudah tanggap. Dia memberikan isyarat balik pada Sengkalis bahwa dirinya sudah paham akan isyarat yang diberikan Sengkalis. ”Mundur...!” teriak Sengkalis lantang. Suaranya menggema membelah angkasa. Dia berharap seluruh pasukan Parangbawana yang tersisa bis

DMCA.com Protection Status