"Emm, bagaimana bisa kamu melihat saya berada di pantai larut malam begini?" tanya Veekit penasaran.Flora melirik Veekit sebentar lalu menghela nafas. Entah mengapa sulit rasanya untuk dia marah dan mendiami Veekit."Saya saat itu belum tidur. Saya duduk didekat jendela seperti biasanya namun saya tidak sengaja menatap kebawah dan menatap seseorang yang mirip dengan tuan. Lalu saya keluar untuk memeriksanya dan ternyata benar, tuan tidak berada di kamar ini tapi tuan yang saya lihat itu." jelas flora Jujur. Veekit mengangguk pelan mendengarnya."Kamu suka didekat jendela seperti biasanya?" tanya Veekit mengutip kata kata Flora.Flora menggangguk."Saya memang suka duduk setiap malam di dekat jendela." jawab Flora santai."Ngapain kamu?" tanya Veekit."Tidak ada, hanya merenung saja jika tidak bisa tidur. Sudahlah itu tidak penting." ujar flora malas membahas itu. Dia cukup tidak suka jika orang orang terlalu membahas dirinya."Itu penting. Jika kamu gila karena menyendiri seperti itu
"Sebentar tuan." ujar flora menyipitkan mata menatap kemeja Veekit."Dasi tuan sedikit kurang rapi." ujar flora sembari merapikan dasi Veekit. Veekit mengamati flora dengan diam."Apa kau mau menjadi asisten pribadiku?" tanya Veekit tiba tiba. Flora yang mendengar langsung menatap Veekit."Gajinya besar?" tanya Flora dengan polosnya.Ting.."Aduh!" ringis flora karena Veekit menyentil dahinya."Tidak jadi, kau tidak tulus." ujar Veekit malas lalu langsung berlalu pergi."Dasar tuan sialan. Padahal, aku sudah berharap menjadi asistenmu." gerutu flora mengingat jika dia menjadi asisten Veekit maka dia bisa mendapatkan gaji yang lebih besar dan bonusnya, dia bisa terus dekat dengan Veekit kan? Hahahah..Waktu terus berputar, flora sudah selesai dalam pelatihan menarinya dan sekarang dia tinggal menunggu Veekit menjemputnya agar mereka bersama-sama menemui tante Amilia yang sudah menunggu mereka di tempat yang sudah ditentukan.Menunggu sekitar 15 menit, akhirnya Veekit sampai dengan meng
Hari sudah benar benar gelap, flora menatap jalanan dari kaca mobil dengan tenang. Sementara Veekit fokus menyetir mobil dengan sesekali melirik flora."Wahh." tiba tiba saja flora menyeru dengan girang dan kagum. Veekit dengan cepat menatap apa yang ditatap oleh flora."Kamu mau kesana?" tanya Veekit saat tau jika flora kagum melihat perkumpulan ramai semacam pasar malam.Flora melirik Veekit. Ingin rasanya dia mengangguk dengan semangat namun rasanya ragu. Dia memikirkan jika Veekit pasti lelah seharian dengan kesibukannya.Veekit diam menatap flora yang hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan darinya. Namun tanpa berpikir panjang, Veekit langsung meminggirkan mobilnya dan memarkirkannya. Flora kaget menatap apa yang dilakukan Veekit."Sudah ayo turun!" seru Veekit selesai memarkirkan mobilnya dan mematikan mesin nya."Tuan serius?" tanya Flora ragu."Yasudah kita pulang saja." ancam Veekit memutar bola matanya malas."Eh jangan tuan, yasudah ayo turun!" sahutnya cepat. Mungkin Ve
Hari berjalan seperti biasanya, keduanya bekerja sesuai dengan tugasnya masing masing."Ini tuan makan siangnya." ujar flora memasuki ruangan Veekit dengan membawa nampan makanan siang untuk Veekit."Bawa kesini." sahut Veekit tanpa menatap kedatangan flora. Dia tetap fokus dengan layar komputer di depannya."Ini tuan." ujar flora meletakkan nampan itu di meja disampingnya Veekit."Saya tidak bisa makan sendiri, suapkan saya." ujar Veekit tegas."Apa!" pekik flora seperti biasanya jika dia merasa kaget."Ma.. maksud saya kenapa harus disuap tuan, bukankah tuan sehat sehat saja?" tanya Flora teringat akan reaksi sikapnya.Veekit memberhentikan sebentar gerakan tangannya."Jadi maksudnya kamu, hanya orang sakit saja yang bisa disuap?" tanyanya dingin menatap flora."Bu..bukan begitu tuan, tapi ada apa mengapa tuan harus saya suap?" tanyanya. Tapi dalam hatinya dia sudah merutuki Veekit sebagai boss yang sangat menyebalkan juga."Kamu tidak lihat kedua tangannya saya sibuk?" tanya Veekit
Flora terkejut menatap jaket itu yang tiba tiba menutupi tubuhnya. Flora lalu menatap kebelakang danDeg..Wajahnya dan wajah seseorang itu sangat dekat. Jika salah satu diantara mereka bergerak, maka bisa dipastikan hidung mancung mereka akan bersentuhan."Sean!" seru flora kaget akan keberadaan Sean yang tiba tiba sudah ada didekatnya.Dee tersadar penuh, keduanya saling melepas pegangan dan memundurkan wajah mereka masing masing."Hai!" ujar Sean tersenyum."Bagaimana bisa kau berada disini?" tanya Flora heran."Kau lupa jika aku menyukai pantai? Dan lagian setiap kali kau pergi ke pantai, kita memang pasti bertemu bukan?" tanyanya.Flora terdiam mengingat itu. Benar, setiap kali dirinya ke pantai, pasti bertemu dengan Sean. Wajah saja!"CK! Aku hampir lupa." ujar flora menyentil dahinya sendiri."Hey, jangan seperti itu!" Sean dengan cepat menarik tangan flora dengan lembut. Flora terdiam diperlukan seperti itu."Bagaimana denganmu? Kau sedang apa malam malam ke pantai?" tanya Sea
Yang ada dibenaknya flora jika kemungkinan besar, penyakit Veekit pasti sedang kambuh namun dia ingat jika Andes dan Amilia tidak tau menahu tentang ini. Dirinya mengurungkan diri untuk memberitahu."Apakah om tau tempat kebiasaan Veekit jika dia berada disini?" tanya Flora mengalihkan pembicaraan sekaligus teringat akan pertanyaan seperti ini.Andes terdiam untuk berpikir sebentar. Flora dan Amilia menatap penuh harap kepada Andes. Tiba tiba..."Setahu om, setiap kali om, Veekit, dan juga Vandes ke Bali, mereka terkadang mau mengajak om untuk minum di salah satu bar disini. Bar itu tidak terlalu jauh dari apartemen ini, bar nya bernama Balijoebar." ujar Andes setelah teringat akan hal ini.Flora yang mendengarnya mengangguk penuh."Baik om, flora kesana dulu, Veekit pasti berada disana." sahut flora bergegas ingin pergi.Duar..Petir tiba tiba saja terdengar termasuk angin yang semakin kencang. Amilia yang melihatnya menjadi khawatir."Tapi cuacanya sudah akan hujan Flo." ujar Amilia
"Sama sama nona. Tuan Veekit sudah lama berada di atas dan dia sudah lama juga berada di bawah hujan yang deras. Kami ingin memintanya untuk turun karena dia bisa saja sakit namun kami tidak berani nona." ujar salah satu pelayan itu dengan ramah.Flora yang mendengarnya melirik Veekit yang sudah berada di mobil dengan tatapan yang bercampur aduk. Dan cukup merasa bersalah karena merasa gagal."Baiklah, kami pergi dulu." ucapnya lalu memasuki mobil dan mulai mengendarinya menuju apartemen.Di mobil, flora juga sesekali melirik Veekit yang sekarang tidak lagi bergumam tidak jelas, hanya bergerak sedikit sedikit saja."Maafkan saya tuan." gumam flora.Sesampainya di apartemen, dirinya sudah disambut oleh Amilia dan Vandes. Tanpa menunggu lama, Veekit langsung dibawa menuju kamar dengan banyak penjaga yang menopang tubuhnya.Flora sudah berganti baju. Sekarang mereka berada di luar kamar untuk menunggu pelayan pria yang sedang mengganti pakaian Veekit yang basah."Dia benar benar berada d
Flora terdiam dengan polosnya."Yasudah saya bantu saja." Veekit melotot menatap flora."Apaa!" kagetnya.Flora gelagapan."Maksud saya, saya bantu jalan ke kamar mandi tuan." sahut flora cepat takut Veekit berpikir yang aneh aneh.Veekit menghela nafas mendengarnya. Uratnya sampai terlihat tadi karena flora mengatakan hal yang seperti itu.Flora tiba tiba tertawa menatap Veekit."Tuan berpikir yang aneh aneh ya?" tanyanya menggoda Veekit. Veekit membuang muka takut salah tingkah."Tidak ada, sudah bantu saya!" ujar Veekit mengalihkan pembicaraan. Flora mengulum senyum mendengarnya sembari membantu Veekit berjalan ke arah toilet di kamar mereka."Tuan tidak mau jujur ya?" tanya flora lagi masih belum berhenti menggoda Veekit ditengah tengah dirinya membantu Veekit berjalan."Diam kamu. Kamu pikir saya selera lihat kamu!" ujarnya tegas dengan tangan yang merangkul pundak flora."Ya, tuan pikir saya juga selera lihat tuan?" tanyanya tidak mau kalah.Terjadi perdebatan kembali diantara m