"Sama sama nona. Tuan Veekit sudah lama berada di atas dan dia sudah lama juga berada di bawah hujan yang deras. Kami ingin memintanya untuk turun karena dia bisa saja sakit namun kami tidak berani nona." ujar salah satu pelayan itu dengan ramah.Flora yang mendengarnya melirik Veekit yang sudah berada di mobil dengan tatapan yang bercampur aduk. Dan cukup merasa bersalah karena merasa gagal."Baiklah, kami pergi dulu." ucapnya lalu memasuki mobil dan mulai mengendarinya menuju apartemen.Di mobil, flora juga sesekali melirik Veekit yang sekarang tidak lagi bergumam tidak jelas, hanya bergerak sedikit sedikit saja."Maafkan saya tuan." gumam flora.Sesampainya di apartemen, dirinya sudah disambut oleh Amilia dan Vandes. Tanpa menunggu lama, Veekit langsung dibawa menuju kamar dengan banyak penjaga yang menopang tubuhnya.Flora sudah berganti baju. Sekarang mereka berada di luar kamar untuk menunggu pelayan pria yang sedang mengganti pakaian Veekit yang basah."Dia benar benar berada d
Flora terdiam dengan polosnya."Yasudah saya bantu saja." Veekit melotot menatap flora."Apaa!" kagetnya.Flora gelagapan."Maksud saya, saya bantu jalan ke kamar mandi tuan." sahut flora cepat takut Veekit berpikir yang aneh aneh.Veekit menghela nafas mendengarnya. Uratnya sampai terlihat tadi karena flora mengatakan hal yang seperti itu.Flora tiba tiba tertawa menatap Veekit."Tuan berpikir yang aneh aneh ya?" tanyanya menggoda Veekit. Veekit membuang muka takut salah tingkah."Tidak ada, sudah bantu saya!" ujar Veekit mengalihkan pembicaraan. Flora mengulum senyum mendengarnya sembari membantu Veekit berjalan ke arah toilet di kamar mereka."Tuan tidak mau jujur ya?" tanya flora lagi masih belum berhenti menggoda Veekit ditengah tengah dirinya membantu Veekit berjalan."Diam kamu. Kamu pikir saya selera lihat kamu!" ujarnya tegas dengan tangan yang merangkul pundak flora."Ya, tuan pikir saya juga selera lihat tuan?" tanyanya tidak mau kalah.Terjadi perdebatan kembali diantara m
"Kamu tersinggung?" tanyanya menatap flora yang diam saja. Flora melirik Veekit dengan pandangan yang sulit diartikan. "Tidak, tapi saya bisa merasakan nona Aretha tidak menyukai saya." jawabnya tanpa berekspresi. Veekit mendengarnya dan mencernanya. Dirinya juga bingung mengapa Aretha mengatakan hal seperti itu dan terlihat jelas dirinya tidak menyukai flora. "Biarkan saja." ujarnya menyahut tanpa panjang. Flora mengangguk mendengarnya. "Kapan kalian akan menikah tuan?" tanya flora tiba tiba. Entah mengapa pertanyaan itu terlontar dari mulut kecilnya tanpa disadari. Veekit menoleh kembali menatap flora. "Mengapa bertanya seperti itu? Kau cemburu?" tanya Veekit menatap manik mata flora dalam. Flora salah tingkah dan gelagapan. "Tidak, saya hanya bertanya." jawabnya sedikit gugup. Veekit tersenyum tipis melihat itu. "Kami belum bertunangan, bagaimana bisa langsung menikah?" sahut Veekit kembali menatap kedepan. Flora yang mendengarnya kaget bukan kepalang. "Bukan
Mata flora entah mengapa berkaca kaca mendengar kata itu. Dia mencerna juga apa yang dikatakan oleh Veekit. Pria itu?"Pria itu?" gumamnya memahami.Flora tiba tiba teringat jika dia memang baru saja bertemu dengan Sean, pria. Apa itu maksudnya Veekit? Namun, bagaimana bisa Veekit tau jika dia baru saja bertemu dengan Sean. Mengikutinya?"Maksud tuan Sean?" tanya flora memastikan.Veekit tiba tiba tertawa kembali mendengar flora yang menyebut nama sean."Semangat sekali kamu menyebut namanya." ujarnya menatap Flora dengan tidak senang."Ada apa denganmu tuan. Saya tidak dijahati olehnya sehingga tuan tidak perlu bertanggung jawab akan hal hal yang tidak diinginkan. Saya juga hanya mengembalikan jaketnya yang dia berikan." jelas flora berusaha memberi pemahaman kepada Veekit agar dia tidak perlu cemas.Dibenak flora, Veekit khawatir jika dirinya dijahati oleh Sean, maka Veekit yang akan menanggung semuanya. Tapi, apakah sepenuhnya itu benar? Atau karena perasaan lain?"Bahkan dia sudah
"Tapi, mengapa dia tidak menggunakan baju tadinya? Bukankah semalam dia menggunakan baju?" gumamnya teringat jelas.Ceklek...Pintu terbuka menampilkan para petinggi yang keluar dari ruangan rapat itu. Flora tau jika rapat pasti sudah selesai karena ketiga orang yang dikenal sudah keluar juga."Kamu sudah selesai Flo?" tanya Amilia melihat flora yang sudah terduduk namun langsung berdiri ketika melihat mereka."Sudah Tante." jawabnya tersenyum."Baiklah kalau begitu, kita bisa pulang bersama." ujar Andes juga tersenyum.Flora mengangguk bersama amilia namun Veekit yang diam saja sedari tadi tanpa ekspresi."Kalian pulanglah terlebih dahulu. Veekit ingin membeli jas untuk peresmian nanti. Veekit yakin jika kalian sudah mempersiapkan semuanya kan?" tanya Veekit menatap Amilia dan Andes dengan tatapan intimidasi.Amilia dan Andes saling tatap dan tertawa kecil."Ternyata dia belum mempersiapkan itu, pa." ujar amilia kepada suaminya. Andes hanya menggeleng saja."Yasudah kau pergilah ber
"Untuk apa saya ikut?" tanya Veekit tiba tiba.Flora berbalik."Tunjukkan toiletnya tuan." ujar flora memutar bola matanya malas. Veekit menggangguk lalu ikut berjalan menunjukkan jalan ke arah toilet.Sesampainya di toilet, flora yang hendak masuk dan Veekit yang merasa kebingungan harus bagaimana."Saya harus bagaimana?" tanya Veekit kepada flora yang ingin masuk."Tuan tunggu saja disini, jangan tinggalkan saya, nanti saya kesasar." jawab flora dengan entengnya.Veekit hendak menolak karena seperti diperintahkan namun apa yang dikatakan flora benar adanya. Jika flora kesasar, dirinya juga yang harus bertanggung jawab dan kerepotan nantinya."Cepatlah, saya tinggu disini." ujarnya. Flora mengangguk pelan dan ingin kembali masuk namun terhenti karena Veekit menghentikannya kembali."Tunggu!""Ada apa tuan?" tanya flora menghela nafas berat."Kamu ganti dengan apa?" tanyanya teringat jika flora saja tidak memiliki baju ganti apapun.Flora yang mendengarnya terdiam. Benar juga, bukan?
"Kenapa kamu terlihat sangat senang? Karena gaji?" tanyanya menatap flora sinis.Flora mengangguk semangat."Tentu saja tuan. Saya jadinya bisa bayar kontrakan untuk bulan depan, saya bisa ke panti, dan.." ucapannya terhenti ketika sadar jika dia hampir memberi tahu mengenai pengeluarannya atau tentang hidupnya. Veekit yang sempat mendengar diam saja menatap flora yang terdiam tiba tiba dan tidak melanjutkan ucapannya."Kenapa berhenti?" tanyanya. Flora menatap lain arah dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Tidak ada tuan, intinya saya sangat menunggu gaji dari tuan, hehe." jawabnya berbinar kembali."Kamu tunggal di kontrakan sendiri?" tanya Veekit tiba tiba. Flora memudarkan senyumnya yang lebar dan mengangguk tersenyum kecut."Kamu ngapain ke panti?" tanyanya lagi. Flora tidak menjawab untuk pertanyaan kali ini.Veekit menyadari itu."Kamu benar tidak mau menerima tawaran saya?" tanya Veekit kembali. Flora mengerutkan keningnya tidak paham. Tawaran?"Tawaran saya tuan?" t
Flora mengangguk pelan dan menatap gelombang air pantai."Rindu? Kau bertanya rindu bukan? Jawabannya adalah ketidak pastian." jawab flora tanpa menatap Sean. Sean yang mendengarnya mengerutkan keningnya tidak paham dengan maksud ucapan flora."Maksud kamu?" tanya Sean melirik flora dengan bingung."Iya, ketidakpastian. Kita belum terlalu kenal, dan sebentar kita sudah akan berpisah. Saat aku sudah kembali lagi nantinya, aku bisa saja merindukanmu atau bahkan tidak sekalipun." jelas flora tersenyum manis menatap Sean.Sean mencerna ucapan flora dengan baik baik. Dan sekarang, dia mengerti maksud dari kata kata flora."Kamu bicara tentang waktu?" tanya Sean tapi flora hanya diam saja."Baik, akan aku pastikan perkenalan kita bukan hanya sebatas perkenalan biasa." ujar Sean mengangguk dengan ucapannya. Flora bingung dengan ucapan yang dikatakan Sean."Maksudmu?" tanyanya."Akan aku pastikan kita tidak akan saling berjauhan, karena kita sudah saling kenal dan selamanya akan seperti itu.
Halo semuanya...Kembali lagi dengan author yang akan melanjutkan jalan cerita "PENARI ITU WANITAKU." Baiklah, author hanya ingin memperjelas jika episode ini adalah episode penutup dari cerita ini sebelum akhirnya benar benar tamat. Maaf jika terkesan buru-buru karena author sedang merilis cerita baru. Author berharap episode terakhir ini bisa memberikan rasa puas kepada pembaca dan kesan yang baik untuk diingat. Author spil ya, jika ending cerita ini pastinya adalah happy ending karena semua masalah akan selesai pada episode terakhir ini. Tanpa berlama lama, silahkan dan nikmati pembacaannya sayang author !!!**Langit baru saja menjemput gelap serta hiasan-hiasan bintang di sekitarnya. Dibawah langit, tepatnya di sebuah gedung megah hampir seperti gedung pencakar langit yang terlihat megah dan terlihat seperti desain bangsawan, gedung itu mulai dipenuhi oleh para tamu yang tidak sembarang tamu mengingat malam ini adalah acara ulang tahun yang pertama kali diacarakan oleh seorang p
Ceklek..."Selamat siang semuanya." ucap seorang wanita yang baru saja datang. Seorang wanita yang sudah mulai berkeriput namun masih terlihat sangat cantik dan anggun. Disampingnya ada seorang wanita yang jauh lebih muda. Dengan pakaian ketat dan terlihat mahal, wanita itu tersenyum di samping wanita tadi. Mereka semua sudah tau siapa kedua wanita itu. Tapi akila baru pertama kali melihat keduanya, ralat wanita yang jauh lebih tua itu pernah dia temui sekali bersama Sean karena wanita itu katanya ingin melihat putra dari sahabatnya. Tapi wanita yang bergaya model itu belum pernah dia lihat."Selamat siang nyonya, silahkan duduk!" ujar Sani berdiri bersama flora dan mempersilahkan keduanya duduk. Keduanya pun duduk bergabung bersama mereka."Jadi sudah sampai mana pembahasan kalian? Kami tidak ketinggalan kan?" tanya sookit, ya itu sookit dan di sampingnya adalah Amira. Dia mengatakannya dengan lembut, persis seperti ibu yang lembut."Kami belum membahas apapun tentang ulang tahun Vee
"Kau menyukaiku sampai terus melirikku seperti itu?" tanya Sean tanpa menatap seseorang yang berada di sampingnya, seseorang yang cukup atau bahkan dibencinya selama bertahun tahun.Pria tersebut malah mengalihkan tatapannya semakin jelas menatap pria yang mengendarai mobil itu. Mereka berdua memang hanya berdua di dalam mobil tersebut mengingat mereka memang harus bersama untuk menemui seseorang pemilik wilayah yang akan menjadi tempat mereka melakukan proyek pembangunan."Kalau benar memangnya kenapa?" tanyanya enteng, dia Sean. Entahlah, entah bagaimana sekarang pandangannya melihat seorang pria yang sangat dibencinya tapi pria itu adalah pria yang disukai oleh adiknya, alias flora. Ya, dia tentu saja tau. Melihat bagaimana perlakuan sesama mereka serta kedekatan mereka siapapun akan tau jika mereka memang saling menyukai.Veekit melirik dan mendelik menatap Sean. Mengapa dia berubah seperti ini? Veekit merasa geli melihat tingkah Sean. Dia bertingkah seolah olah tidak terjadi apa
"Biar aku saja yang berbicara." ucap flora kepada Sean dan Veekit disampingnya. Mereka menatap akila yang terduduk tenang di sebuah cafe yang menghadap jalan kota, cafe dengan tingkat paling atas dan berada di udara bebas tanpa ada penutup. Angin sepoi-sepoi meniup kencang rambut akila yang sebahu itu. Karena membelaku mereka membuat mereka bertiga tidak tau naga raut wajah akila. Ya, memang mereka mengikuti arah akila yang ternyata pergi ke sebuah cafe terdekat dari perusahaan.Flora berjalan mendekati akila sementara Veekit dan Sean saling tatap dengan malas lalu ikut mendekati kedua wanita itu tapi tanpa mengeluarkan suara."Halo kak?" sapa flora tersenyum manis sembari melambaikan tangannya kepada akila yang meliriknya tanpa berekspresi."Tidak perlu membujukku flo, aku sedang ingin sendiri." sahut akila mengalihkan kembali tatapannya ke depan dengan pandangan kosong. Di depannya ada secangkir kopi yang dia tau akila memang penyuka minuman kopi, apalagi jika rasanya manis.Flora t
"Kita ditipu." kesal Sani sembari memakan ice cream yang ada di tangannya. Flora yang juga menikmati es krim dengan tenang hanya tersenyum miring melirik Sani yang sedari tadi mengoceh tidak jelas.Memang benar, mereka ditipu. Dan mereka ditipu oleh kedua tuan besar mereka. Katanya, ada rapat mendadak penting namun nyata mereka hanya diajak untuk menemani keduanya ke sebuah pusat perbelanjaan yang katanya untuk membeli sesuatu. Kini mereka berdua ditinggal duduk di sebuah kursi di dalam pusat perbelanjaan itu atau lebih tepatnya mall, sementara keduanya entah kemana perginya."Kemana kedua manusia aneh itua? Lama sekali." ujar lagi Sani kembali. Flora menggeleng tidak habis pikir mengapa Sani saat cerewet sekali."Ada apa si dan? Loe bawel banget dari tadi." sambung flora angkat bicara dengan tenang. Sani melirik sahabat ini dengan malas dengan bibir yang dia manyunkan."Gimana gak bawel, karena mereka berdua kita gak jadi pergi deh." jawab Sani sedikit memelas."Yasudah, Minggu depa
Akhir pekan seperti ini, dimana para pekerja akan merilekskan pikiran dengan healing bersama orang tersayang atau sekedar menikmati waktu santai sebelum esok akan kembali bekerja, berbeda sekali dengan dua orang wanita ini."Dua tuan besar itu benar benar gila, sejak kapan bekerja di akhir pekan seperti ini? Padahal aku sudah berencana untuk pergi berjalan jalan denganmu flo. Bukankah sudah lama kita tidak jalan berdua?" ujar Sani sembari memasang anting anting di telinganya. Dia melirik flora yang sedang mempersiapkan tasnya melalui kaca cermin besar di depannya."Kau tidak perlu heran, mereka dari dulu memang aneh." sahut flora singkat. Dia tidak terlalu mau memberikan komentar panjang karena dia sudah mengenal sedikit sifat konyol dan aneh dari dua tuan besar di tempat perusahaan mereka."Ada ada saja!" kesal Sani.Di tempat lain, di sebuah mansion mewah bergaya klasik namun dengan cat yang berwarna gelap membuat mansion itu terlihat sedikit menyeramkan apalagi jika di malam hari.
Satu bulan kemudianSean sudah mengetahui jika ternyata wanita yang sempat dia sukai atau tidak lain adalah flora ada adik tiri yang selama ini dia cari cari.Jangan tanya bagaimana perasaannya, karena perasaannya pasti hancur. Tapi belum ada satu bulan, dia merasakan sesuatu hal yang baru di hatinya. Apa itu?"Ada apa denganmu? Kau masih belum bisa terima jika flora adalah adik tirimu yang sempat kau sukai?" tanya akila santai menatap pria yang sudah cukup lama bersamanya ini. Dia sedari tadi menatapi Sean diam saja seperti memikirkan sesuatu sembari dirinya menyesap kopi manis miliknya. Ya, mereka memang berada di sebuah cafe setelah habis pulang melakukan rapat bersama Veekit dan rekannya.Akila masih menyesap kopi manis kesukaannya sementara Sean tersadar dari lamunannya. Apa yang dikatakan akila masih bisa dia dengar dan itu membuatnya semakin bingung. "Tidak, kau salah!" ucapnya singkat sembari kembali menyentuh gelas wine miliknya.Akila tersenyum miring. "Flora itu adik tirimu
Flora tersenyum manis menatap Sean sehingga menampilkan gigi rapinya, Sean hanya tersenyum tipis melihat itu dan kembali menikmati hidangan dengan nikmat.Ditengah tengah itu, pintu cafe terbuka lebih kasar sehingga flora dan Sean menatap ke arah pintu masuk. Mereka cukup heran karena yang masuk adalah vandes sendiri. Sean dan Flora saling tatap sebentar karena melihat Vandes yang duduk dekat kasar dan dengan raut wajah yang tidak bersahabat."Ada apa dengan tuan Vandes?" tanya Flora melirik kembali Vandes. Sean mengangkat bahu acuh kemudian berdiri mendekati meja duduk Vandes.Sean menyentuh bahu Vandes yang terlihat diam melamun sehingga Vandes yang merasa tubuhnya disentuh langsung menatap siapa yang menyentuh tubuhnya."Veekit?" Vandes cukup kaget melihat keberadaan Veekit yang juga berada di cafe yang sama yang dia kunjungi."Hm." dehem Veekit santai."Bagaimana bisa kau ada disini?" tanyanya. Sean hanya diam sembari memberikan perhatian ke arah Flora yang diam menatapi mereka. J
Flora menghela nafas pelan."Ya gue dan tuan Veekit memang sudah mengenal mereka, tapi...." ucapannya flora terpotong karena Sani yang memotongnya. Flora memejamkan mata berusaha agar tidak emosi."Mereka maksudnya siapa? Yang dua orang penting tadi? Tuan dan nona tadi?" tanyanya bertubi tubi kembali. Flora mengepalkan tangannya geram."Iya Sani, astaga." jujur, ingin sekali rasanya flora mencabik cabik wajah sahabatnya ini, untung saja sayang."Lalu bagaimana?" tanyanya lagi semakin penasaran."Tapi gue merasa tuan Veekit dan tuan Sean tidak memiliki hubungan yang baik. Mereka sering sekali melempar tatapan permusuhan." jelas Flora mengingat bagaimana tatapan keduanya yang saling melempar aura permusuhan. Dia sadar itu!"Benarkah? Bagaimana bisa mereka seperti itu?" tanya Sani tidak kalah kaget. Mulutnya sampai membulat."Gue juga enggak tau, tapi sepertinya ada hal yang gue enggak tau sebagai alasan mereka seperti itu." flora cukup yakin dengan perkataannya sendiri. Pasti ada sesuat