"Kenapa kamu terlihat sangat senang? Karena gaji?" tanyanya menatap flora sinis.Flora mengangguk semangat."Tentu saja tuan. Saya jadinya bisa bayar kontrakan untuk bulan depan, saya bisa ke panti, dan.." ucapannya terhenti ketika sadar jika dia hampir memberi tahu mengenai pengeluarannya atau tentang hidupnya. Veekit yang sempat mendengar diam saja menatap flora yang terdiam tiba tiba dan tidak melanjutkan ucapannya."Kenapa berhenti?" tanyanya. Flora menatap lain arah dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Tidak ada tuan, intinya saya sangat menunggu gaji dari tuan, hehe." jawabnya berbinar kembali."Kamu tunggal di kontrakan sendiri?" tanya Veekit tiba tiba. Flora memudarkan senyumnya yang lebar dan mengangguk tersenyum kecut."Kamu ngapain ke panti?" tanyanya lagi. Flora tidak menjawab untuk pertanyaan kali ini.Veekit menyadari itu."Kamu benar tidak mau menerima tawaran saya?" tanya Veekit kembali. Flora mengerutkan keningnya tidak paham. Tawaran?"Tawaran saya tuan?" t
Flora mengangguk pelan dan menatap gelombang air pantai."Rindu? Kau bertanya rindu bukan? Jawabannya adalah ketidak pastian." jawab flora tanpa menatap Sean. Sean yang mendengarnya mengerutkan keningnya tidak paham dengan maksud ucapan flora."Maksud kamu?" tanya Sean melirik flora dengan bingung."Iya, ketidakpastian. Kita belum terlalu kenal, dan sebentar kita sudah akan berpisah. Saat aku sudah kembali lagi nantinya, aku bisa saja merindukanmu atau bahkan tidak sekalipun." jelas flora tersenyum manis menatap Sean.Sean mencerna ucapan flora dengan baik baik. Dan sekarang, dia mengerti maksud dari kata kata flora."Kamu bicara tentang waktu?" tanya Sean tapi flora hanya diam saja."Baik, akan aku pastikan perkenalan kita bukan hanya sebatas perkenalan biasa." ujar Sean mengangguk dengan ucapannya. Flora bingung dengan ucapan yang dikatakan Sean."Maksudmu?" tanyanya."Akan aku pastikan kita tidak akan saling berjauhan, karena kita sudah saling kenal dan selamanya akan seperti itu.
Amilia tersenyum mengerti akan maksud flora."Tante mengerti. Tapi kamu sudah taukan bagaimana kota Bali ini? Pakaian pakaian wanitanya sudah terbiasa terbuka. Jadi orang orang tidak akan merasa heran atau merasa aneh melihatmu memakai busana seperti ini. Mereka malahan pasti akan kagum." jelas Amilia memberikan pengertian.Flora yang mendengarnya mengangguk. Dirinya jadinya percaya diri memakai busana ini karena mencerna semua ucapan Amilia. Dia merasa Amilia benar.Setelah kepergian Amilia, flora memilih keluar setelah membersihkan kamarnya dan mempersiapkan dirinya untuk nanti malam. Dirinya keluar dari ruangan kamarnya namun tidak mendapati Veekit di ruang tengah manapun.Tanpa sengaja flora melihat jas di kursi tengah. Dirinya mendekati jas itu dan mengamati jas itu. Flora lalu meraihnya dan menyentuh jas itu namun sejenak terhenti karena suara dari arah belakang."Sedang apa kamu?" tanya suara berat dari arah belakang. Flora langsung saja berbalik dan mendapati Veekit yang kelua
"Lalu mengapa kamu masih memakainya ha?!" Bentaknya lagi Veekit. "Saya tidak punya busana lain tuan. Saya hanya memiliki ini." jawab flora semakin gugup. Veekit memijit pelipisnya mendengar jawaban flora. Dia mengusap wajahnya kasar sembari membuang muka. Lalu dia kembali menatap flora. "Kamu bisa memberi tahu saya sebelum acaranya dimulai, kita bisa mengganti busananya flora." ujar Veekit dengan suara yang menjadi lebih pelan. Namun ada rasa kecewa di raut wajahnya. Flora masih tetap menunduk. "Saya tidak mau merepotkan tuan." ucap flora. Veekit menggeleng dan kembali mengusap wajahnya. Dia lalu mendengar isakan tangis flora. "Hiks..hiks.. hiks ." tubuh flora bergetar dengan isakan tangis. Dia benar benar tidak berani menatap Veekit. Veekit yang mendengarnya langsung mendekati flora. Lalu tanpa aba aba, dia langsung memeluk flora. "Sudahlah, semuanya sudah terjadi." ujar Veekit mengusap punggung flora. "Saya janji tidak akan mempermalukan tuan. Saya akan langsung b
"Permisi!" ujar dua orang pria mendekati flora. Flora yang tadinya asik menata busana nya agar terlihat rapi harus terhenti karena kedua pria ini datang dan menghampirinya.Flora menatap mereka bergantian. Kedua pria yang tidak terlalu tua namun dia tau jika keduanya sudah sangat dewasa. Flora berpikir jika kedua pria ini memang orang penting yang diundang sebagai tamu undangan.Flora tersenyum ramah."Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya flora tersenyum ramah."Ah iya, kami mendengar jika tamu bisa bermalam di sini bukan?" tanya salah satu pria itu.Flora yang mendengarnya mengangguk tanpa melepas senyumnya."Benar, para tamu bisa bermalam disini." jawab flora ramah.Kedua pria itu mengangguk saling melirik. Mereka menatap flora dengan tatapan tenang namun penuh maksud."Kamu penari di acara ini?" tanya pria yang satunya lagi."Benar, saya penari tuan." jawab flora. Flora menatap mereka dengan tatapan yang tidak curiga sedikitpun. Karena memang terlihat seperti tamu biasa."Kami ing
Veekit tidak menjawab dan langsung menggendong tubuh Flora dan meninggalkan Sean yang berdiri menatapi kepergian mereka."Yang terpenting dia sudah aman bersama orang itu. Flora pasti sangat trauma." gumam Sean dengan iba melihat bagaimana flora yang terlihat sangat takut dan gemetar.Veekit membawa flora ke kamar pribadi miliknya. Flora hanya diam dengan terus memejamkan mata dengan isakan tangis yang benar benar sangat terasa."Tenanglah, kamu sudah aman bersama saya." ujar Veekit dengan suara yang sangat pelan seperti berbisik. Flora tidak melepas pelukannya dan tubuhnya masih saja bergetar. Veekit membiarkan itu dan mengelus punggung Flora.Dia menatap tubuh Flora yang sudah lebih terbuka. Kemudian dia menarik selimut dan menyelimuti flora yang masih memeluknya.Keduanya pun tertidur di tengah tengah acara yang berlangsung. Veekit yakin tidak ayang tau karena keributan tadi tidak terdengar.Hari mulai terang dengan kilaunya cahaya dan suara burung yang terdengar.Veekit dan Flora
Setelah perpisahan mereka berdua karena satu masalah saja, Vinson benar benar sering merasa kosong dan memikirkan Viola. Jujur, dia masih sangat mencintai Viola bahkan sampai sekarang, dan ada rasa menyesal karena tidak mendukung keputusan Viola yang menjadi masalah keluarga mereka terpecah belah.Taukah kalian satu masalah itu apa?"Seharusnya kamu bahagia Vinson." ujar viola tersenyum pahit."Bukankah ini kemauanmu? Kamu tidak perlu terus menanggapi permintaanku yang terlihat konyol bagimu bukan?" tanya Viola menatap sinis Vinson.Vinson menunduk. Entah mengapa ada rasa menyesal semakin lama dari dalam hatinya mengingat dirinya dulu menentang keras permintaan berulang dari Viola. Sampai Viola memohon kepada dirinya berulang kali, Vinson terus menolak."Bagaimana perkembangan pencarian putri kandungmu?" tanya Vinson ragu sekaligus malu. Tentu saja dia malu menanyakan sesuatu yang dulu sangat dia dia tolak keras.Ya, inilah masalah keluarga kecil mereka terpecah belah. Masalahnya mun
"Kenapa?" tanya Sani bingung karena Flora menatapinya dengan curiga."Loe ada hubungan apa sama tuan Vandes? Kok rasanya ada yang beda sekarang?" tanya Flora merasakan hawa hawanya yang mulai berbeda. Berbeda sekali sewaktu dirinya baru meninggalkan Sani bersama Vandes untuk bekerja bersama.Sani tersenyum malu malu mendengar itu. Dia berdiri dan membelakangi flora yang menunggu jawabannya itu."Jawab hey!" sentak Flora karena tak kunjung menjawab pertanyaannya."Sebenarnya, gue sama tuan Vandes itu sekarang udah mulai dekat. Gue rasa gue suka deh sama tuan Vandes hehe." jelas Sani malu malu berbalik menatap Flora.Flora terkejut bukan kepalang. Baru ditinggal hampir sebulan saja sudah banyak berubah keadaan sahabatnya ini. Wah wah wah!"Loe bisa suka sama tuan Vandes, tapi tuan Vandes mau tidak sama loe? Jangan sampe kaya gue deh." sahut Flora tidak suka."Gue yakin kok tuan Vandes juga pasti suka sama gue. Apalagi gue juga enggak kalah cantik sama wanita wanita karir di luar sana."