"Permisi!" ujar dua orang pria mendekati flora. Flora yang tadinya asik menata busana nya agar terlihat rapi harus terhenti karena kedua pria ini datang dan menghampirinya.Flora menatap mereka bergantian. Kedua pria yang tidak terlalu tua namun dia tau jika keduanya sudah sangat dewasa. Flora berpikir jika kedua pria ini memang orang penting yang diundang sebagai tamu undangan.Flora tersenyum ramah."Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya flora tersenyum ramah."Ah iya, kami mendengar jika tamu bisa bermalam di sini bukan?" tanya salah satu pria itu.Flora yang mendengarnya mengangguk tanpa melepas senyumnya."Benar, para tamu bisa bermalam disini." jawab flora ramah.Kedua pria itu mengangguk saling melirik. Mereka menatap flora dengan tatapan tenang namun penuh maksud."Kamu penari di acara ini?" tanya pria yang satunya lagi."Benar, saya penari tuan." jawab flora. Flora menatap mereka dengan tatapan yang tidak curiga sedikitpun. Karena memang terlihat seperti tamu biasa."Kami ing
Veekit tidak menjawab dan langsung menggendong tubuh Flora dan meninggalkan Sean yang berdiri menatapi kepergian mereka."Yang terpenting dia sudah aman bersama orang itu. Flora pasti sangat trauma." gumam Sean dengan iba melihat bagaimana flora yang terlihat sangat takut dan gemetar.Veekit membawa flora ke kamar pribadi miliknya. Flora hanya diam dengan terus memejamkan mata dengan isakan tangis yang benar benar sangat terasa."Tenanglah, kamu sudah aman bersama saya." ujar Veekit dengan suara yang sangat pelan seperti berbisik. Flora tidak melepas pelukannya dan tubuhnya masih saja bergetar. Veekit membiarkan itu dan mengelus punggung Flora.Dia menatap tubuh Flora yang sudah lebih terbuka. Kemudian dia menarik selimut dan menyelimuti flora yang masih memeluknya.Keduanya pun tertidur di tengah tengah acara yang berlangsung. Veekit yakin tidak ayang tau karena keributan tadi tidak terdengar.Hari mulai terang dengan kilaunya cahaya dan suara burung yang terdengar.Veekit dan Flora
Setelah perpisahan mereka berdua karena satu masalah saja, Vinson benar benar sering merasa kosong dan memikirkan Viola. Jujur, dia masih sangat mencintai Viola bahkan sampai sekarang, dan ada rasa menyesal karena tidak mendukung keputusan Viola yang menjadi masalah keluarga mereka terpecah belah.Taukah kalian satu masalah itu apa?"Seharusnya kamu bahagia Vinson." ujar viola tersenyum pahit."Bukankah ini kemauanmu? Kamu tidak perlu terus menanggapi permintaanku yang terlihat konyol bagimu bukan?" tanya Viola menatap sinis Vinson.Vinson menunduk. Entah mengapa ada rasa menyesal semakin lama dari dalam hatinya mengingat dirinya dulu menentang keras permintaan berulang dari Viola. Sampai Viola memohon kepada dirinya berulang kali, Vinson terus menolak."Bagaimana perkembangan pencarian putri kandungmu?" tanya Vinson ragu sekaligus malu. Tentu saja dia malu menanyakan sesuatu yang dulu sangat dia dia tolak keras.Ya, inilah masalah keluarga kecil mereka terpecah belah. Masalahnya mun
"Kenapa?" tanya Sani bingung karena Flora menatapinya dengan curiga."Loe ada hubungan apa sama tuan Vandes? Kok rasanya ada yang beda sekarang?" tanya Flora merasakan hawa hawanya yang mulai berbeda. Berbeda sekali sewaktu dirinya baru meninggalkan Sani bersama Vandes untuk bekerja bersama.Sani tersenyum malu malu mendengar itu. Dia berdiri dan membelakangi flora yang menunggu jawabannya itu."Jawab hey!" sentak Flora karena tak kunjung menjawab pertanyaannya."Sebenarnya, gue sama tuan Vandes itu sekarang udah mulai dekat. Gue rasa gue suka deh sama tuan Vandes hehe." jelas Sani malu malu berbalik menatap Flora.Flora terkejut bukan kepalang. Baru ditinggal hampir sebulan saja sudah banyak berubah keadaan sahabatnya ini. Wah wah wah!"Loe bisa suka sama tuan Vandes, tapi tuan Vandes mau tidak sama loe? Jangan sampe kaya gue deh." sahut Flora tidak suka."Gue yakin kok tuan Vandes juga pasti suka sama gue. Apalagi gue juga enggak kalah cantik sama wanita wanita karir di luar sana."
Mau tidak mau, Flora akhirnya duduk di hadapannya Veekit."Ada apa denganmu? Biasanya kamu tidak sepolos dan sependiam ini." tanya Veekit tanpa menatap flora. Dia sibuk membuka alci untuk mengambil gaji Flora yang sudah dia persiapkan."Tidak ada tuan." jawab flora singkat. Veekit tidak lagi menjawab tau menyahut."Ini gajimu!" ujar Veekit memberikan sebuah amplop yang lumayan tebal. Flora melotot menatapnya. Apa itu semua isinya uang?"I..ini gaji saya tuan?" tanya flora gugup menatap amplop yang tebal itu."Hm." dehem Veekit dingin.Flora tanpa menunggu lama langsung mengambilnya dan membukanya. Ternyata, amplop yang tebal itu benar benar berisi uang semua. Flora tidak menyangka kalau gajinya akan sebesar ini."Terimakasih tuan, kalau begitu saya kembali dulu." ujar Flora. Dia masih tetap gugup apalagi jika sampai Veekit menanyakan mengenai hal tawaran itu. Rasanya dia belum siap untuk menjawab.Flora langsung berdiri dan melangkahkan kakinya menjauh namun suara Veekit menghentikann
Ceklek..."Selamat malam pria pria tampan mama." ucap seorang wanita yang tiba tiba memasuki kamar mereka, dia adalah Sookit.Veekit dan Vandes menoleh menatap mama mereka yang semakin mendekat. Ingat Vandes adalah sepupu dari Veekit namun Sookit sudah menganggap keduanya sebagai putra yang dia sayangi."Mama kenapa belum tidur?" tanya Vandes kembali duduk. Sookit tersenyum dan duduk di dekat Vandes. Veekit hanya diam saja."Mama harus pastikan keadaan kedua putra mama baik baik saja, baru mama bisa tidur dengan tenang." jawab Sookit tersenyum mengelus rambut Vandes."Sudahi pekerjaan Veekit. Cukup hanya di kantor saja bekerjanya sayang." ujar Sookit melirik Veekit yang masih sibuk dengan layar komputernya.Sookit hanya bisa menggeleng menatap putranya yang persis sekali seperti suaminya yang sudah meninggal. Papa dan anak sama saja!"Baik ma." Veekit akhirnya menyudahi pekerjaannya atas perintah dari mamanya."Ayo kemari mendekat sayang." ujar Sookit kepada Veekit. Veekit akhirnya me
"Ya gue sih cinta sih Flo, tapi kalau dia miskin walaupun ganteng, gue tetep nggak mau." sahut Sani lagi dengan santainya.Flora tidak tau lagi harus menyahut apa. Sejak kapan sahabatnya ini gila harta?Selesai bersiap, keduanya pun langsung bersama sama pergi ke kantor. Mereka tidak boleh terlambat bukan.Flora dan Sani memasuki kantor dengan wajah berseri tidak lupa dengan senyuman manis. Mereka menjadi pusat perhatian sekarang. Tidak disangka Vandes dan Veekit juga bau saja sampai sehingga bisa melihat itu. Mereka menatapi dan mengamati Sani dan flora sebentar. Terlihat, Vandes tersenyum ke arah Sani. Sementara Veekit masih diam saja dengan wajah datarnya."Ada apa!" seru Veekit tegas menatap orang orang yang masih terpaku itu. Orang orangnya seketika langsung tersadar jika boss dingin mereka sudah datang dan mereka lupa memberi salam. Mereka pun langsung memberikan salam, termasuk flora dan Sani yang ikut ikutan."Dia lucu sekali." Vandes bergumam dan Veekit bisa mendengar itu. D
Wanita tua itu mengangguk dengan tenang. Dia tersenyum senang kembali."Putriku hebat sekali." gumamnya pelan namun masih terdengar oleh Akila.Akila menatap sendu ke arah lain mendengar Ama nya yang terlihat sangat menyayangi anak yang dia cari selama bertahun tahun belakangan ini. Sedangan dia? Apakah dia juga dicari oleh keluarga kandungnya? Entahlah."Nak!" panggil wanita itu kemudian. Akila langsung saja tersadar."Iya Ama." sahutnya mendekat."Ama mau minta sesuatu dari kamu, kamu mau tidak?" tanya wanita itu menatap wajah sosok wanita muda seperti putrinya yang selama ini menjadi orang kepercayaannya."Akila pasti akan selalu membantu Ama seperti Ama yang membantu Akila." jawab Akila dengan tegas namun hangat menatap sosok wanita tua itu.Akila? Ya dia Akila. Dan wanita yang lebih tua bersamanya adalah Viola. Memang benar, Akila bekerja dengan viola. Bagi Akila, Viola adalah malaikat yang berwujud manusia. Kenapa? Karena Viola yang menyelamatkan hidupnya sehingga dia masih bisa
Halo semuanya...Kembali lagi dengan author yang akan melanjutkan jalan cerita "PENARI ITU WANITAKU." Baiklah, author hanya ingin memperjelas jika episode ini adalah episode penutup dari cerita ini sebelum akhirnya benar benar tamat. Maaf jika terkesan buru-buru karena author sedang merilis cerita baru. Author berharap episode terakhir ini bisa memberikan rasa puas kepada pembaca dan kesan yang baik untuk diingat. Author spil ya, jika ending cerita ini pastinya adalah happy ending karena semua masalah akan selesai pada episode terakhir ini. Tanpa berlama lama, silahkan dan nikmati pembacaannya sayang author !!!**Langit baru saja menjemput gelap serta hiasan-hiasan bintang di sekitarnya. Dibawah langit, tepatnya di sebuah gedung megah hampir seperti gedung pencakar langit yang terlihat megah dan terlihat seperti desain bangsawan, gedung itu mulai dipenuhi oleh para tamu yang tidak sembarang tamu mengingat malam ini adalah acara ulang tahun yang pertama kali diacarakan oleh seorang p
Ceklek..."Selamat siang semuanya." ucap seorang wanita yang baru saja datang. Seorang wanita yang sudah mulai berkeriput namun masih terlihat sangat cantik dan anggun. Disampingnya ada seorang wanita yang jauh lebih muda. Dengan pakaian ketat dan terlihat mahal, wanita itu tersenyum di samping wanita tadi. Mereka semua sudah tau siapa kedua wanita itu. Tapi akila baru pertama kali melihat keduanya, ralat wanita yang jauh lebih tua itu pernah dia temui sekali bersama Sean karena wanita itu katanya ingin melihat putra dari sahabatnya. Tapi wanita yang bergaya model itu belum pernah dia lihat."Selamat siang nyonya, silahkan duduk!" ujar Sani berdiri bersama flora dan mempersilahkan keduanya duduk. Keduanya pun duduk bergabung bersama mereka."Jadi sudah sampai mana pembahasan kalian? Kami tidak ketinggalan kan?" tanya sookit, ya itu sookit dan di sampingnya adalah Amira. Dia mengatakannya dengan lembut, persis seperti ibu yang lembut."Kami belum membahas apapun tentang ulang tahun Vee
"Kau menyukaiku sampai terus melirikku seperti itu?" tanya Sean tanpa menatap seseorang yang berada di sampingnya, seseorang yang cukup atau bahkan dibencinya selama bertahun tahun.Pria tersebut malah mengalihkan tatapannya semakin jelas menatap pria yang mengendarai mobil itu. Mereka berdua memang hanya berdua di dalam mobil tersebut mengingat mereka memang harus bersama untuk menemui seseorang pemilik wilayah yang akan menjadi tempat mereka melakukan proyek pembangunan."Kalau benar memangnya kenapa?" tanyanya enteng, dia Sean. Entahlah, entah bagaimana sekarang pandangannya melihat seorang pria yang sangat dibencinya tapi pria itu adalah pria yang disukai oleh adiknya, alias flora. Ya, dia tentu saja tau. Melihat bagaimana perlakuan sesama mereka serta kedekatan mereka siapapun akan tau jika mereka memang saling menyukai.Veekit melirik dan mendelik menatap Sean. Mengapa dia berubah seperti ini? Veekit merasa geli melihat tingkah Sean. Dia bertingkah seolah olah tidak terjadi apa
"Biar aku saja yang berbicara." ucap flora kepada Sean dan Veekit disampingnya. Mereka menatap akila yang terduduk tenang di sebuah cafe yang menghadap jalan kota, cafe dengan tingkat paling atas dan berada di udara bebas tanpa ada penutup. Angin sepoi-sepoi meniup kencang rambut akila yang sebahu itu. Karena membelaku mereka membuat mereka bertiga tidak tau naga raut wajah akila. Ya, memang mereka mengikuti arah akila yang ternyata pergi ke sebuah cafe terdekat dari perusahaan.Flora berjalan mendekati akila sementara Veekit dan Sean saling tatap dengan malas lalu ikut mendekati kedua wanita itu tapi tanpa mengeluarkan suara."Halo kak?" sapa flora tersenyum manis sembari melambaikan tangannya kepada akila yang meliriknya tanpa berekspresi."Tidak perlu membujukku flo, aku sedang ingin sendiri." sahut akila mengalihkan kembali tatapannya ke depan dengan pandangan kosong. Di depannya ada secangkir kopi yang dia tau akila memang penyuka minuman kopi, apalagi jika rasanya manis.Flora t
"Kita ditipu." kesal Sani sembari memakan ice cream yang ada di tangannya. Flora yang juga menikmati es krim dengan tenang hanya tersenyum miring melirik Sani yang sedari tadi mengoceh tidak jelas.Memang benar, mereka ditipu. Dan mereka ditipu oleh kedua tuan besar mereka. Katanya, ada rapat mendadak penting namun nyata mereka hanya diajak untuk menemani keduanya ke sebuah pusat perbelanjaan yang katanya untuk membeli sesuatu. Kini mereka berdua ditinggal duduk di sebuah kursi di dalam pusat perbelanjaan itu atau lebih tepatnya mall, sementara keduanya entah kemana perginya."Kemana kedua manusia aneh itua? Lama sekali." ujar lagi Sani kembali. Flora menggeleng tidak habis pikir mengapa Sani saat cerewet sekali."Ada apa si dan? Loe bawel banget dari tadi." sambung flora angkat bicara dengan tenang. Sani melirik sahabat ini dengan malas dengan bibir yang dia manyunkan."Gimana gak bawel, karena mereka berdua kita gak jadi pergi deh." jawab Sani sedikit memelas."Yasudah, Minggu depa
Akhir pekan seperti ini, dimana para pekerja akan merilekskan pikiran dengan healing bersama orang tersayang atau sekedar menikmati waktu santai sebelum esok akan kembali bekerja, berbeda sekali dengan dua orang wanita ini."Dua tuan besar itu benar benar gila, sejak kapan bekerja di akhir pekan seperti ini? Padahal aku sudah berencana untuk pergi berjalan jalan denganmu flo. Bukankah sudah lama kita tidak jalan berdua?" ujar Sani sembari memasang anting anting di telinganya. Dia melirik flora yang sedang mempersiapkan tasnya melalui kaca cermin besar di depannya."Kau tidak perlu heran, mereka dari dulu memang aneh." sahut flora singkat. Dia tidak terlalu mau memberikan komentar panjang karena dia sudah mengenal sedikit sifat konyol dan aneh dari dua tuan besar di tempat perusahaan mereka."Ada ada saja!" kesal Sani.Di tempat lain, di sebuah mansion mewah bergaya klasik namun dengan cat yang berwarna gelap membuat mansion itu terlihat sedikit menyeramkan apalagi jika di malam hari.
Satu bulan kemudianSean sudah mengetahui jika ternyata wanita yang sempat dia sukai atau tidak lain adalah flora ada adik tiri yang selama ini dia cari cari.Jangan tanya bagaimana perasaannya, karena perasaannya pasti hancur. Tapi belum ada satu bulan, dia merasakan sesuatu hal yang baru di hatinya. Apa itu?"Ada apa denganmu? Kau masih belum bisa terima jika flora adalah adik tirimu yang sempat kau sukai?" tanya akila santai menatap pria yang sudah cukup lama bersamanya ini. Dia sedari tadi menatapi Sean diam saja seperti memikirkan sesuatu sembari dirinya menyesap kopi manis miliknya. Ya, mereka memang berada di sebuah cafe setelah habis pulang melakukan rapat bersama Veekit dan rekannya.Akila masih menyesap kopi manis kesukaannya sementara Sean tersadar dari lamunannya. Apa yang dikatakan akila masih bisa dia dengar dan itu membuatnya semakin bingung. "Tidak, kau salah!" ucapnya singkat sembari kembali menyentuh gelas wine miliknya.Akila tersenyum miring. "Flora itu adik tirimu
Flora tersenyum manis menatap Sean sehingga menampilkan gigi rapinya, Sean hanya tersenyum tipis melihat itu dan kembali menikmati hidangan dengan nikmat.Ditengah tengah itu, pintu cafe terbuka lebih kasar sehingga flora dan Sean menatap ke arah pintu masuk. Mereka cukup heran karena yang masuk adalah vandes sendiri. Sean dan Flora saling tatap sebentar karena melihat Vandes yang duduk dekat kasar dan dengan raut wajah yang tidak bersahabat."Ada apa dengan tuan Vandes?" tanya Flora melirik kembali Vandes. Sean mengangkat bahu acuh kemudian berdiri mendekati meja duduk Vandes.Sean menyentuh bahu Vandes yang terlihat diam melamun sehingga Vandes yang merasa tubuhnya disentuh langsung menatap siapa yang menyentuh tubuhnya."Veekit?" Vandes cukup kaget melihat keberadaan Veekit yang juga berada di cafe yang sama yang dia kunjungi."Hm." dehem Veekit santai."Bagaimana bisa kau ada disini?" tanyanya. Sean hanya diam sembari memberikan perhatian ke arah Flora yang diam menatapi mereka. J
Flora menghela nafas pelan."Ya gue dan tuan Veekit memang sudah mengenal mereka, tapi...." ucapannya flora terpotong karena Sani yang memotongnya. Flora memejamkan mata berusaha agar tidak emosi."Mereka maksudnya siapa? Yang dua orang penting tadi? Tuan dan nona tadi?" tanyanya bertubi tubi kembali. Flora mengepalkan tangannya geram."Iya Sani, astaga." jujur, ingin sekali rasanya flora mencabik cabik wajah sahabatnya ini, untung saja sayang."Lalu bagaimana?" tanyanya lagi semakin penasaran."Tapi gue merasa tuan Veekit dan tuan Sean tidak memiliki hubungan yang baik. Mereka sering sekali melempar tatapan permusuhan." jelas Flora mengingat bagaimana tatapan keduanya yang saling melempar aura permusuhan. Dia sadar itu!"Benarkah? Bagaimana bisa mereka seperti itu?" tanya Sani tidak kalah kaget. Mulutnya sampai membulat."Gue juga enggak tau, tapi sepertinya ada hal yang gue enggak tau sebagai alasan mereka seperti itu." flora cukup yakin dengan perkataannya sendiri. Pasti ada sesuat