Sorot mata Akila yang mendengarnya benar benar merasa sedih. Matanya berkaca kaca. Dia memang tidak bisa mengerti sepenuhnya kesedihan yang tidak terhitung yang dirasakan oleh Viola, namun dari ceritanya, Akila bisa merasa bahwa saat saat itu adalah saat yang paling sulit dihadapi dan memberikan rasa sakit yang sangat mendalam.Akila mendekati Viola dan menenangkannya. Viola yang bercerita dan ditenangkan merasa lebih lega. Dia menghembus nafas pelan dengan senyuman yang kembali terpancar."Namun setelah sekian lama dari kejadian itu, dan jauh setelah Ama menikah kembali dengan suami Ama yang kedua, Ama mendapatkan kabar dari sekian lama usaha Ama untuk mencari putri Ama yang hilang, bahwa putri Ama kemungkinan besar masih hidup. Ama benar benar sangat bahagia disaat saat seperti itu, tapi sayangnya.." ucapan Akila tertunda dengan raut wajah yang kembali sedih dan sendu."Tapi apa Ama?" Akila dengan antusias mendengarkan kelanjutan cerita Viola. Dia benar benar tidak tau sedikitpun te
Viola mengepalkan tangannya setiap kali mengingat musuhnya itu. Dia perlahan berjalan menjauh mendekati jendela bening yang besar."Musuh bebuyutan ama tidak terlalu sulit kamu kenali." ujarnya pelan namun masih terdengar. Akila mengerutkan keningnya tidak terlalu paham. Dia menunggu kelanjutan ucapan Viola."Ama sangat ingat jika mereka adalah keluarga yang berbaur dengan dunia hitam. Mereka dulunya dikenal dengan keluarga bius yang mematikan karena mereka bisa melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka dikatakan bius karena keluarga mereka mempunyai tanda yang mencolok, yaitu ular. Setiap bagian dari hidup mereka pasti memiliki tanda berbentuk ular, termasuk tubuh mereka." tegas Viola memutar kembali otaknya mengingat masa lalunya yang mengenal musuh keluarga kecil mereka dulu. Hanya karena sebatas rasa iri, semuanya menjadi seperti ini. Tidak terbayang kemarahan Viola setiap kali mengingat masa lalu yang kelam itu.Akila mengangguk paham."Akila mengerti Ama. Sekarang, pertempuran
Tidak ada pembicaraan setelahnya. Flora hanya melirik sesekali Veekit yang terus saja menatap kosong ke depan."Ehm, ada apa dengan tuan?" tanya Flora memberanikan bertanya. Dia tidak sanggup dengan kecanggungan dan keheningan seperti ini.Veekit diam sejenak belum menjawab. Tatapan masih kosong ke depan."Saya hanya tidak habis pikir dengan hubungan konyol seperti itu. Awalnya saya hanya membantu Amira atas perintah mama saya, tapi saya tidak menyangka jika hal seperti ini bisa terjadi. Saya benar benar tidak habis pikir." entah dengan kesadaran atau tidak, Veekit seperti sedang curhat kepada flora. Flora mendengarnya dengan antusias. Baru kali ini, Veekit benar benar berbicara panjang dengan ekspresinya tidak ada dingin itu. Ekspresinya sulit untuk ditebak."Tapi mengapa tuan tidak bisa menerima nona Amira. Dia wanita impian semua laki laki, tuan." ucap Flora. Dalam hatinya sebenarnya tidak merasa enak mengatakan itu, seperti ada rasa minder dan sakit. Tapi kalau dipikir pikir, bena
"Mereka merencanakan itu saat Veekit baru saja lahir dan stri tuan Vinson baru saja hamil. Kami pikir istri tuan Vinson berjenis kelamin perempuan namun nyatanya laki laki. Padahal kami sudah berencana untuk membangun gedung pernikahan semewah mungkin untuk kalian namun nyatanya kalian sama. Tapi itu tidak menjadi penghambat, kami sudah berencana akan tetap membangun gedung pernikahan impian kami setidaknya agar rencana yang kami impikan sedari dulu tidak sia sia." jelas lagi Sookit. Dia sangat ingat jelas akan impian mereka itu.Veekit dan vandes mengangguk pelan mendengarnya. Ternyata para orang tua itu merencanakan ingin membangun gedung pernikahan dengan Veekit dan anak sahabat orang tua mereka yang mereka pikir adalah wanita ternyata adalah laki laki. Bagaimana jika anaknya wanita? Pasti Veekit sudah dijodohkan. Dan kalaupun dia memang dijodohkan, Veekit sulit menolak karena ini adalah permintaan papa mereka. Tapi syukurnya tidak jadi karena anak sahabat orang tuanya adalah laki
Sementara dari dalam pikiran Akila, dia terlihat mengamati dan berpikir. Mungkinkan sosok adik kecilnya bekerja di perusahaan ini? Dia akan mencari tahu.Di ruangan yang sudah ditentukan, Veekit sudah berkumpul bersama rekan pentingnya termasuk Vandes dan Flora."Mereka akan sampai, kita haus menyambutnya." ucap Vandes menunggu dalam keadaan berdiri. Sementara Veekit dan Flora hanya duduk bersama rekan lainnya'.Ceklek..."Selamat datang tuan." ucap Vandes dengan cepat saat pintu baru saja terbuka. Ternyata yang membuka pintu adalah seorang wanita yang dia sangat kenal adalah sani sebagai sekretarisnya."Tu..tuan." Sani cukup bingung menatap linglung Vandes yang menyambutnya.Vandes membuang muka kesal tapi juga malu. Sementara rekan lainnya termasuk Flora tertawa. Veekit hanya terdiam tersenyum tipis melihat itu."Tuan sepertinya sangat bersemangat ya." sindir Flora mengulum senyum setelah sudah puas tertawa. Vandes mengusap wajahnya kasar dan Sani yang semakin bingung. Dia memang be
Hawa cukup lebih dingin sehingga hanya keheningan yang terjadi dan hanya terdengar suara ac ruangan. Vandes menatap Veekit yang meminta berbicara dengannya namun dia sendiri hanya diam saja."Ada apa Veekit? Kamu mengatakan ingin berbicara serius, bukan?" tanyanya bersuara. Dia tidak tahan Veekit yang sibuk dengan pikirannya sehingga mengabaikan dirinya yang linglung seperti ini.Veekit melirik Vandes dengan tatapan yang tenang lalu menghela nafas panjang."Kamu tau siapa mereka sebenarnya?" tanya Veekit bersuara dengan lebih tenang. Sudah cukup dirinya tadi menahan emosi namun sekarang dia harus menenangkan kembali dirinya.Vandes menggeleng dengan sedikit rasa bingung atas pertanyaan Veekit. Dia memang tidak kenal sama sekali kan?"Kau mengenal salah satu diantara mereka." ujar Veekit tegas. Dia menatap reaksi Vandes yang tersenyum tidak percaya."Kau ini! Aku sama sekali tidak mengenal mereka berdua." Vandes tidak habis pikir mengapa Veekit lebih tau dibandingkan dirinya. Dia meman
Flora menghela nafas pelan."Ya gue dan tuan Veekit memang sudah mengenal mereka, tapi...." ucapannya flora terpotong karena Sani yang memotongnya. Flora memejamkan mata berusaha agar tidak emosi."Mereka maksudnya siapa? Yang dua orang penting tadi? Tuan dan nona tadi?" tanyanya bertubi tubi kembali. Flora mengepalkan tangannya geram."Iya Sani, astaga." jujur, ingin sekali rasanya flora mencabik cabik wajah sahabatnya ini, untung saja sayang."Lalu bagaimana?" tanyanya lagi semakin penasaran."Tapi gue merasa tuan Veekit dan tuan Sean tidak memiliki hubungan yang baik. Mereka sering sekali melempar tatapan permusuhan." jelas Flora mengingat bagaimana tatapan keduanya yang saling melempar aura permusuhan. Dia sadar itu!"Benarkah? Bagaimana bisa mereka seperti itu?" tanya Sani tidak kalah kaget. Mulutnya sampai membulat."Gue juga enggak tau, tapi sepertinya ada hal yang gue enggak tau sebagai alasan mereka seperti itu." flora cukup yakin dengan perkataannya sendiri. Pasti ada sesuat
Flora tersenyum manis menatap Sean sehingga menampilkan gigi rapinya, Sean hanya tersenyum tipis melihat itu dan kembali menikmati hidangan dengan nikmat.Ditengah tengah itu, pintu cafe terbuka lebih kasar sehingga flora dan Sean menatap ke arah pintu masuk. Mereka cukup heran karena yang masuk adalah vandes sendiri. Sean dan Flora saling tatap sebentar karena melihat Vandes yang duduk dekat kasar dan dengan raut wajah yang tidak bersahabat."Ada apa dengan tuan Vandes?" tanya Flora melirik kembali Vandes. Sean mengangkat bahu acuh kemudian berdiri mendekati meja duduk Vandes.Sean menyentuh bahu Vandes yang terlihat diam melamun sehingga Vandes yang merasa tubuhnya disentuh langsung menatap siapa yang menyentuh tubuhnya."Veekit?" Vandes cukup kaget melihat keberadaan Veekit yang juga berada di cafe yang sama yang dia kunjungi."Hm." dehem Veekit santai."Bagaimana bisa kau ada disini?" tanyanya. Sean hanya diam sembari memberikan perhatian ke arah Flora yang diam menatapi mereka. J