"Lalu mengapa kamu masih memakainya ha?!" Bentaknya lagi Veekit. "Saya tidak punya busana lain tuan. Saya hanya memiliki ini." jawab flora semakin gugup. Veekit memijit pelipisnya mendengar jawaban flora. Dia mengusap wajahnya kasar sembari membuang muka. Lalu dia kembali menatap flora. "Kamu bisa memberi tahu saya sebelum acaranya dimulai, kita bisa mengganti busananya flora." ujar Veekit dengan suara yang menjadi lebih pelan. Namun ada rasa kecewa di raut wajahnya. Flora masih tetap menunduk. "Saya tidak mau merepotkan tuan." ucap flora. Veekit menggeleng dan kembali mengusap wajahnya. Dia lalu mendengar isakan tangis flora. "Hiks..hiks.. hiks ." tubuh flora bergetar dengan isakan tangis. Dia benar benar tidak berani menatap Veekit. Veekit yang mendengarnya langsung mendekati flora. Lalu tanpa aba aba, dia langsung memeluk flora. "Sudahlah, semuanya sudah terjadi." ujar Veekit mengusap punggung flora. "Saya janji tidak akan mempermalukan tuan. Saya akan langsung b
"Permisi!" ujar dua orang pria mendekati flora. Flora yang tadinya asik menata busana nya agar terlihat rapi harus terhenti karena kedua pria ini datang dan menghampirinya.Flora menatap mereka bergantian. Kedua pria yang tidak terlalu tua namun dia tau jika keduanya sudah sangat dewasa. Flora berpikir jika kedua pria ini memang orang penting yang diundang sebagai tamu undangan.Flora tersenyum ramah."Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya flora tersenyum ramah."Ah iya, kami mendengar jika tamu bisa bermalam di sini bukan?" tanya salah satu pria itu.Flora yang mendengarnya mengangguk tanpa melepas senyumnya."Benar, para tamu bisa bermalam disini." jawab flora ramah.Kedua pria itu mengangguk saling melirik. Mereka menatap flora dengan tatapan tenang namun penuh maksud."Kamu penari di acara ini?" tanya pria yang satunya lagi."Benar, saya penari tuan." jawab flora. Flora menatap mereka dengan tatapan yang tidak curiga sedikitpun. Karena memang terlihat seperti tamu biasa."Kami ing
Veekit tidak menjawab dan langsung menggendong tubuh Flora dan meninggalkan Sean yang berdiri menatapi kepergian mereka."Yang terpenting dia sudah aman bersama orang itu. Flora pasti sangat trauma." gumam Sean dengan iba melihat bagaimana flora yang terlihat sangat takut dan gemetar.Veekit membawa flora ke kamar pribadi miliknya. Flora hanya diam dengan terus memejamkan mata dengan isakan tangis yang benar benar sangat terasa."Tenanglah, kamu sudah aman bersama saya." ujar Veekit dengan suara yang sangat pelan seperti berbisik. Flora tidak melepas pelukannya dan tubuhnya masih saja bergetar. Veekit membiarkan itu dan mengelus punggung Flora.Dia menatap tubuh Flora yang sudah lebih terbuka. Kemudian dia menarik selimut dan menyelimuti flora yang masih memeluknya.Keduanya pun tertidur di tengah tengah acara yang berlangsung. Veekit yakin tidak ayang tau karena keributan tadi tidak terdengar.Hari mulai terang dengan kilaunya cahaya dan suara burung yang terdengar.Veekit dan Flora
Setelah perpisahan mereka berdua karena satu masalah saja, Vinson benar benar sering merasa kosong dan memikirkan Viola. Jujur, dia masih sangat mencintai Viola bahkan sampai sekarang, dan ada rasa menyesal karena tidak mendukung keputusan Viola yang menjadi masalah keluarga mereka terpecah belah.Taukah kalian satu masalah itu apa?"Seharusnya kamu bahagia Vinson." ujar viola tersenyum pahit."Bukankah ini kemauanmu? Kamu tidak perlu terus menanggapi permintaanku yang terlihat konyol bagimu bukan?" tanya Viola menatap sinis Vinson.Vinson menunduk. Entah mengapa ada rasa menyesal semakin lama dari dalam hatinya mengingat dirinya dulu menentang keras permintaan berulang dari Viola. Sampai Viola memohon kepada dirinya berulang kali, Vinson terus menolak."Bagaimana perkembangan pencarian putri kandungmu?" tanya Vinson ragu sekaligus malu. Tentu saja dia malu menanyakan sesuatu yang dulu sangat dia dia tolak keras.Ya, inilah masalah keluarga kecil mereka terpecah belah. Masalahnya mun
"Kenapa?" tanya Sani bingung karena Flora menatapinya dengan curiga."Loe ada hubungan apa sama tuan Vandes? Kok rasanya ada yang beda sekarang?" tanya Flora merasakan hawa hawanya yang mulai berbeda. Berbeda sekali sewaktu dirinya baru meninggalkan Sani bersama Vandes untuk bekerja bersama.Sani tersenyum malu malu mendengar itu. Dia berdiri dan membelakangi flora yang menunggu jawabannya itu."Jawab hey!" sentak Flora karena tak kunjung menjawab pertanyaannya."Sebenarnya, gue sama tuan Vandes itu sekarang udah mulai dekat. Gue rasa gue suka deh sama tuan Vandes hehe." jelas Sani malu malu berbalik menatap Flora.Flora terkejut bukan kepalang. Baru ditinggal hampir sebulan saja sudah banyak berubah keadaan sahabatnya ini. Wah wah wah!"Loe bisa suka sama tuan Vandes, tapi tuan Vandes mau tidak sama loe? Jangan sampe kaya gue deh." sahut Flora tidak suka."Gue yakin kok tuan Vandes juga pasti suka sama gue. Apalagi gue juga enggak kalah cantik sama wanita wanita karir di luar sana."
Mau tidak mau, Flora akhirnya duduk di hadapannya Veekit."Ada apa denganmu? Biasanya kamu tidak sepolos dan sependiam ini." tanya Veekit tanpa menatap flora. Dia sibuk membuka alci untuk mengambil gaji Flora yang sudah dia persiapkan."Tidak ada tuan." jawab flora singkat. Veekit tidak lagi menjawab tau menyahut."Ini gajimu!" ujar Veekit memberikan sebuah amplop yang lumayan tebal. Flora melotot menatapnya. Apa itu semua isinya uang?"I..ini gaji saya tuan?" tanya flora gugup menatap amplop yang tebal itu."Hm." dehem Veekit dingin.Flora tanpa menunggu lama langsung mengambilnya dan membukanya. Ternyata, amplop yang tebal itu benar benar berisi uang semua. Flora tidak menyangka kalau gajinya akan sebesar ini."Terimakasih tuan, kalau begitu saya kembali dulu." ujar Flora. Dia masih tetap gugup apalagi jika sampai Veekit menanyakan mengenai hal tawaran itu. Rasanya dia belum siap untuk menjawab.Flora langsung berdiri dan melangkahkan kakinya menjauh namun suara Veekit menghentikann
Ceklek..."Selamat malam pria pria tampan mama." ucap seorang wanita yang tiba tiba memasuki kamar mereka, dia adalah Sookit.Veekit dan Vandes menoleh menatap mama mereka yang semakin mendekat. Ingat Vandes adalah sepupu dari Veekit namun Sookit sudah menganggap keduanya sebagai putra yang dia sayangi."Mama kenapa belum tidur?" tanya Vandes kembali duduk. Sookit tersenyum dan duduk di dekat Vandes. Veekit hanya diam saja."Mama harus pastikan keadaan kedua putra mama baik baik saja, baru mama bisa tidur dengan tenang." jawab Sookit tersenyum mengelus rambut Vandes."Sudahi pekerjaan Veekit. Cukup hanya di kantor saja bekerjanya sayang." ujar Sookit melirik Veekit yang masih sibuk dengan layar komputernya.Sookit hanya bisa menggeleng menatap putranya yang persis sekali seperti suaminya yang sudah meninggal. Papa dan anak sama saja!"Baik ma." Veekit akhirnya menyudahi pekerjaannya atas perintah dari mamanya."Ayo kemari mendekat sayang." ujar Sookit kepada Veekit. Veekit akhirnya me
"Ya gue sih cinta sih Flo, tapi kalau dia miskin walaupun ganteng, gue tetep nggak mau." sahut Sani lagi dengan santainya.Flora tidak tau lagi harus menyahut apa. Sejak kapan sahabatnya ini gila harta?Selesai bersiap, keduanya pun langsung bersama sama pergi ke kantor. Mereka tidak boleh terlambat bukan.Flora dan Sani memasuki kantor dengan wajah berseri tidak lupa dengan senyuman manis. Mereka menjadi pusat perhatian sekarang. Tidak disangka Vandes dan Veekit juga bau saja sampai sehingga bisa melihat itu. Mereka menatapi dan mengamati Sani dan flora sebentar. Terlihat, Vandes tersenyum ke arah Sani. Sementara Veekit masih diam saja dengan wajah datarnya."Ada apa!" seru Veekit tegas menatap orang orang yang masih terpaku itu. Orang orangnya seketika langsung tersadar jika boss dingin mereka sudah datang dan mereka lupa memberi salam. Mereka pun langsung memberikan salam, termasuk flora dan Sani yang ikut ikutan."Dia lucu sekali." Vandes bergumam dan Veekit bisa mendengar itu. D