"Kamu tersinggung?" tanyanya menatap flora yang diam saja. Flora melirik Veekit dengan pandangan yang sulit diartikan. "Tidak, tapi saya bisa merasakan nona Aretha tidak menyukai saya." jawabnya tanpa berekspresi. Veekit mendengarnya dan mencernanya. Dirinya juga bingung mengapa Aretha mengatakan hal seperti itu dan terlihat jelas dirinya tidak menyukai flora. "Biarkan saja." ujarnya menyahut tanpa panjang. Flora mengangguk mendengarnya. "Kapan kalian akan menikah tuan?" tanya flora tiba tiba. Entah mengapa pertanyaan itu terlontar dari mulut kecilnya tanpa disadari. Veekit menoleh kembali menatap flora. "Mengapa bertanya seperti itu? Kau cemburu?" tanya Veekit menatap manik mata flora dalam. Flora salah tingkah dan gelagapan. "Tidak, saya hanya bertanya." jawabnya sedikit gugup. Veekit tersenyum tipis melihat itu. "Kami belum bertunangan, bagaimana bisa langsung menikah?" sahut Veekit kembali menatap kedepan. Flora yang mendengarnya kaget bukan kepalang. "Bukan
Mata flora entah mengapa berkaca kaca mendengar kata itu. Dia mencerna juga apa yang dikatakan oleh Veekit. Pria itu?"Pria itu?" gumamnya memahami.Flora tiba tiba teringat jika dia memang baru saja bertemu dengan Sean, pria. Apa itu maksudnya Veekit? Namun, bagaimana bisa Veekit tau jika dia baru saja bertemu dengan Sean. Mengikutinya?"Maksud tuan Sean?" tanya flora memastikan.Veekit tiba tiba tertawa kembali mendengar flora yang menyebut nama sean."Semangat sekali kamu menyebut namanya." ujarnya menatap Flora dengan tidak senang."Ada apa denganmu tuan. Saya tidak dijahati olehnya sehingga tuan tidak perlu bertanggung jawab akan hal hal yang tidak diinginkan. Saya juga hanya mengembalikan jaketnya yang dia berikan." jelas flora berusaha memberi pemahaman kepada Veekit agar dia tidak perlu cemas.Dibenak flora, Veekit khawatir jika dirinya dijahati oleh Sean, maka Veekit yang akan menanggung semuanya. Tapi, apakah sepenuhnya itu benar? Atau karena perasaan lain?"Bahkan dia sudah
"Tapi, mengapa dia tidak menggunakan baju tadinya? Bukankah semalam dia menggunakan baju?" gumamnya teringat jelas.Ceklek...Pintu terbuka menampilkan para petinggi yang keluar dari ruangan rapat itu. Flora tau jika rapat pasti sudah selesai karena ketiga orang yang dikenal sudah keluar juga."Kamu sudah selesai Flo?" tanya Amilia melihat flora yang sudah terduduk namun langsung berdiri ketika melihat mereka."Sudah Tante." jawabnya tersenyum."Baiklah kalau begitu, kita bisa pulang bersama." ujar Andes juga tersenyum.Flora mengangguk bersama amilia namun Veekit yang diam saja sedari tadi tanpa ekspresi."Kalian pulanglah terlebih dahulu. Veekit ingin membeli jas untuk peresmian nanti. Veekit yakin jika kalian sudah mempersiapkan semuanya kan?" tanya Veekit menatap Amilia dan Andes dengan tatapan intimidasi.Amilia dan Andes saling tatap dan tertawa kecil."Ternyata dia belum mempersiapkan itu, pa." ujar amilia kepada suaminya. Andes hanya menggeleng saja."Yasudah kau pergilah ber
"Untuk apa saya ikut?" tanya Veekit tiba tiba.Flora berbalik."Tunjukkan toiletnya tuan." ujar flora memutar bola matanya malas. Veekit menggangguk lalu ikut berjalan menunjukkan jalan ke arah toilet.Sesampainya di toilet, flora yang hendak masuk dan Veekit yang merasa kebingungan harus bagaimana."Saya harus bagaimana?" tanya Veekit kepada flora yang ingin masuk."Tuan tunggu saja disini, jangan tinggalkan saya, nanti saya kesasar." jawab flora dengan entengnya.Veekit hendak menolak karena seperti diperintahkan namun apa yang dikatakan flora benar adanya. Jika flora kesasar, dirinya juga yang harus bertanggung jawab dan kerepotan nantinya."Cepatlah, saya tinggu disini." ujarnya. Flora mengangguk pelan dan ingin kembali masuk namun terhenti karena Veekit menghentikannya kembali."Tunggu!""Ada apa tuan?" tanya flora menghela nafas berat."Kamu ganti dengan apa?" tanyanya teringat jika flora saja tidak memiliki baju ganti apapun.Flora yang mendengarnya terdiam. Benar juga, bukan?
"Kenapa kamu terlihat sangat senang? Karena gaji?" tanyanya menatap flora sinis.Flora mengangguk semangat."Tentu saja tuan. Saya jadinya bisa bayar kontrakan untuk bulan depan, saya bisa ke panti, dan.." ucapannya terhenti ketika sadar jika dia hampir memberi tahu mengenai pengeluarannya atau tentang hidupnya. Veekit yang sempat mendengar diam saja menatap flora yang terdiam tiba tiba dan tidak melanjutkan ucapannya."Kenapa berhenti?" tanyanya. Flora menatap lain arah dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Tidak ada tuan, intinya saya sangat menunggu gaji dari tuan, hehe." jawabnya berbinar kembali."Kamu tunggal di kontrakan sendiri?" tanya Veekit tiba tiba. Flora memudarkan senyumnya yang lebar dan mengangguk tersenyum kecut."Kamu ngapain ke panti?" tanyanya lagi. Flora tidak menjawab untuk pertanyaan kali ini.Veekit menyadari itu."Kamu benar tidak mau menerima tawaran saya?" tanya Veekit kembali. Flora mengerutkan keningnya tidak paham. Tawaran?"Tawaran saya tuan?" t
Flora mengangguk pelan dan menatap gelombang air pantai."Rindu? Kau bertanya rindu bukan? Jawabannya adalah ketidak pastian." jawab flora tanpa menatap Sean. Sean yang mendengarnya mengerutkan keningnya tidak paham dengan maksud ucapan flora."Maksud kamu?" tanya Sean melirik flora dengan bingung."Iya, ketidakpastian. Kita belum terlalu kenal, dan sebentar kita sudah akan berpisah. Saat aku sudah kembali lagi nantinya, aku bisa saja merindukanmu atau bahkan tidak sekalipun." jelas flora tersenyum manis menatap Sean.Sean mencerna ucapan flora dengan baik baik. Dan sekarang, dia mengerti maksud dari kata kata flora."Kamu bicara tentang waktu?" tanya Sean tapi flora hanya diam saja."Baik, akan aku pastikan perkenalan kita bukan hanya sebatas perkenalan biasa." ujar Sean mengangguk dengan ucapannya. Flora bingung dengan ucapan yang dikatakan Sean."Maksudmu?" tanyanya."Akan aku pastikan kita tidak akan saling berjauhan, karena kita sudah saling kenal dan selamanya akan seperti itu.
Amilia tersenyum mengerti akan maksud flora."Tante mengerti. Tapi kamu sudah taukan bagaimana kota Bali ini? Pakaian pakaian wanitanya sudah terbiasa terbuka. Jadi orang orang tidak akan merasa heran atau merasa aneh melihatmu memakai busana seperti ini. Mereka malahan pasti akan kagum." jelas Amilia memberikan pengertian.Flora yang mendengarnya mengangguk. Dirinya jadinya percaya diri memakai busana ini karena mencerna semua ucapan Amilia. Dia merasa Amilia benar.Setelah kepergian Amilia, flora memilih keluar setelah membersihkan kamarnya dan mempersiapkan dirinya untuk nanti malam. Dirinya keluar dari ruangan kamarnya namun tidak mendapati Veekit di ruang tengah manapun.Tanpa sengaja flora melihat jas di kursi tengah. Dirinya mendekati jas itu dan mengamati jas itu. Flora lalu meraihnya dan menyentuh jas itu namun sejenak terhenti karena suara dari arah belakang."Sedang apa kamu?" tanya suara berat dari arah belakang. Flora langsung saja berbalik dan mendapati Veekit yang kelua
"Lalu mengapa kamu masih memakainya ha?!" Bentaknya lagi Veekit. "Saya tidak punya busana lain tuan. Saya hanya memiliki ini." jawab flora semakin gugup. Veekit memijit pelipisnya mendengar jawaban flora. Dia mengusap wajahnya kasar sembari membuang muka. Lalu dia kembali menatap flora. "Kamu bisa memberi tahu saya sebelum acaranya dimulai, kita bisa mengganti busananya flora." ujar Veekit dengan suara yang menjadi lebih pelan. Namun ada rasa kecewa di raut wajahnya. Flora masih tetap menunduk. "Saya tidak mau merepotkan tuan." ucap flora. Veekit menggeleng dan kembali mengusap wajahnya. Dia lalu mendengar isakan tangis flora. "Hiks..hiks.. hiks ." tubuh flora bergetar dengan isakan tangis. Dia benar benar tidak berani menatap Veekit. Veekit yang mendengarnya langsung mendekati flora. Lalu tanpa aba aba, dia langsung memeluk flora. "Sudahlah, semuanya sudah terjadi." ujar Veekit mengusap punggung flora. "Saya janji tidak akan mempermalukan tuan. Saya akan langsung b