Yang ada dibenaknya flora jika kemungkinan besar, penyakit Veekit pasti sedang kambuh namun dia ingat jika Andes dan Amilia tidak tau menahu tentang ini. Dirinya mengurungkan diri untuk memberitahu."Apakah om tau tempat kebiasaan Veekit jika dia berada disini?" tanya Flora mengalihkan pembicaraan sekaligus teringat akan pertanyaan seperti ini.Andes terdiam untuk berpikir sebentar. Flora dan Amilia menatap penuh harap kepada Andes. Tiba tiba..."Setahu om, setiap kali om, Veekit, dan juga Vandes ke Bali, mereka terkadang mau mengajak om untuk minum di salah satu bar disini. Bar itu tidak terlalu jauh dari apartemen ini, bar nya bernama Balijoebar." ujar Andes setelah teringat akan hal ini.Flora yang mendengarnya mengangguk penuh."Baik om, flora kesana dulu, Veekit pasti berada disana." sahut flora bergegas ingin pergi.Duar..Petir tiba tiba saja terdengar termasuk angin yang semakin kencang. Amilia yang melihatnya menjadi khawatir."Tapi cuacanya sudah akan hujan Flo." ujar Amilia
"Sama sama nona. Tuan Veekit sudah lama berada di atas dan dia sudah lama juga berada di bawah hujan yang deras. Kami ingin memintanya untuk turun karena dia bisa saja sakit namun kami tidak berani nona." ujar salah satu pelayan itu dengan ramah.Flora yang mendengarnya melirik Veekit yang sudah berada di mobil dengan tatapan yang bercampur aduk. Dan cukup merasa bersalah karena merasa gagal."Baiklah, kami pergi dulu." ucapnya lalu memasuki mobil dan mulai mengendarinya menuju apartemen.Di mobil, flora juga sesekali melirik Veekit yang sekarang tidak lagi bergumam tidak jelas, hanya bergerak sedikit sedikit saja."Maafkan saya tuan." gumam flora.Sesampainya di apartemen, dirinya sudah disambut oleh Amilia dan Vandes. Tanpa menunggu lama, Veekit langsung dibawa menuju kamar dengan banyak penjaga yang menopang tubuhnya.Flora sudah berganti baju. Sekarang mereka berada di luar kamar untuk menunggu pelayan pria yang sedang mengganti pakaian Veekit yang basah."Dia benar benar berada d
Flora terdiam dengan polosnya."Yasudah saya bantu saja." Veekit melotot menatap flora."Apaa!" kagetnya.Flora gelagapan."Maksud saya, saya bantu jalan ke kamar mandi tuan." sahut flora cepat takut Veekit berpikir yang aneh aneh.Veekit menghela nafas mendengarnya. Uratnya sampai terlihat tadi karena flora mengatakan hal yang seperti itu.Flora tiba tiba tertawa menatap Veekit."Tuan berpikir yang aneh aneh ya?" tanyanya menggoda Veekit. Veekit membuang muka takut salah tingkah."Tidak ada, sudah bantu saya!" ujar Veekit mengalihkan pembicaraan. Flora mengulum senyum mendengarnya sembari membantu Veekit berjalan ke arah toilet di kamar mereka."Tuan tidak mau jujur ya?" tanya flora lagi masih belum berhenti menggoda Veekit ditengah tengah dirinya membantu Veekit berjalan."Diam kamu. Kamu pikir saya selera lihat kamu!" ujarnya tegas dengan tangan yang merangkul pundak flora."Ya, tuan pikir saya juga selera lihat tuan?" tanyanya tidak mau kalah.Terjadi perdebatan kembali diantara m
"Kamu tersinggung?" tanyanya menatap flora yang diam saja. Flora melirik Veekit dengan pandangan yang sulit diartikan. "Tidak, tapi saya bisa merasakan nona Aretha tidak menyukai saya." jawabnya tanpa berekspresi. Veekit mendengarnya dan mencernanya. Dirinya juga bingung mengapa Aretha mengatakan hal seperti itu dan terlihat jelas dirinya tidak menyukai flora. "Biarkan saja." ujarnya menyahut tanpa panjang. Flora mengangguk mendengarnya. "Kapan kalian akan menikah tuan?" tanya flora tiba tiba. Entah mengapa pertanyaan itu terlontar dari mulut kecilnya tanpa disadari. Veekit menoleh kembali menatap flora. "Mengapa bertanya seperti itu? Kau cemburu?" tanya Veekit menatap manik mata flora dalam. Flora salah tingkah dan gelagapan. "Tidak, saya hanya bertanya." jawabnya sedikit gugup. Veekit tersenyum tipis melihat itu. "Kami belum bertunangan, bagaimana bisa langsung menikah?" sahut Veekit kembali menatap kedepan. Flora yang mendengarnya kaget bukan kepalang. "Bukan
Mata flora entah mengapa berkaca kaca mendengar kata itu. Dia mencerna juga apa yang dikatakan oleh Veekit. Pria itu?"Pria itu?" gumamnya memahami.Flora tiba tiba teringat jika dia memang baru saja bertemu dengan Sean, pria. Apa itu maksudnya Veekit? Namun, bagaimana bisa Veekit tau jika dia baru saja bertemu dengan Sean. Mengikutinya?"Maksud tuan Sean?" tanya flora memastikan.Veekit tiba tiba tertawa kembali mendengar flora yang menyebut nama sean."Semangat sekali kamu menyebut namanya." ujarnya menatap Flora dengan tidak senang."Ada apa denganmu tuan. Saya tidak dijahati olehnya sehingga tuan tidak perlu bertanggung jawab akan hal hal yang tidak diinginkan. Saya juga hanya mengembalikan jaketnya yang dia berikan." jelas flora berusaha memberi pemahaman kepada Veekit agar dia tidak perlu cemas.Dibenak flora, Veekit khawatir jika dirinya dijahati oleh Sean, maka Veekit yang akan menanggung semuanya. Tapi, apakah sepenuhnya itu benar? Atau karena perasaan lain?"Bahkan dia sudah
"Tapi, mengapa dia tidak menggunakan baju tadinya? Bukankah semalam dia menggunakan baju?" gumamnya teringat jelas.Ceklek...Pintu terbuka menampilkan para petinggi yang keluar dari ruangan rapat itu. Flora tau jika rapat pasti sudah selesai karena ketiga orang yang dikenal sudah keluar juga."Kamu sudah selesai Flo?" tanya Amilia melihat flora yang sudah terduduk namun langsung berdiri ketika melihat mereka."Sudah Tante." jawabnya tersenyum."Baiklah kalau begitu, kita bisa pulang bersama." ujar Andes juga tersenyum.Flora mengangguk bersama amilia namun Veekit yang diam saja sedari tadi tanpa ekspresi."Kalian pulanglah terlebih dahulu. Veekit ingin membeli jas untuk peresmian nanti. Veekit yakin jika kalian sudah mempersiapkan semuanya kan?" tanya Veekit menatap Amilia dan Andes dengan tatapan intimidasi.Amilia dan Andes saling tatap dan tertawa kecil."Ternyata dia belum mempersiapkan itu, pa." ujar amilia kepada suaminya. Andes hanya menggeleng saja."Yasudah kau pergilah ber
"Untuk apa saya ikut?" tanya Veekit tiba tiba.Flora berbalik."Tunjukkan toiletnya tuan." ujar flora memutar bola matanya malas. Veekit menggangguk lalu ikut berjalan menunjukkan jalan ke arah toilet.Sesampainya di toilet, flora yang hendak masuk dan Veekit yang merasa kebingungan harus bagaimana."Saya harus bagaimana?" tanya Veekit kepada flora yang ingin masuk."Tuan tunggu saja disini, jangan tinggalkan saya, nanti saya kesasar." jawab flora dengan entengnya.Veekit hendak menolak karena seperti diperintahkan namun apa yang dikatakan flora benar adanya. Jika flora kesasar, dirinya juga yang harus bertanggung jawab dan kerepotan nantinya."Cepatlah, saya tinggu disini." ujarnya. Flora mengangguk pelan dan ingin kembali masuk namun terhenti karena Veekit menghentikannya kembali."Tunggu!""Ada apa tuan?" tanya flora menghela nafas berat."Kamu ganti dengan apa?" tanyanya teringat jika flora saja tidak memiliki baju ganti apapun.Flora yang mendengarnya terdiam. Benar juga, bukan?
"Kenapa kamu terlihat sangat senang? Karena gaji?" tanyanya menatap flora sinis.Flora mengangguk semangat."Tentu saja tuan. Saya jadinya bisa bayar kontrakan untuk bulan depan, saya bisa ke panti, dan.." ucapannya terhenti ketika sadar jika dia hampir memberi tahu mengenai pengeluarannya atau tentang hidupnya. Veekit yang sempat mendengar diam saja menatap flora yang terdiam tiba tiba dan tidak melanjutkan ucapannya."Kenapa berhenti?" tanyanya. Flora menatap lain arah dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Tidak ada tuan, intinya saya sangat menunggu gaji dari tuan, hehe." jawabnya berbinar kembali."Kamu tunggal di kontrakan sendiri?" tanya Veekit tiba tiba. Flora memudarkan senyumnya yang lebar dan mengangguk tersenyum kecut."Kamu ngapain ke panti?" tanyanya lagi. Flora tidak menjawab untuk pertanyaan kali ini.Veekit menyadari itu."Kamu benar tidak mau menerima tawaran saya?" tanya Veekit kembali. Flora mengerutkan keningnya tidak paham. Tawaran?"Tawaran saya tuan?" t