Share

Bab 02. Sepasaran penganten

Arumi keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah, kemudian dia melaksanakan sholat subuh . Arman masih terlelap dalam tidurnya, sebenarnya Arumi sudah membangunkannya untuk sholat berjama'ah, tapi Arman meminta Arumi untuk sholat sendiri dengan alasan dirinya masih mengantuk dan udara dingin. Mau tak mau akhirnya Arumi sholat subuh sendirian, sebenarnyadia berharap jika kelak dia memiliki suami bisa melaksanakan sholat berjamaah bersama suaminya. Tapi sepertinya dia harus lebih bersabar.

''Apa suami mu sudah bangun Arumi ?'' tanya Ibu nya saat Arumi ke dapur membantu ibunya memasak makanan yang akan di bawa ke rumah Arman.

"Belum Bu,capek bangunin nya. Sudah Arumi bangunkan berkali kali tapi susah sekali.''

''Kamu yang sabar hadapi suami kamu, semoga dia bisa berubah. Sebenarnya....Ah,sudahlah. Semoga Arman sayang sama kamu. Semoga pernikahanmu bahagia ya Rum."' ucap Bu Dini

''Amiin. Ibu do'akan saja semoga Arum bahagia .''

''Ibu akan do'akan yang terbaik buat kamu. Ingat, jika ada apa-apa kamu harus bilang ibu. Jangan takut, Bapak dan Ibu selalu ada buat Arumi.'' Ucap Bu Dini kemudian memeluk putrinya tersebut.

Tepat jam delapan, Mereka berangkat ke rumah Bu Ida, ibunya Arman dengan menggunakan mobil Arman. Sampai di rumah, Bu Ida dan kedua anak nya menyambut Arumi dan kedua orang tuanya. Memang mereka tidak mengundang Rt atau pun Rw, hanya Keluarga mereka saja.

''Assalamualaikum..!'' ucap Bu Dini dan Pak Lukman.

''Waalaikumsalam, silakan masuk Pak , Bu." ucap Bu Ida.

Pak Lukman dan salah satu tetangganya menurunkan berbagai macam barang bawaan dari dalam mobil. Mulai dari makanan, buah dan beraneka macam kue. Bu Ida tersenyum melihat banyak nya barang yang besannya bawa.

''Wah....kenapa repot repot.Terimakasih Ya Bu.''

" Tidak repot kok Bu,hanya sebagai penyambung silaturahmi saja. " jawab Bu Dini.

''Kami datang ke sini untuk mengantarkan anak kami, Arum ke rumah suaminya. Tidak etis rasanya jika tidak silaturahmi ke rumah Bu Ida terlebih dahulu." Ucap Pak Lukman.

"Tidak apa Bu, kami memang sengaja tidak mengadakan acara apapun karena memang kami sudah menganggap zaman telah berubah,tidakperlu mengadakan sepasaran penganten atau apa lah namanya itu.'' Jawab Bu Ida

Padahal alasan sebenarnya adalah dia tidak ingin mengeluarkan banyak uang untuk acara itu. Bu Ida sedikit kecewa karena Arman memilih Arum yang dari kalangan biasa saja untukmenjadi istrinya. Sedangkan Arman gagal menikah dengan mantan nya yang notabene seoarang anak orang kaya pemilik perusahaan besar.

Bu ida memandang Arum juga besannya dengan sebelah mata. Karena suasana yang tidak terlalu nyaman, akhirnya Pak Lukman dan Bu Dini pamit pulang. Arman kemudian pamit ke Ibunya untuk pulang ke rumah bersama Arumi.

''Arman, sini dulu ibu mau bicara.'' Panggil Bu Ida.

''Sebentar Ya Dek.'' ucap Arman ke Arumi

Arman mengikuti ibunya ke dapur,di sana ada kedua saudara perempuannya yang sedang makan dengan lahap nya.

''Ingat Arman, Ibu masih biayai sekolah adekmu. Ibu tidak mau kamu serahkan semua uang gaji mu kepada istrimu. Ibu harus mendapat jatah yang lebih besar dari dia. Kenapa Kamu bodoh sekali memilih istri seperti Arumi. Baru tiga bulan pacaran langsung nikah.''

''Udah Bu, Nanti bagian ibu lebih besar. Arumi orang nya sederhana dan gak neko neko makanya Arman nikahi dia. "

''Ya iyalah mas, sedrhana...kan orang miskin mana bisa hidup kaya kita atau mantan mas yang kaya itu.'' ucap Yuni adek nya.

''Udah,kamu makan aja. Anakkecil gakboleh ikut campur." Uap Arman.

Yunihanya mendengus karena Arman memarahinya. Arman segerakembali ke ruang tamukarena tidak enak dengan Arumi dan kedua orang tuanya.

''Mari Dek, Pak , Bu kita pulang sekarang.'' Ajak Arman

''Kami permisi Bu Ida.'' Pamit Pak Lukman yang hanya disahut dengan senyuman seadanya.

"Pak,kok kita gak di buatkan minum. " Ucap tetangga Pak Lukman.

"Ssst...nanti aku belikan minum sama makan di jalan.'' jawab pak Lukman

Mereka kemudian menuju rumah Arman yang jaraknya setengah jam dari rumah Bu Ida. Rumah yang tidak begitu besar tapi terlihat rapi dan nyaman.

"Silakan masuk Pak, Bu. Mari sayang, ini rumah kita.'' ucap Arman

"Wah...Bagus Nak Arman. Pasti Arumi betah di sini.'' ucap Bu Dini

Arumi mengamati rumah nya bersama suamiya, memang cukup nyaman. Kemudian Armanmenunjukkan kamar mereka untuk meletkkan barang barang Arumi. Sedangkan Bu Dini menurunkan makanan,beras, dan kebutuhan pokok untuk putrinya.

''Ini ada beras dan hasil kebun lainnya. untuk kebutuhan kalian. Hanya ini yang ibu kasih untuk kalian. Semoga kalian bahagia. Tolong jaga putri kami Nak Arman.'' ucap Pak Lukman kepada menantunya itu.

"Tentu aku akan jaga putri Bapak dan Ibu. "

"Pak, Bu, kita makan dulu ya. Tadi ibu bawa makanan kan, sekalian mas Dayat makan.biar Arum siapkan.'' ucap Arumi

Raut wajah Arman langsung berubah ketika Arumi mengajak kedua orang tuanya makan. Bu Dini menyadari hal itu, lantas dia segera menolak ajakan putrinya.

"Tidak usah Rum,kita makan di rumah saja. Kami masih kenyang. Kalian istirhat saja karena kami mau pamit pulang." Ucap Bu Dini sambil menyenggol tangan suaminya.

''Iya ,kami permisi dulu Nak Arman. Mari Bu, Mas Dayat.''ajak Pak Lukman

''Dasar Pelit...!" gumam Dayat

Kedua orang tua Arum pulang dengan rasa kecewa,ternyata Arum salah memilih suami untuk nya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Arumi mencintai Arman dan keduanya sudah menikah. Sikap baik dan lembut Arman membutakan mereka. Kedua orang tuanya suka karena Arman tidak pernah macam macam dan membawa putri mereka ke tempat aneh aneh walau dia orang kota. Tapi nyatanya sikap nya itu di dasari sifat pelit nya.

"Kenapa Bapak sama Ibu gakmau makan mas ?''

''Sudahlah,kan mereka bilang masih kenyang. Sekarang buatkan mas kopi Ya. mas capek.'' pinta Arman

Arumi mengangguk kemudian membuatkan kopi untuk suaminya walau hatinyamasih mengganjal memikirkan bapak dan Ibunya. Apalagi mereka pulang tanpa diantar kembali oleh Arman,padahal jarak rumah mereka hanya satu jam .

Dia hanya berharap kedua orang tuanya sampai rumah dengan selamat. Setelah mengantarkan kopi untuk suaminya, Arumimembereskan barang barang nyadan menata nya di lemari.

"Dek,lemari kamu yang itu. Dan yang sebelah sana itu lemari mas. Khusus baju nya mas.'' ucap Arman sambil menunjuk lemari Arumi.

Arumi mengangguk saja kemudian memasukkan bajunyake dalam lemari yang Arman tunjuk. Memang lemari Arman lebih besar dan lebih bagus, tapi Arum tidakmau banyak tanya. Pikirannya masihtentang kedua orang tuanya. Maknaya dia males bertanya banyak kepada Arman suaminya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status