Share

Bab 07 Mbak Sinta kebakaran jenggot

"Selamat Pagi Bu Arumi,maaf kami terlambat karena keteledoran karyawan kami tadi.'' ucap Pak Panca wakil dari perusahaan PT BIMA SAKTI

"Iya,tidak mengapa. Lebih baik kita lihat hasil dari pembangunan penginapan nya." Ajak Arumi

''Silahkan anda lihat model bangunan dan kekuatan bangunan nya. Saya selalu mengandalkan kualitas bangunan. Juga sesuai permintaan klien. Pengerjaan sudah mencapai 70 persen. Silakan anda lihat lagi. Jika ada yang kurang bisa kami perbaiki.'' ucap Arumi sambil berkeliling menunjukkanhasil kerja tim nya.

''Wah...hasilkerja anda memang bagus ,tidak kalah saing dengan perusahaan besar lainnya yang bergerak dalam bidang ini. Dan Anda Arsitek yang jitu. Bos kami pasti puas dengan hasil nya.'' ucap Pak Panca

''Aamiin, semoga kerja sama kita tetap terjalin di kemudian hari.'' ucap Arumi.

''Mari kita lanjutkan Bu Arumi.''

Mereka melanjutkan berkeliling hingga jam Sebelas siang. Setelah mereka kembali ke kantor, Arumi juga pergi ke kantor nya bersama asistennya.

"Kenapa anda lebih suka naik motor Bu Arumi ?'' tanya Asistennya

''Lebih cepat,bisa menghindari kemacetan ,dan bisa selip sana selip sini. Hahahh...."

''Mobil kantor hanya untuk kita kita saja. BU Arumi jarang pake.''

''Gak apa,Kalau aku butuh pasti pake. Saya lebih suka naik motor. Ya sudah,kita makan siang sekalian baru ke kantor. Kamu mau makan di mana Din ?'' tanya Arumi

"Aku ikut aja lah kemana Bos ngajak makan.''

"Oke..naik motor ya. Biar mobil nya dibawa sopir.'' ucap Arumi

''Ya ampun...Ibu...rambutku yang indah ini berantakan dong...!" ucap Dinda di buat buat

''Ih...lebay...hahhah....!"

'Bu bos aja naik motor masa iya aku gak mau naik motor. Cus Bu bos saya sudah lapar...!"

''Oke...kita OTW !!!

Arumi mengajak Dinda makan di resto Indonesia karena memang Arumi pecinta masakan indonesia. 

"Kamu pesan apa Din. Biar saya panggil pelayan nya. Mbak....!" ucap Arumi sambil memanggil pelayan resto .

''Iya  Bu silakan pesan apa ?'' Tanya pelayan tersebut

''Saya ikut Bu Arumi saja.'' ucap Dinda

''Oke...Saya pesan ikan bawal bakar dua,cumi goreng tepung porsi sedang satu. ayam bakar dua.minum nya Es jeruk saja  dua sama air mineral dua. Sudah itu saja.''

Dinda melihat dafar harga yang di pesan Arumi. Dia tersenyum tipis melihat harga nya. Satu kali makan di sini bisa buat beli nasi padang pagi siang sore. Dinda menggaruk kepalanya karena dia harus mengeluarkan uang banyak untuk makan siang ini.

''Kenapa Din ?'' tanya Arum

''Enggak Bu,heheh...!"

Arumi mengerutkan kening nya,kemudian dia baru menyadari saat dinda melihat isi dompet nya di bawah meja.  Arumi tersenyum sambil melihat gadis di depannya itu. Makanan sudah datang,dan Arumi meminta dinda segera memakan nya.

''Ayo makan Din...!'' ucap Arumi sambil memfoto makanan di depannya kemudian memposting nya di Story Wathsapp juga f******k nya. Dia sengaja melakukan itu untuk melihat reaksi keluarga suaminya.

Dinda makan dengan agak ragu, Arumi memang sedikit mengerjainya.tapi lama-lama dia tidak tega juga.

"Makanlah dengan tenang,semua sudah aku bayar ." Bisik Arumi sambil memajukan tubuh nya mendekati dinda. 

Arumi terkekeh melihat tingkah malu-malu Dinda. Sejak pertama Dinda melamar pekerjaan dikantor nya,Arumi suka menjahili nya. Dia seperti adek bagi Arumi,kelucuan serta kepolosan dinda yang membuat Arumi menyukai nya.

Saat mereka sedang makan, datanglah seseorang yang Arumi kenal. Dia melihat Arumi dengan tatapan maut nya. 

"Arumi,  Suami sibuk kerja banting tulang. Kamu enak enak di sini makan enak. Kaya gini kamu masih Protes sama Arman soal ke pantai kemaren. Saya ini kakak nya Arman, dan kamu hanya orang lain yang di jadikan istri oleh nya.'' ucap Sinta

Arumi hanya diam sambil mengangkat sebelah alis nya,ternyata selama ini dirinya tidak di terima di keluarga Arman. 

''Sebentar, tadi  mbak sinta bilang Aku di sini makan enak sedangkan suamiku kerja banting tulang. Lalu yang mbak sinta lakukan di sini bagaimana, apalagi sambil membawa belanjaan banyak. Kalau Mbak Sinta bisa belanja sebanyak ini, tentu bisa dong kembalikan uang suami saya. Oh Iya, satu lagi jika saya adalah orang lain yang kebetulan di nikahi mas Arman berarti sama dengan mbak Sinta yang kebetulan di nikahi mas Rendy. Lagi pula saya di sini,teman saya yang traktir.mana bisa saya beli makanan sebanyak ini sedangkan suami ku hanya kasih aku dua puluh lima ribu sehari.'' ucap Arumi sambil tersenyum tipis

"Apa , Anda hanya di kasih dua puluh lima ribu sehari ? itu dapat apa ?'' ucap Dinda

''Masih mending kamu di kasih segitu, dari pada gak sama sekali." ucap Sinta lagi

''Lha terus yang ngasih nafkah batin sama adik mbak siapa ? apa iya mbak mau ngelonin adek mbak ? Harga Ja**y saja gak dapet dua puluh lima ribu lho mbak. " ucap Dinda lagi

''Hus...ngomong apa kamu.'' ucap Arumi sambil tersenyum.

"Ya kan bener Bu Arumi. Keuangan di atur sama keluarganya,kenapa suami mbak Arumi gak minta nafkah batin saja sama keluarganya ?'' 

Arumi mengangkat bahunya, sedangan wajah Sinta merah padam mendengar ucapan Dinda. Dia pergi meninggalkan Arumi tanpa bicara apa pun.

''Udah,kita makan lagi aja yuk. Paling sebentar lagi ngadu sama Adek nya.'' ucap Arumi sambil  kembali duduk dan menyantap makanan nya. Baru berapa menit, ponsel Arumi berdering. Arman menelpon dirinya ,dia mendapat aduan dari Mbak Sinta.

"Assalaamualaikum.....!" jawab Arumi

''Kamu keterlaluan Rum,kenapa bicara seperti itu sama Mbak Sinta ? Mau kamu apa ?'' 

''Oh....ternyata ngadu, adek kakak sama aja tukang ngadu. mau aku apa, Aku mau cerai !" ucap Arumi kemudian mematikan ponsel nya.

Arman menelponnya berkali-kali, tapi Arumi mengabaikannya. Dia melanjutkan makan siang nya bersama Dinda. Setelah makan siang, Mereka kembali ke kantor dengan membawa minuman dingin untuk anak buah nya. 

Arumi selalu memperhatikan karyawannya,apalagi saat lembur. Arumi pasti memberikan mereka makan sore agar mereka juga royal dalam bekerja. Sekitar jam empat sore Arumi pulang ke rumah, dan baru saja dia mendapat foto suami nya sedang bersama Riana di pusat perbelanjaan. 

''Riana Wijaya, Semoga kamu gak menyesal.'' ucap Arumi sambil tersenyum tipis.

Entah kenapa Arumi tidak merasa cemburu sekarang, dia malah merasa kasihan dengan Riana. Arumi sudah bertekat dari dalam hati bahwa dirinya tak akan memberikan nafkah batin kepada suami nya. Hatinya sudah terluka dengan perlakuan keluarga  suami nya, Jika harus berpisahmaka terjadilah. Arumi tak akan pernah malu karena usia pernikahannya seumur jagung, dari pada  setiap hari dia harus makan hati atas perlakuan keuarga suami nya,juga sikap pelit suami nya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status