Menjelang malam,Arumi dan Ajeng turun dari bukit.Udara semakin dingin sedangkan Ajeng hanya mengenakan dress selutut berwarna kuning. Ajeng menggosok telapak tangannya agar tidak terlalu kedinginan.''Kamu kedinginan ?'' tanya ArumiAjeng menggelengkan kepala " Saya baik-baik saja.''. Arumi melepas blazer nya kemudian memakaikan nya kepada Ajeng.''Pakailah !'' ucap Arumi sambil membetulkan letak blazer nya di tubuh Ajeng.Ajeng hanya diam sambil tersenyum,keduanya saling diam hadir rasa canggung di antara mereka. sepuluh menit kemudian mereka sampai dekat rumah. Ajeng melepaskan blazer Arumi dan menyerahkan kepada pemilik nya.''Terima kasih Bu Arumi. Tidak enak kalau aku masih memakainya. Gak enak nanti di kira bagaimana.'' Arumi menerima blazer nya, dan Ajeng berada dua langkah di depannya. Setelah sampai di gerbang, Ajeng langsung masuk ke dapur sedangkan Arumi lewat pintu tengah.''Bu Arumi mandi dahulu, baru kita makan malam sama-sama.'' ucap Bu Wira''Baik Bu.''Setelah se
Sarapan sudah tersedia di meja makan. Setelah sarapan mereka berencana ke bukit serta kebun sayur. Senyum selalu terukir di wajah Ajeng karena dia menemukan sosok Kirana di dalam diri Arumi."Berarti hari ini hari terakhir kita di sini Ya Bu. Besok kita sudah kembali ke Kota." ucap DindaMendengar itu, raut wajah Ajeng muram kembali karena dia akan berpisah dengan Arumi. Dan Arumi menyadari hal itu. Dia melirik ke arah Ajeng yang mentapnya dengan sendu.Pak Wira dan Istrinya juga tahu kesedihan putrinya,tapi dirinya tak bisa berbuat banyak. Setelah sarapan,mereka ke Bukit lagi untuk observasi yang terakhir. Hari ini matreal dan alat berat akan di datangkan untuk mulai pembangunan. Sejak tadi Ajeng hanya diam,Arumi juga merasa sedih karena harus berpisah dengan Ajeng."Dek, bantu kakak ke curug sana Yuk !" Ajak Arumi ke ajengAjeng mengangguk kemudian mengikuti Arumi ke curug. Arumi meraih tangan Ajeng saat hendak menuruni curug."Dengarkan Kakak. Kapan-kapan kakak pasti kembali lag
"Kakak pulang dulu ya. Mungkin empat atau lima hari lagi kakak datang lagi. Jangan sedih,kita kan bisa telpon Vidio call, chat, Kamu sudah punya nomor kakak kan ?'' ucap Arumi sebelum berangkat.''Iya kak, Ajeng sudah simpan. Hati-hati di jalan, kalu sudah sampai telpon Ajeng Ya.''"Tentu. Ambil ini, tolong berikan ke Ibu setelah kakak pergi dan Ini untuk kamu. Bilang sama Ibu itu dari putri nya. Pakai jam tangan kakak, biar kamu selalu ingat sama kakak.'' ucap Arumi sambil memakaikan jam tangan nya. ''Sebentar, Ini juga untuk kakak. Kalung ini Kak Kinara yang beli untuk Ajeng, sekarang kalaung ini kak Arumi pakai dan Ajeng pakai kalung milik Kak Kinara. Kalung ini sama.'' ucap Ajeng kemudian memakaikan kalung nya ke leher Arumi.''Terima kasih Adek.''Ajeng memeluk Arumi agak lama,agar bisa mengurangi rasa rindunya. Setelah dirasa cukup mereka keluar dan menemui yang lain. Arumi dan kawan-kawannya pamit kepada Bu Wira dan PAk Wira, Saatnya Arumipulang untuk menyelesaikan urusan
''Besok Kita pergi ke pengadilan agama. Kita akan buat gugatan cerai ke Arman, Kamu tenang saja .'' ucap Pak Lukman sambil berlalu ke dapur.Di dalam hatinya tersimpan kekecewaan yang mendalam. Pernikahan putrinya harus kandas seperti ini. Tapi dirinya menyadari,jika di pertahankan akan membuat putrinya lebih menderita. Di Kantor,Arman banyak melamun dan melakukan kesalahan sehingga dia mendapatkan teguran dri atasannya. "Kamu kenapa Man ?" tanya Aldi"Aku mengucapkan talaq tiga kepad istriku Di.''''AStagfirullah.....Kamu tahu artinya apa Man ?'' tanya Aldi kepada lelaki di depannya. Sedangkan lelaki itu hanya menggeleng.''Akan jatuh talaq kepada seorang istri jika suami sudah mengucapkannya. Apalagi kamu langsung talaq tiga. Man...man...kenapa gak di pikir dulu sebelum ngomong. Kalian boleh rujuk jika Arumi menikah lagi sama laki-laki lain. Kamu mau dia nikah sama orang lain. Siapa tahu lelaki itu lebih cinta dan lebih menghargai dia,juga lebih kaya. tentu Arumi akan berpikir dua
Sekitar Jam sepuluh pagi, Arumi dan Pak Lukman datang ke Pengadilan Agama untuk mengurus surat cerai. Araman juga datang ke sana bersama Ibunya. Keduanya melemparkan tatapan sinis kepada Arumi dan Ayahnya. ''Apa kamu yakin mau cerai dari aku Arumi, Ingat Arumi, apa kamu akan menjadi petani selamanya, Kamu pengangguran bukan ?Apa kamu akan bantu Ayahmu diladang terus ? Mana ada laki-laki yang akan menikahi kamu jika kamu kelihatan Kusam dan dekil !'' ucap Arman dengan sinis. ''Oh Ya ? Apa kamu yakin ada wanita yang mau menikah dengan lelaki kikir nya seperti kamu. Yang ada istrimu kembali ke rumah orang tuanya karena kamu hanya memberi uang sekedarnya saja.'' balas Arumi "Jadi istri itu harus banyak bersyukur menerima pemberian suami.Jangan kufur nikmat Arumi .''ucap Bu Ida dengan lantang sehingga banyak pasang mata yang memandang ke arumi dengan tatapan sinis. Arumi menyadari hal itu kemudian dia gantian bersuara.'' Ya Allah....Ya Robbi....ampuni hamba yang telah kufur nikmat,at
Arumi berangkat jam lima pagi dengan menggunakan mobilnya. Memang mobil kantor ada dua,jadi dia membawa salah satunya. Arumi jarang membawa mobilnya ke rumah karena dia tidak mau orang tahu jika dirinya memiliki perusahaan. Lagipula Arumi lebih nyaman jika menggunakan motor.Arumi mampir ke Toko Aksesoris dan membeli beberapa oleh-oleh untuk Bu Wira. Arumi memang sendiri datang ke sana, Semua anak buahnya dia fokuskan ke kantor dan proyek baru. Walau memang jarak proyek baru dengan Bukit Senja agak dekat. Tapi Arumi mengirimkan dua orang untuk memantau kinerja di sana. Pukul Dua belas siang, Arumi tiba di rumah Pak Wira. Mendengar deru mobil membuat suami istri itu mengerutkan kening nya. Setelah Arumi turun dari mobil , Bu Wira tersenyum lebar kemudian berjalan mendekati Arumi."Bu Arumi,kenapa gak bilang jika mau datang. ""Memang mendadak Bu. Jadi tidak sempat memberi kabar. Ibu dan Bapak Sehat ?''''Alhamdulillah sehat. Bu Arumi gak usah menginap di penginapan. Bu Arumi tinggal
Setalah dari pantai, Arumi pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Ajeng membantu Ibu nya membuat makan malam.‘’Lihat kakak mu membawa beras banyak banget,dia bilang mau tinggal di sini agak lama jadi dia dibawakan beras sama Ibu nya. Hadeh…ada-ada saja kakak mu ini. “‘’Tak apa Bu. Kebetulan Bapak panen padi, jadi beliau meminta Rum membawa beras buat Ibu di sini.’’ Ucap Arumi yang baru keluar dari kamar.“Kamu sudah Ibu anggap anak sendiri, jangan sungkan. Kamu kemaren juga menitipkan uang lewat Ajeng . Ibu berterima kasih untuk itu.’’Arumi tersenyum kemudian mendekati Bu Wira dan Ajeng.“Rum menyayangi putri Ibu. Jika nanti dia libur kuliah, Izinkan Rum membawanya ke rumah Rum. Akan Rum kenalkan dengan Ibu dan Bapak.’’‘’Tentu Nak, Kamu boleh membawa Ajeng kemana pun.Asal anak nya mau.’’ Ucap Bu Wira sambil tertawa.Setelah selesai memasak, Ajeng pergi mandi dan Arumi membantu menata makanan ke meja makan. Pak Wira juga belum pulang dari kantor, jadi untuk makan
Pagi hari Arumi terbangun suara adzan subuh, dia juga membangunkan Ajeng untuk sholat subuh bersama. Setelah sholat subuh,Ajeng membantu Ibunya di dapur sedangkan Arumi bersiap untuk ke Bukit.''Adek,nanti berangkat jam berapa ?'' tanya Arumi ke Ajeng''Jam setengah sembilan kak. "''Kakak usahakan pulang nanti. Kamu tunggu kakak ya !''Ajeng mengangguk sambil tersenyum. Kemudian Ajeng mencium tangan Arumi saat Arumi mau berangkat. Arumi agak kaget dengan apa yang dilakukan Ajeng.''Jangan Kaget Nak. Itulah yang dilakukan Ajeng kepada kirana saat akan berangkat kerja.'' ucap Bu wira menjelaskan.Arumi tersenyum kemudian mengelus pucuk kepala Ajeng. " Kakak berangkat Ya !" Gadis itu hanya mengangguk, kemudian Arumi berlalu meninggalkannya.Arumi sengaja berangkat pagi untuk mengelilingi Bukit tersebut. Memang pembangunannya baru proses pondasi. Tapi Arumi senang dengan pekerja nya, baru beberapa hari tapi proses pengerjaannya sudah sejauh ini."Maaf Bu,saya tidak tahu jika Bu Arumi da