Arumi mematut dirinya di cermin, kemeja biru muda dan rok warna hitam menjadi autfit nya hari ini. Dia menyeret kopernya keluar kamar, Arman hanya memperhatikan istrinya tersebut dengan tatapan datar."Aku pergi dulu, Kamu urus kebutuhan kamu sendiri,kalau tidak minta bantuan Yuni atau Ibu. Aku tidak tahu berapa hari disana."''Kamu pergi dengan siapa saja ? Ada lelaki di sana ?''"Aku pergi dengan Dinda, juga teman yang lain. Aku tidak tahu apa mereka membawa pacar nya. ''"Kamu pergi kemana,daerah mana ?'' tanya Arman agak kesal"Kenapa ,kamu mau menyusul ke sana ? Kamu mau keluar uang buat pergi ke sana ?'' sindir ArumiArman hanya mendengus mendengar perkataan istrinya. "Aku yakin kamu sayang keluarkan uang buat aku. Hanya keluarga kamu yang kamu agung agungkan.''Arumi tak mau banyak berdebat, dia langsung menyeret kopernya keluar. Arman mengikuti istrinya yang sedang menaikkan kopernya ke atas motor. Memang Arumi sengaja berangkat dari kantor, dan motornya dia titipkan di kant
Setelah sarapan,Arumi dan Tim nya pergi ke Bukit Senja. Ajeng mengajak Arumi mengelilingi bukit tersebut."Kakak mau ke curug kecil nya ? Di sana ada sungai kecil yang menghubungkan dengan kebun di sekitar Bukit ini. Air nya juga sampai ke bawah bukit, dan sebagian di gunakan untuk mengairi kebun warga." ucap Ajeng''Boleh." ucap Arumi sambil tersenyumAjeng meraih tangan Arumi kemudian mengajaknya ke curug tersebut. Arumi melihat tangan Ajeng yang menggenggam tangan nya. Ajeng melepas genggaman nya saat Arumi merasa dirinya kurang nyaman."Maaf, jika sikapku tidak membuat kakak nyaman. Ajeng gak akan lakukan lagi.'' ucap nya sambil menundukArumi tersenyum tipis, karena memang dia merasa Ajeng sok kenal dan sok dekat dengan Arumi. Sejak itu, Ajeng lebih menjaga sikapnya terhadap Arumi. Dia lebih banyak berbaur dengan yang lain. Ajeng akan berada di dekat Arumi hanya saat Arumi ingin di tunjukkan tempat lain di bukit itu.Menjelang makan siang, Arumi mengajak semuanya kembali ke pengi
Menjelang malam,Arumi dan Ajeng turun dari bukit.Udara semakin dingin sedangkan Ajeng hanya mengenakan dress selutut berwarna kuning. Ajeng menggosok telapak tangannya agar tidak terlalu kedinginan.''Kamu kedinginan ?'' tanya ArumiAjeng menggelengkan kepala " Saya baik-baik saja.''. Arumi melepas blazer nya kemudian memakaikan nya kepada Ajeng.''Pakailah !'' ucap Arumi sambil membetulkan letak blazer nya di tubuh Ajeng.Ajeng hanya diam sambil tersenyum,keduanya saling diam hadir rasa canggung di antara mereka. sepuluh menit kemudian mereka sampai dekat rumah. Ajeng melepaskan blazer Arumi dan menyerahkan kepada pemilik nya.''Terima kasih Bu Arumi. Tidak enak kalau aku masih memakainya. Gak enak nanti di kira bagaimana.'' Arumi menerima blazer nya, dan Ajeng berada dua langkah di depannya. Setelah sampai di gerbang, Ajeng langsung masuk ke dapur sedangkan Arumi lewat pintu tengah.''Bu Arumi mandi dahulu, baru kita makan malam sama-sama.'' ucap Bu Wira''Baik Bu.''Setelah se
Sarapan sudah tersedia di meja makan. Setelah sarapan mereka berencana ke bukit serta kebun sayur. Senyum selalu terukir di wajah Ajeng karena dia menemukan sosok Kirana di dalam diri Arumi."Berarti hari ini hari terakhir kita di sini Ya Bu. Besok kita sudah kembali ke Kota." ucap DindaMendengar itu, raut wajah Ajeng muram kembali karena dia akan berpisah dengan Arumi. Dan Arumi menyadari hal itu. Dia melirik ke arah Ajeng yang mentapnya dengan sendu.Pak Wira dan Istrinya juga tahu kesedihan putrinya,tapi dirinya tak bisa berbuat banyak. Setelah sarapan,mereka ke Bukit lagi untuk observasi yang terakhir. Hari ini matreal dan alat berat akan di datangkan untuk mulai pembangunan. Sejak tadi Ajeng hanya diam,Arumi juga merasa sedih karena harus berpisah dengan Ajeng."Dek, bantu kakak ke curug sana Yuk !" Ajak Arumi ke ajengAjeng mengangguk kemudian mengikuti Arumi ke curug. Arumi meraih tangan Ajeng saat hendak menuruni curug."Dengarkan Kakak. Kapan-kapan kakak pasti kembali lag
"Kakak pulang dulu ya. Mungkin empat atau lima hari lagi kakak datang lagi. Jangan sedih,kita kan bisa telpon Vidio call, chat, Kamu sudah punya nomor kakak kan ?'' ucap Arumi sebelum berangkat.''Iya kak, Ajeng sudah simpan. Hati-hati di jalan, kalu sudah sampai telpon Ajeng Ya.''"Tentu. Ambil ini, tolong berikan ke Ibu setelah kakak pergi dan Ini untuk kamu. Bilang sama Ibu itu dari putri nya. Pakai jam tangan kakak, biar kamu selalu ingat sama kakak.'' ucap Arumi sambil memakaikan jam tangan nya. ''Sebentar, Ini juga untuk kakak. Kalung ini Kak Kinara yang beli untuk Ajeng, sekarang kalaung ini kak Arumi pakai dan Ajeng pakai kalung milik Kak Kinara. Kalung ini sama.'' ucap Ajeng kemudian memakaikan kalung nya ke leher Arumi.''Terima kasih Adek.''Ajeng memeluk Arumi agak lama,agar bisa mengurangi rasa rindunya. Setelah dirasa cukup mereka keluar dan menemui yang lain. Arumi dan kawan-kawannya pamit kepada Bu Wira dan PAk Wira, Saatnya Arumipulang untuk menyelesaikan urusan
''Besok Kita pergi ke pengadilan agama. Kita akan buat gugatan cerai ke Arman, Kamu tenang saja .'' ucap Pak Lukman sambil berlalu ke dapur.Di dalam hatinya tersimpan kekecewaan yang mendalam. Pernikahan putrinya harus kandas seperti ini. Tapi dirinya menyadari,jika di pertahankan akan membuat putrinya lebih menderita. Di Kantor,Arman banyak melamun dan melakukan kesalahan sehingga dia mendapatkan teguran dri atasannya. "Kamu kenapa Man ?" tanya Aldi"Aku mengucapkan talaq tiga kepad istriku Di.''''AStagfirullah.....Kamu tahu artinya apa Man ?'' tanya Aldi kepada lelaki di depannya. Sedangkan lelaki itu hanya menggeleng.''Akan jatuh talaq kepada seorang istri jika suami sudah mengucapkannya. Apalagi kamu langsung talaq tiga. Man...man...kenapa gak di pikir dulu sebelum ngomong. Kalian boleh rujuk jika Arumi menikah lagi sama laki-laki lain. Kamu mau dia nikah sama orang lain. Siapa tahu lelaki itu lebih cinta dan lebih menghargai dia,juga lebih kaya. tentu Arumi akan berpikir dua
Sekitar Jam sepuluh pagi, Arumi dan Pak Lukman datang ke Pengadilan Agama untuk mengurus surat cerai. Araman juga datang ke sana bersama Ibunya. Keduanya melemparkan tatapan sinis kepada Arumi dan Ayahnya. ''Apa kamu yakin mau cerai dari aku Arumi, Ingat Arumi, apa kamu akan menjadi petani selamanya, Kamu pengangguran bukan ?Apa kamu akan bantu Ayahmu diladang terus ? Mana ada laki-laki yang akan menikahi kamu jika kamu kelihatan Kusam dan dekil !'' ucap Arman dengan sinis. ''Oh Ya ? Apa kamu yakin ada wanita yang mau menikah dengan lelaki kikir nya seperti kamu. Yang ada istrimu kembali ke rumah orang tuanya karena kamu hanya memberi uang sekedarnya saja.'' balas Arumi "Jadi istri itu harus banyak bersyukur menerima pemberian suami.Jangan kufur nikmat Arumi .''ucap Bu Ida dengan lantang sehingga banyak pasang mata yang memandang ke arumi dengan tatapan sinis. Arumi menyadari hal itu kemudian dia gantian bersuara.'' Ya Allah....Ya Robbi....ampuni hamba yang telah kufur nikmat,at
Arumi berangkat jam lima pagi dengan menggunakan mobilnya. Memang mobil kantor ada dua,jadi dia membawa salah satunya. Arumi jarang membawa mobilnya ke rumah karena dia tidak mau orang tahu jika dirinya memiliki perusahaan. Lagipula Arumi lebih nyaman jika menggunakan motor.Arumi mampir ke Toko Aksesoris dan membeli beberapa oleh-oleh untuk Bu Wira. Arumi memang sendiri datang ke sana, Semua anak buahnya dia fokuskan ke kantor dan proyek baru. Walau memang jarak proyek baru dengan Bukit Senja agak dekat. Tapi Arumi mengirimkan dua orang untuk memantau kinerja di sana. Pukul Dua belas siang, Arumi tiba di rumah Pak Wira. Mendengar deru mobil membuat suami istri itu mengerutkan kening nya. Setelah Arumi turun dari mobil , Bu Wira tersenyum lebar kemudian berjalan mendekati Arumi."Bu Arumi,kenapa gak bilang jika mau datang. ""Memang mendadak Bu. Jadi tidak sempat memberi kabar. Ibu dan Bapak Sehat ?''''Alhamdulillah sehat. Bu Arumi gak usah menginap di penginapan. Bu Arumi tinggal