“Kata bu Merry, pihak sekolah rupanya udah terlanjur ngedaftarin band kita untuk tampil di ajang band SMU se-Jakarta Timur tiga bulan lagi. Jadi, kalo nanti kita tampil di acara pentas HUT Yayasan, itu cuma buat pemanasan doang. Tapi kita tetap dituntut tampil dengan heboh. Kalo gak gitu mereka bilang elo-gue end."
“Ngedaftarin band kita untuk acara tiga bulanan lagi? Kita lagi pandemi lho. Udah mulai muncul korban dan makin nambah,“ ujar Happy. Setengah menolak sebetulnya.
“Nggak ada yang tau pandemi ini mau sampe kapan. Siapa tau tiga bulan lagi emang bener-bener tuntas. Inget, kita ini ngejar lockdown. Yang jelas, apa yang ada di depan mata kita kerjain bareng dengan serius yaitu acara Pagelaran Seni dan Sains demi untuk ngejar beasiswa. Konser kita sukses, itu adalah keharusan.“
Charlie melengos. “Nggak ngaruh. Gue nggak mau kita berdarah-darah ngidupin band sampe akhirnya kita musti ngamenlah
"Tapi gimana ceritanya chek ini bisa ke tangan lu?" "Ada yang ngambil," kata Lichelle. Kali ini ia tak lagi menari-nari seperti sebelumnya. "Maling?" Charlie dan BJ bertanya bersamaan. "Begitu gue dengar kejadian hilangnya chek ini, gue minta bantuan oom Michael untuk ngecek bank yang terbitin chek. Dari situ ketahuan kalo chek sempat mau dicairin duitnya tapi gagal karena oom gue udah minta pihak bank supaya check diblokir. Dan orang bego yang mau cairin chek adalah.... Bayu." Terdengar suara gumam bersamaan. Dedot dan Happy menggeleng-geleng kepala. "Buat gue ini bener-bener ngagetin. Bayu dulu nggak seperti itu. Dia sederhana, nggak banyak ulah, dan selalu jadi temen yang baik," ucap BJ sambil terlihat mengenang masa lalu. "People changes." Ucapan Lichelle itu di-iya-kan BJ. "Emang bener sih kalo orang itu berubah. Tapi, gue tetap nggak nyangka sedrastis it
Sekitar satu menit berikutnya Bayu menyampaikan hal yang membuat BJ terkaget. Ia kaget karena apa yang disampaikan Bayu sejalan dengan apa yang Nyai pernah sampaikan pada BJ beberapa hari yang lalu. “Kapan-kapan ajak gue dong main musik!" kata Bayu yang mengganti topik pembicaraan. “Kita dulu pernah main musik barengan.” BJ hanya melontar senyum. Tak tahu hendak menjawab bagaimana. Bagi Bayu, sikap diam ini mengisyaratkan sebuah penolakan. “Bisa kan?” Sekuat tenaga, BJ menggeleng. Akibatnya, amarah yang tersimpan dalam diri Bayu mulai kembali bergolak keluar. Mencari jalan atau pelampiasan. “Songong! Berasa jadi superstar lu?” Bayu tiba-tiba melihat sesuatu. BJ rupanya tengah menenteng sebuah kantong kresek hitam. Peristiwa hampir dua bulan lalu, kasus popok bekas, mendadak terbayang kembali. Bagi Bayu yang bukan tipikal pemaaf ini menimbulkan rasa dendam dan sakit hati.
Hari itu ia pergi ke sebuah mall lagi. Ini adalah mall kedua yang ia kunjungi di Jakarta. Berbeda dengan yang pertama, mall ini konon merupakan mall paling mewah di Jakarta dan menjadi salah satu yang terhebat di Asia Tenggara. BJ mengunjungi tempat itu karena menemani Abah yang memang mengunjungi sebuah superstore untuk membeli peralatan pertukangan dengan teknologi modern. Abah sudah menemukan apa yang dicari dan ia sedang antri bersama dengan belasan orang lain. Antrian hari itu memang mengular karena superstore sedang mengadakan diskon besar-besaran. BJ meminta izin pada Abah untuk menunggu di luar saja dan tentu saja Abah mengizinkan. Di samping superstore terdapat butik yang memajang produk poloshirt. BJ merasa lucu dengan logo buaya yang ada di sana yang baginya mengingatkan suasana saat di kampung ia pernah melihat buaya yang berhasil ditangkap Abah di pinggir sungai dekat rumah. Lacoste, itu namanya. Nama yang dipakai sebagai me
Karena tengah hangat-hangatnya berita mengenai Covid-19, panitia sempat memasang sebuah spanduk cukup besar di dekat pintu gerbang sekolah. Tapi belum lagi setengah jam tergantung spanduk itu dicabut lagi karena pesannya yang dianggap kurang pas. Bagaimana tidak, pesan spanduk itu adalah: ‘Mari bergandeng tangan mencegah Corona.’Sebuah jargon yang umum tapi jadi terasa menggelikan di masa pandemi dimana semua orang disarankan menjaga jarak.Terlepas dari keteledoran kecil di atas, kesuksesan acara sepertinya sudah terbayang dari awal. Ini terlihat dari animo siswa, guru, orangtua, pekerja yayasan, dan khususnya masyarakat umum yang mulai hadir sejam sebelum acara dimulai. Sambutan demi sambutan mengawali acara yang kemudian diikuti dengan berbagai performance mulai dari tari, nyanyi, musik, sulap, paduan suara, hingga stand up comedy.Masih ada setengah jam lagi sebelum tampil ketika BJ mengalami masalah. Akibat
Tanpa merasa perlu mengangkat telpon, BJ sudah bisa menduga bahwa rekan-rekan band-nya sudah menanti kehadirannya. "Sori, Pul. Gue musti ke panggung dulu." "Tapi gue ke sini sebetulnya lagi butuh pertolongan lu," kata Saipul. Apip menimpali. "Iya, J. Cuma sebentar kok, paling nggak sampe semenit dua menit." "Bantuan apa?" “Lu pernah ke ruang toilet yang ada sepuluh kamar WC? Yang baru dibikin bulan lalu?“ “Yang diresmiin kepala sekolah?" "Betul,” Apip membenarkan. “Yang peresmiannya dengan acara buang air kecil dan air besar secara massal." “Yang Apip paling lama di salah satu kamarnya kan?” tanya BJ serius. "Ada apa emangnya?" "Kuncinya rusak. Akibatnya Bu Merry kekunci di sana." BJ terkaget mendengar apa yang terjadi pada salah satu guru yang paling ia hormati itu. Tanpa berpikir lama ia langsung berlari mengikuti Saipul dan Apip yang membawanya ke lokasi. Tak terpikir pad
BJ menarik nafas panjang. Tatapan matanya antara sedih, kecewa, dan marah saat melihat Apip dan Saipul yang menghalangi jalan keluar. “Jadi ini rupanya jebakan supaya gue kekunci di sini dan nggak bisa tampil di panggung. Begitu kan Saipul, Apip?” “Begini,” kata Saipul dan Apip. Karena diucap bersamaan Saipul menunggu biar Apip saja yang berbicara. Tapi Apip juga berpikir sama agar Saipul saja yang berbicara, akibatnya keduanya jadi saling menunggu beberapa saat. “Begini,” Saipul dan Apip kembali mengucap bersamaan. Tak sabar, Apip lantas menyuruh Saipul saja yang berbicara. “Begini J,” kata Saipul. Ia menunggu sebentar. Setelah yakin tidak terjadi bentrokan ucapan dengan rekannya ia lalu melanjutkan. “Lu dikurung di sini emang sengaja. Jangan coba-coba pake hape karena begitu lu keluarin, pasti gue banting.“ Apip maju selangkah. “Jangan juga sok jadi jagoan karena lu cuma sendiri sedangkan kita dong berdu
"Guys, dengar nih. Yang namanya masalah itu so pasti ada dalam kehidupan. Dia bisa muncul dan bikin kacau apa aja yang udah kita siapin."Seolah menggambarkan apa yang diucapkan Lichelle, Happy-Dedot-Charlie melihati peristiwa di belakang punggung Lichelle ketika Pak Mintarja kesana-kemari mengejar sang intruder alias penyusup."Tapi apa masalah itu harus dibiarin? Nggak kan? Kenalin masalahnya, setelah itu kejar dia karena itu cara ngatasinnya."Di latar belakang, Pak Mintarja semakin gencar mengejar anak kambing yang ternyata lumayan lincah gerakannya."Mungkin ngatasinnya nggak gampang. Tapi kita harus coba."Si anak kambing lolos dari sergapan Pak Mintarja."Dan coba lagi."Untuk keduakalinya anak kambing lolos dari sergapan."Apapun rintangannya, dia musti dikejar, tangkep, atasin."Aktifitas rutin Pak Mintarja yang tiap pagi berlari-lari keliling kompleks rusun me
Sadar bahwa tingkat kehalusinasian Saipul dan Apip bisa dimanfaatkan, BJ mencari akal bagaimana ia bisa keluar dari toilet. Tadi itu dia melihat sendiri, ruang memang dikunci dari dalam oleh Apip. Tapi – ini yang BJ baru sadari – kunci pintu ternyata masih menggantung di tempatnya. Kendati begitu BJ tidak mau gegabah. Ia sadar bahwa waktu untuk memutar kunci, membuka pintu, dan kabur tetap saja tidak akan secepat waktu kalau ia tertangkap kembali. Agar bisa keluar BJ hanya perlu lolos dari sergapan kedua dajal itu atau membuat mereka tersingkir dari hadapannya. Di tengah keriuhan pertengkaran antara Saipul dan Apip – soal kuda atau monyet – BJ mencoba menarik perhatian. “Sssssssttttt! Hei dengerin tuh…” Berhasil. Keduanya terdiam dan kini sama-sama melihati BJ. “Lu suruh gue diem emangnya ada ap…” “Ssssssstttt! Suara apaan tuh?” tanya BJ serius seolah sedang mendengar sesuatu. Terpancing dengan sikap