Sekitar satu menit berikutnya Bayu menyampaikan hal yang membuat BJ terkaget. Ia kaget karena apa yang disampaikan Bayu sejalan dengan apa yang Nyai pernah sampaikan pada BJ beberapa hari yang lalu.
“Kapan-kapan ajak gue dong main musik!" kata Bayu yang mengganti topik pembicaraan. “Kita dulu pernah main musik barengan.”
BJ hanya melontar senyum. Tak tahu hendak menjawab bagaimana. Bagi Bayu, sikap diam ini mengisyaratkan sebuah penolakan.
“Bisa kan?”
Sekuat tenaga, BJ menggeleng. Akibatnya, amarah yang tersimpan dalam diri Bayu mulai kembali bergolak keluar. Mencari jalan atau pelampiasan.
“Songong! Berasa jadi superstar lu?”
Bayu tiba-tiba melihat sesuatu. BJ rupanya tengah menenteng sebuah kantong kresek hitam. Peristiwa hampir dua bulan lalu, kasus popok bekas, mendadak terbayang kembali. Bagi Bayu yang bukan tipikal pemaaf ini menimbulkan rasa dendam dan sakit hati.
Hari itu ia pergi ke sebuah mall lagi. Ini adalah mall kedua yang ia kunjungi di Jakarta. Berbeda dengan yang pertama, mall ini konon merupakan mall paling mewah di Jakarta dan menjadi salah satu yang terhebat di Asia Tenggara. BJ mengunjungi tempat itu karena menemani Abah yang memang mengunjungi sebuah superstore untuk membeli peralatan pertukangan dengan teknologi modern. Abah sudah menemukan apa yang dicari dan ia sedang antri bersama dengan belasan orang lain. Antrian hari itu memang mengular karena superstore sedang mengadakan diskon besar-besaran. BJ meminta izin pada Abah untuk menunggu di luar saja dan tentu saja Abah mengizinkan. Di samping superstore terdapat butik yang memajang produk poloshirt. BJ merasa lucu dengan logo buaya yang ada di sana yang baginya mengingatkan suasana saat di kampung ia pernah melihat buaya yang berhasil ditangkap Abah di pinggir sungai dekat rumah. Lacoste, itu namanya. Nama yang dipakai sebagai me
Karena tengah hangat-hangatnya berita mengenai Covid-19, panitia sempat memasang sebuah spanduk cukup besar di dekat pintu gerbang sekolah. Tapi belum lagi setengah jam tergantung spanduk itu dicabut lagi karena pesannya yang dianggap kurang pas. Bagaimana tidak, pesan spanduk itu adalah: ‘Mari bergandeng tangan mencegah Corona.’Sebuah jargon yang umum tapi jadi terasa menggelikan di masa pandemi dimana semua orang disarankan menjaga jarak.Terlepas dari keteledoran kecil di atas, kesuksesan acara sepertinya sudah terbayang dari awal. Ini terlihat dari animo siswa, guru, orangtua, pekerja yayasan, dan khususnya masyarakat umum yang mulai hadir sejam sebelum acara dimulai. Sambutan demi sambutan mengawali acara yang kemudian diikuti dengan berbagai performance mulai dari tari, nyanyi, musik, sulap, paduan suara, hingga stand up comedy.Masih ada setengah jam lagi sebelum tampil ketika BJ mengalami masalah. Akibat
Tanpa merasa perlu mengangkat telpon, BJ sudah bisa menduga bahwa rekan-rekan band-nya sudah menanti kehadirannya. "Sori, Pul. Gue musti ke panggung dulu." "Tapi gue ke sini sebetulnya lagi butuh pertolongan lu," kata Saipul. Apip menimpali. "Iya, J. Cuma sebentar kok, paling nggak sampe semenit dua menit." "Bantuan apa?" “Lu pernah ke ruang toilet yang ada sepuluh kamar WC? Yang baru dibikin bulan lalu?“ “Yang diresmiin kepala sekolah?" "Betul,” Apip membenarkan. “Yang peresmiannya dengan acara buang air kecil dan air besar secara massal." “Yang Apip paling lama di salah satu kamarnya kan?” tanya BJ serius. "Ada apa emangnya?" "Kuncinya rusak. Akibatnya Bu Merry kekunci di sana." BJ terkaget mendengar apa yang terjadi pada salah satu guru yang paling ia hormati itu. Tanpa berpikir lama ia langsung berlari mengikuti Saipul dan Apip yang membawanya ke lokasi. Tak terpikir pad
BJ menarik nafas panjang. Tatapan matanya antara sedih, kecewa, dan marah saat melihat Apip dan Saipul yang menghalangi jalan keluar. “Jadi ini rupanya jebakan supaya gue kekunci di sini dan nggak bisa tampil di panggung. Begitu kan Saipul, Apip?” “Begini,” kata Saipul dan Apip. Karena diucap bersamaan Saipul menunggu biar Apip saja yang berbicara. Tapi Apip juga berpikir sama agar Saipul saja yang berbicara, akibatnya keduanya jadi saling menunggu beberapa saat. “Begini,” Saipul dan Apip kembali mengucap bersamaan. Tak sabar, Apip lantas menyuruh Saipul saja yang berbicara. “Begini J,” kata Saipul. Ia menunggu sebentar. Setelah yakin tidak terjadi bentrokan ucapan dengan rekannya ia lalu melanjutkan. “Lu dikurung di sini emang sengaja. Jangan coba-coba pake hape karena begitu lu keluarin, pasti gue banting.“ Apip maju selangkah. “Jangan juga sok jadi jagoan karena lu cuma sendiri sedangkan kita dong berdu
"Guys, dengar nih. Yang namanya masalah itu so pasti ada dalam kehidupan. Dia bisa muncul dan bikin kacau apa aja yang udah kita siapin."Seolah menggambarkan apa yang diucapkan Lichelle, Happy-Dedot-Charlie melihati peristiwa di belakang punggung Lichelle ketika Pak Mintarja kesana-kemari mengejar sang intruder alias penyusup."Tapi apa masalah itu harus dibiarin? Nggak kan? Kenalin masalahnya, setelah itu kejar dia karena itu cara ngatasinnya."Di latar belakang, Pak Mintarja semakin gencar mengejar anak kambing yang ternyata lumayan lincah gerakannya."Mungkin ngatasinnya nggak gampang. Tapi kita harus coba."Si anak kambing lolos dari sergapan Pak Mintarja."Dan coba lagi."Untuk keduakalinya anak kambing lolos dari sergapan."Apapun rintangannya, dia musti dikejar, tangkep, atasin."Aktifitas rutin Pak Mintarja yang tiap pagi berlari-lari keliling kompleks rusun me
Sadar bahwa tingkat kehalusinasian Saipul dan Apip bisa dimanfaatkan, BJ mencari akal bagaimana ia bisa keluar dari toilet. Tadi itu dia melihat sendiri, ruang memang dikunci dari dalam oleh Apip. Tapi – ini yang BJ baru sadari – kunci pintu ternyata masih menggantung di tempatnya. Kendati begitu BJ tidak mau gegabah. Ia sadar bahwa waktu untuk memutar kunci, membuka pintu, dan kabur tetap saja tidak akan secepat waktu kalau ia tertangkap kembali. Agar bisa keluar BJ hanya perlu lolos dari sergapan kedua dajal itu atau membuat mereka tersingkir dari hadapannya. Di tengah keriuhan pertengkaran antara Saipul dan Apip – soal kuda atau monyet – BJ mencoba menarik perhatian. “Sssssssttttt! Hei dengerin tuh…” Berhasil. Keduanya terdiam dan kini sama-sama melihati BJ. “Lu suruh gue diem emangnya ada ap…” “Ssssssstttt! Suara apaan tuh?” tanya BJ serius seolah sedang mendengar sesuatu. Terpancing dengan sikap
Acara di karaoke berlangsung lama. Sudah dua jam tujuh orang yang dibawa Haryono di dalam ruang berAC sambil bernyanyi dan makan minum. Mengikuti adat di negara asalnya, Abah akhirnya harus menemani ketika mulai meminum bir. Sebetulnya ia ingin sekali menolak, tapi akhirnya Abah tergoda juga karena seumur-umur belum pernah mencoba. Bir satu-satunya yang ia pernah minum hanyalah bir pletok. Sejenis minuman herbal khas Betawi tanpa alkohol di dalamnya sama sekali. Winda Chao juga terlihat makin nyaman dan dekat dengan Abah. Malam itu ia minta ditemani lebih lama oleh Haryono cs dan Abah pun mau tak mau harus ikut. Terlihat di sana bahwa Broery seperti mencoba menarik perhatian Nona Chao tapi wanita itu lebih suka mengobrol dengan Hendri alias Abah. Belakangan Abah tahu apa alasan di balik sikap Nona Chao itu. Dari rekannya yang ternyata sudah lama bekerja dengan Winda ia baru tahu bahwa wanita itu lebih suka berkencan pada pria bersuami da
Mengenai hubungan BJ dengan Lichelle, sepertinya tidak terlalu sulit menebak akhirnya. Jadian-nya mereka langsung diketahui banyak orang. Restu dari orangtua Lichelle sudah didapat bahkan sebelum mereka manggung. Restu paling besar datang dari Haryono yang begitu bersyukur karena kehadiran BJ yang – secara langsung atau tidak langsung – mengubah perilakunya untuk menjadi Papa yang lebih mengasihi puterinya yang selama ini beberapa kali ia sakiti. Belakangan, momen ini juga jadi jalan mendekatkan hubungan mereka dengan orangtua BJ, khususnya Abah. Menurut BJ, Abah masih merasa tidak enak karena menolak pekerjaan sebagai interpreter di tempat kerja Haryono. Namun tentu saja hal ini bisa diterima dan tidak lagi dianggap sebagai kendala oleh Haryono. Di hari H plus satu pertunjukan di panggung nan heboh, segalanya nampak berjalan sempurna bagi BJ. Gadis secantik Lichelle sudah resmi menjadi miliknya dan gadis itu sudah jelas-j
“Lagu kamu udah selesai, Je?” “Ssshhhh,” BJ meminta Lichelle diam dan menikmati saja lagu riang, menghentak, yang memang diciptakan BJ untuk gadis itu. Purnama, tahukah dirimu. Mentari, sadarkah engkau. Ada api cinta yang membara tiap hari Ku ingin kalian tahu Lichelle terperangah. Hasil akhir ini dibuat lebih indah dari sebelumnya karena penuh dengan improvisasi. Dengar curhatku wahai alam Bantulah aku wahai semesta Karena mabuk aku dalam romansa Beriku kekuatan saat ku ekspresikan cinta Lichelle menggenggam telapak tangan BJ yang berada di tuas kopling. Sebuah remasan lembut dilakukan BJ menanggapi sentuhan tadi persis ketika musik memasuki reffrain. Dalam serenada cinta kulantun lagu ini Because everytime I see you I fall in love all over again Tapaki waktu bersamamu itu rinduku Dalam serenada cinta kulantun tembang ini Together with you, Lichelle Is my favorite place to be Gapai masa depan bersamamu itu rinduku Lagu itu hanya berdurasi tiga menit lebih sekian de
Tidak ada pekerjaan untuk nyambi yang bisa menghasilkan uang yang sebelumnya mereka bisa dapatkan dari Bayu membuat Saipul dan Apip cekak. Tidak punya uang sama sekali. Ini menyengsarakan buat mereka yang sudah mulai boros dan orangtua mereka pun bukan orang berada. “Lu ada rokok? Mulut gue asem nih,” kata Apip sambil menadah tangan pada Saipul. “Dasar mental gretong lu. Gue ada tapi itu buat akika sendiri, tauk!” “Masa’ gak ada sebatang lagi?” “Cacamarica aja sendiri.” “Tadi gue liat di kantong lu ada tiga batang Surya.” “Surya? Itu rokok maharani, akika gak sanggup beli.” “Nggak lah, masa’ Surya kemahalan.” “Ember. Lagi susah begindang, beli Surya. Gilingan banget dah.” Apip menggaruk kening. “Nasib oh nasib. Kenapa kita jadi cekak begini ya?” “Akika ada sih duit goceng. Belalang aja dua batang gih.” “Beli dua batang? Hhh malu-maluin.” “Capcus. Mau
Seperti biasa BJ memesankan makanan untuk dibungkus. Tapi Adhul menolak. Sepertinya ia sungkan karena BJ terus-terusan berbaik hati padanya. Dari saku celananya ia mengeluarkan ponsel candybar sederhana miliknya dan menunjukkan pada BJ. “Adhul gak usah dibeliin kak. Tadi pak Rokib, tetangga, nelpon minta Adhul cepetan pulang ke rumah sebelum maghrib.” “Maghribnya kan masih lama. Udah gak apa-apa biar kakak pesanin mie buat kamu.” Adhul terlihat malu sebelum kemudian mengangguk. “Mau yang goreng atau kuah?” “Yang kuah.” “Pake sambel?” “Iya tapi dikit aja.” Belum lagi kalimat itu usai, terdengar dering feedback dari panggung yang berada tak jauh dari lokasi mereka berada. Sepertinya manajeman pusat grosir sedang menyiapkan sebuah acara yang akan digelar beberapa jam lagi. Standing mike sudah terpasang beberapa unit berikut ampli dan terminalnya. Testing audio menyebabkan dengin
Lichelle memegangi pipi BJ. “And I trust you.” Petir menyambar, disusul gemuruh membahana. Hujan menderas. Sangat deras. Air dari langit tercurah begitu dahsyat, membentuk rinai air yang pekat dan tebal. Seolah menutup pemandangan yang terjadi di teras, antara dua sosok remaja ketika bibir keduanya bertautan. * Urusan melayani seorang pembeli yang membeli kayu reng sudah selesai dilakukan BJ. Ia baru mau menyerahkan Minel yang sejak tadi digendong ke Emak ketika Lichelle mendadak muncul di depannya. “Ada apa?” Pertanyaan BJ tak segera dijawab. Dengan gemas Lichelle menggendong Minel. Seorang bocah berumur tiga tahun sebetulnya bobotnya sudah agak berat dan berpotensi bikin pegal. Tapi postur Minel yang mungil membuat ia masih bisa dengan gampang digendong oleh Lichelle. Melihat Lichelle yang pandai dan luwes menggendong, seketika ingatan BJ teringat pada perist
Bagi Abah, kehilangan pekerjaan sebagai interpreter memang agak disayangkan. Tapi keutuhan rumah tangganya adalah di atas segalanya. Pandangan itu diaminkan Emak. Kesulitan sehari cukuplah untuk sehari. Ke depannya tantangan akan seperti apa pasti mereka berdua bisa atasi ketika keduanya saling sepakat, saling tolong, dan saling mendukung. Hanya memang ada satu masalah kecil. Keciiiiiil sekali. Biasanya Abah bangun pagi. Tapi tidak kali ini. Emak sudah berusaha bangunkan suaminya. Sekali, dua kali, dan baru di usaha ketiga Abah baru terbangun. Ia sempat membuka mata, mengobrol sebentar dengan isterinya. Hanya saja ketika Emak ‘lengah’ dan melakukan hal lain, Abah berbaring lagi. Mendengkur malah. “Lho kenapa tidur lagi?” Emak mengomel sembari membangunkan Abah. Bukanya menjawab, Abah malah mengambil bantal guling, memeluknya dan melanjutkan tidur. “Hey, bangun.” “Masih ngantuk
“Enak kan?” “Inhi enhak karhena akhu lhapar....” Lichelle tidak mau mengalah. Ia berucap dengan mulut penuh terisi makanan. “Ini adalah gado-gado terenak se-Jakarta. Kamu pergi kemana pun nggak ada gado-gado seenak ini. Bumbu kacangnya lembut dan ada aroma jeruk nipis. Wuih mantap,” BJ lantas menyuap sesendok untuk mulutnya sendiri. Tak lama ia mengambil secarik tisyu dari box-nya di atas meja dan menyapu mulut Lichelle yang terkena noda bumbu kacang. “Aku maunya ini terakhir ya kita makan di tempat kaya gini soalnya...” “Aaaaaa....” Ucapan Lichelle lagi-lagi tak terselesaikan ketika BJ menyuap satu sendok lagi. Makanan pesanan Lichelle kini datang. Sepiring kwetiau goreng dengan taburan bawang goreng yang menawan. Melihat bentuknya yang menggairahkan Lichelle tergoda untuk segera menikmati. Makanan itu sebetulnya dipesankan oleh BJ untuknya. Dan Lichelle harus mengaku
“Terima kasih,” kata Abah lirih setelah mereka melepas pelukan. “Malam ini, Abah jangan disuruh tidur di sofa ya? Sofa tua itu udah makin nggak enak. Pakunya mulai nusuk-nusuk pantat Abah kalo lagi tidur.” Emak tak tahu mau menangis atau tertawa atau kasihan mendengar ucapan jujur suaminya. Satu hal yang pasti, malam ini bisa jadi malam yang sama indahnya dengan honeymoon mereka dulu. * Dibantu temannya yaitu Charlie, Happy mulai mewujudkan pengembangan bisnisnya. Mumpung banyak waktu di rumah, sudah beberapa hari ini di dekat tempat tambal ban milik ayahnya ia juga membuka usaha tambahan yaitu penjualan mie instan berikut layanan memasak, menyediakan aneka kopi lengkap beserta air panas, serta menjual telur, dan biskuit. Semua untuk orang-orang yang menunggui ketika ban mobil mereka ditambal. Charlie juga datang dan menawarkan masker untuk dijual di sana dengan potongan harga.
“Bijeeee, cute banget sih lo.”Dalam gemas dan sayang Lichelle mencubit manja pinggang BJ.Makna hidup. Dua kata yang terakhir tadi diucapkan BJ teringat lagi. Bagi Lichelle, BJ tidak perlu berpepatah-petitih. Contoh kecil yang baru saja ditunjukkan dengan membantu seorang kakek menyeberang sudah memberikan sejuta makna. Itulah makna hidup dan BJ sedang menanamkan nilai itu kepadanya.*Abah tidak macam-macam. Abah tetap menjadi suami setia sebagaimana ia sudah terangkan pada BJ. Itu seharusnya disampaikan BJ kepada Emak. Atau Abah sendiri yang sampaikan. Tapi kesalahpahaman membuat baik Abah maupun BJ berasumsi. Abah merasa BJ sudah menyampaikan pada Emak, sebaliknya BJ merasa bahwa Abah pastinya sudah menyampaikan pada Emak. Akibatnya, Emak masih tetap dalam marahnya. Terlebih semalam ia memang tidak pulang ke rumah karena berkaitan dengan tugasnya sebagai interpreter yang
Kebutuhan uang memang masih besar. Namun bagi Abah, keutuhan keluarga adalah di atas segalanya. Permasalahan sikap Winda adalah perkara penting yang perlu ditangani segera. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan sikap Winda. Yang salah adalah bahwa ia melakukannya di waktu dan orang yang tidak tepat. Atas dasar itulah dengan berat hati pada siang itu Hendri menyempatkan diri menemui Haryono di kantornya. “Sepertinya aku gak bisa melanjutkan tugas. Aku nggak bisa lagi jadi interpreter.” Itu adalah inti pesannya. Sebuah pesan yang tentu saja membuat Haryono terkaget dan sempat menduga bahwa Hendri kurang puas dengan kesepakatan gaji. Ada waku bermenit-menit yang ia tanyakan dan semua dijawab secara lugas dan tuntas oleh Abah. Ada juga waktu satu jam sendiri ketika mereka saling bersilang pendapat. Sekali lagi, sebuah keputusan acapkali dihasilkan dengan tanpa membahagiakan seluruh pihak. Haryono mencoba memahami kega