Share

Bab 46

Penulis: Yazmin Aisyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 46

PoV LAURA

Seminggu lagi telah berlalu, dan nyaris setiap jam Ares meneror ku. Dia mulai mengirimkan nominal yang harus ku bayar, yang jumlahnya makin hari makin membuatku merasa tercekik. Lelaki itu benar-benar gila. Seandainya saja aku punya uang banyak, rasanya aku lebih baik membunuhnya saja daripada memberikan uang itu padanya.

Membunuhnya? Astaga. Kenapa tidak kupikirkan itu sejak kemarin? Jadi aku tak perlu bingung dan bertingkah macam orang gila seperti ini, bingung mencari cara mendapatkan uang dalam waktu singkat. Sementara sampai saat ini Emily tak tersentuh. Arfan menempel pada nya seperti lem Korea. Lekat, dan tak terpisahkan. Erik hanya mampu memaki maki saja setiap kali kuhubungi. Dasar lelaki tak berguna.

Aku bangkit dari kasur, memandang halaman yang luas dari jendela. Rumah yang kubangun dengan susah payah ini, tak akan pernah kurelakan untuk terjual. Aku melakukan apa saja untuk mewujudkan mimpiku, setara dengan para Sultan di luar sana. S
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 47

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 47PoV EMILYAku duduk memandang ikan ikan koi yang sepertinya semakin besar-besar saja padahal sepertinya belum lama aku datang kesini. Gemericik air yang turun dari air terjun kecil, yang kemudian memecah di atas batu batu hias terasa menenangkan. Pemandangan ini, mau tak mau mengingatkanku pada Winda, yang kini entah di mana.Pulang dari Puncak, aku dan Mas Arfan langsung pindah ke rumah ini setelah lebih dulu mampir ke rumah Mama. Mas Arfan nampaknya juga tak ingin lagi membawaku ke rumah orang tuanya, meski aku tahu dia masih berkomunikasi dengan Papa mertuaku dan Trisha melalui telepon. Tak sekalipun kudengar dia menyebut Mama dan Erik. Seburuk itu hubungan mereka, padahal mereka telah bersama lebih dari dua puluh tahun.Keluarga Mas Arfan, sangat berbeda dengan keluargaku yang penuh cinta. Karenanya, tak butuh waktu lama bagi Mas Arfan menyatu dengan Mama dan Bang Arga meski Bang Arga masih menyimpan sedih karena Winda pergi begitu saja.Winda. Entah di

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 48

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 48Rumah bagai terkena badai. Pintu depan terpentang lebar. Kursi bergelimpangan, tongkat baseball dan sapu ijuk tergeletak tak berdaya di samping meja kaca yang pecah. Dan yang membuat dadaku gemuruh adalah tetesan darah sepanjang pintu tengah hingga keluar, lalu hilang ditelan rumput Jepang. Tetesan darah yang setitik setitik itu tampaknya keluar dari luka gores yang tak terlalu dalam. Tapi tetap saja, rasanya akan sangat sakit. Oh Emily. Dia ternyata tidak tinggal diam, dia pasti memberi perlawanan pada siapapun yang mencoba menyerangnya. Seperti di kantor dulu. Tapi apalah daya seorang wanita bertubuh mungil, yang selama ini hidup damai dan penuh kasih sayang.Aku berlari masuk. Kutinggalkan Trisha di mobil, sementara Aditya masih menyisir rumah mencari petunjuk. Di kamar kerja, kukeluar kan sebuah tablet yang ku rahasiakan dari Emily, hanya agar tak membuatnya panik. Aku memasang kamera CCTV di pagar depan yang langsung ku sambungkan ke tablet itu. Tak sa

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 49

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 49"Apa yang kamu lakukan disini?!"Aku tegak sempurna, mundur, menjaga jarak darinya. Winda yang sepertinya tak tahu apa-apa ikut bingung, dia ikut mundur dan berdiri di sampingku. Sementara di hadapanku, berdiri seseorang yang sama sekali tak pernah kusangka.Raya."Emily, aku kesini untuk membantumu. Ayo kita pergi dari tempat ini sebelum Erik kembali."Raya berjalan hendak mendekat."BOHONG! Jangan coba-coba menipuku Ray. Dari mana kau kenal Erik?!"Raya menghentikan langkah. Mata hitamnya itu menatapku tak berkedip. Sementara aku masih dilanda kebingungan, kenapa dia ada disini? Apa sebenarnya yang terjadi? Temanku yang konyol dan suka menggodaku selama ini. Yang terang-terangan mengatakan kalau dia cinta sama aku. Temanku, yang tak disukai oleh Mas Arfan dan karenanya Mas Arfan selalu berusaha menjauhkan aku darinya."Aku lelaki Emily. Aku tahu arti tatapan lelaki pada lawan jenisnya. Dan aku tak suka anak itu, jauhi dia."Suara Mas Arfan kembali terngia

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   abab 50

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 50"Kamu!"Aku dan Mas Arfan saling pandang. Ah, akhirnya ketahuan juga. Sementara Aditya, seperti biasa tetap tenang dan menebar senyum.Winda melepaskan diri dari pegangan tanganku, melangkah mendekati Aditya."Cowok playboy, egois, nggak punya malu, ngapain kamu disini?" Lalu dia menoleh pada Mas Arfan. "Mas Arfan nerima dia kerja sama Mas? Astaga, jangan mau Mas. Dia ini mantan pacarku, playboy kelas kakap. Bisa-bisa dia naksir Emily."Astaga. Winda ternyata masih naif seperti dulu. Kupikir dia tadi langsung nyambung bahwa cowok ini adalah orang suruhan Arfan. Nyatanya dia malah mengira Aditya karyawan baru Mas Arfan."Hay Winda, apa kabar kamu?"Aditya cengengesan. Tampangnya benar-benar bikin aku pengen njitak rasanya. Tanpa merasa berdosa dia menatap wajah cantik Winda yang merah padam karena marah. Ah, Winda, kamu nggak tahu aja, Aditya lah yang mengeluarkan kamu dari rumah orang tua angkatmu yang mengerikan itu. Aditya juga yang mengurus semua keperlu

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 51

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 51PoV ARFANMama histeris tentu saja, persis seperti yang telah kuduga. Tapi semua bukti telah kuserahkan pada polisi dan kali ini aku tak akan mengabulkan permohonan Mama untuk mengeluarkan Erik dari penjara, tak peduli Mama menangis, berteriak, mengancam dan akhirnya memohon. Aku bergeming. Selama ini Mama sangat memanjakan Erik, menutupi semua kesalahannya sehingga dia tak pernah merasa takut berbuat salah karena tahu ada Mama yang akan pasang badan untuknya."Jahat sekali kamu memenjarakan adikmu demi wanita itu Arfan!"Mama berteriak begitu aku menginjakkan kaki di rumah. "Wanita itu istriku, Ma. Dan kehormatannya adalah tanggung jawabku.""Tapi Erik adikmu. Kalian tumbuh bersama puluhan tahun. Wanita itu baru saja masuk dalam hidupmu dan mengacaukan keluarga kita.""Tidak ada yang kacau, seandainya saja dia tidak mencoba menggoda istriku. Oh, bukan sekedar menggoda. Erik menculik Emily dan itu adalah tindakan kriminal.""Pah! Gimana ini?"Merasa percu

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 52

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 52PoV LAURABetul-betul bodoh Erik. Dasar amatir! Bagaimana dia bisa mabuk saat hendak melakukan hal penting? Kacau semuanya.Aku menghentikan mobil di pinggir jalan, dadaku sesak oleh rasa kesal dan marah yang luar biasa. Rasanya saat ini aku benar-benar ingin meledak. Bagaimana kalau Arfan mengorek informasi tentang diriku? Akulah yang menyuruh dia menguntit Winda, karena aku tahu ada hubungan tak biasa antara Winda dengan Emily. Aku juga yang memberi informasi palsu pada Winda, bahwa Emily sakit dan butuh ditemani karena Arfan sedang bersenang-senang denganku. Membayangkan wajah Arfan yang marah, membuatku ngeri. Lelaki yang kuinginkan itu tampak semakin sulit ku jangkau. Tapi anehnya, semakin sulit, semakin membuatku penasaran.Sekarang, apalagi yang harus kulakukan? Apa kelemahan Arfan selain Emily? Brak!Aku terkejut bukan kepalang, mobil terasa bergetar. Gempa? Oh bukan, ternyata mobilku ditabrak dari belakang. Sialan!Aku melompat turun dengan gusar.

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Ban 53

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 53Lampu-lampu ruangan menyala ketika kami masuk ke dalam rumah. Aditya telah menyalakan semuanya. Rumah besar dengan model kuno ini terasa menyeramkan. Plafon nya dari triplek, yang disana sini mulai keropos, beberapa diantaranya sudah menggantung dan siap lepas menimpa siapa saja yang berada di bawahnya.Dari rumah tamu yang kosong melompong tanpa barang, kami masuk ke ruang tengah. Ada empat buah kamar, dua di sisi kanan, dan dua di sisi kiri, saling berhadapan. Dari salah satu kamar itulah suara jeritan Tante Luisa melengking."Lauraaa! Oh Tuhan anakku! Laura!"Kami semua menyerbu ke arah sumber suara. Mas Arfan tiba lebih dulu, dan dia langsung berbalik lagi dan menutup mataku dengan telapak tangannya. Tapi suara Winda yang gemetar tetap tertangkap oleh telinga. "Kak Laura…"Tante Luisa terisak-isak. Aku tak sanggup lagi menahan rasa penasaran. Dengan paksa aku menyibak tangan Mas Arfan. Dia akhirnya mengalah, namun tangannya tak mau lepas dari pinggangk

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 54

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 54 (ENDING)Enam bulan kemudian"Emily, sayang…!""Lima menit lagi, pliss.""Kamu nggak mau telat kan? Emi kita nggak boleh telat!""Iya… iyaaa…!""Kamu lagi apa sih?!"Mas Arfan akhirnya menyusul masuk ke dalam kamar. Kami bertatapan melalui kaca cermin yang menghadap langsung ke pintu masuk. Cermin setinggi dua meter itu menampakkan bayangan dirinya yang sempurna, memakai setelan celana panjang hitam dan kemeja batik berwarna hijau pupus pas badan yang menempel di tubuhnya, lelakiku selalu tampak mempesona, terlalu mempesona. Dia memandangku serius, sebelum akhirnya tawanya meledak."Gadis kecilku, kau selalu membuatku tertawa."Aku cemberut, kembali fokus pada cermin, memandang alisku yang miring sebelah."Betul. Karena aku seperti badut makanya Mas tertawa. Mas menertawai aku."Mas Arfan melingkarkan lengannya di pinggangku. Telapak tangannya mengusap perutku dengan lembut."Siapa bilang? Kau sangat cantik sayang, tanpa alis dan segala macam yang membuatmu

Bab terbaru

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 69 (ENDING)

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA (ENDING)musim ke-2. SISA RASA TERTINGGALBab 15PoV WINDAEnam bulan kemudian"Kak, kenapa sih Mama nggak sayang sama aku? Seperti Mama sayang sama Kakak?""Kata siapa? Mama sayang kok sama kamu.""Tapi Mama dikit-dikit marah. Kalau sama Kakak nggak."Kak Laura tersenyum, mengusap rambutku dengan lembut."Mama cuma lagi nggak enak badan. Kamu tenang aja ya, kan ada Kakak." Ujar Kak Laura sambil tersenyum manis. Dia mengulurkan perahu dari kertas yang baru saja dibuatnya.Aku ikut tersenyum, meraih perahu kertas itu dan berlari ke dalam kolam ikan di belakang rumah. Berdua kami melarungkan perahu itu disana, membuat ombak kecil dengan kedua tangan hingga perahu itu sesekali terombang-ambing. Ah, masa kecil yang indah. Kenapa orang harus menjadi dewasa jika masa kecil sudah membuat bahagia? Padahal dengan menjadi dewasa, ada banyak masalah yang mulai menghampiri."Sayang…"Aku menoleh, segala kenangan tentang masa kecil itu segera lenyap dari benakku. Mas Adit

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 68

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2. Sisa Rasa TertinggalBab 14PoV ADITYAKeadaan rumah baik baik saja kecuali satu hal, kunci pintu depan yang dibuka paksa menggunakan sebuah alat. Itu artinya, Winda pergi kesana tidak dengan sukarela. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa Winda bisa ada disana bersama si pembunuh? Dan suara Siapakah yang menjerit demikian pilu? Suara itu, seperti seseorang yang tengah merasakan sakit yang luar biasa.Aku memandang wajah istriku dengan gundah, sekaligus kesal karena aku tak tahu apa-apa, persis orang buta. Wajah itu masih pucat pasi saat kuletakkan di atas pembaringan. Tapi setidaknya dia tak menolak semua sentuhanku padanya. Sepanjang subuh hingga pagi itu, Winda tak juga mau melepaskan diri dari pelukanku. Belum pernah aku merasa se bingung ini. Aku tak tahu apa yang telah menimpanya, dan juga apa yang terjadi. Dan suara tembakan itu? Aku menghela nafas dalam-dalam. Aku percaya Mas Arfan akan melakukan yang terbaik, seperti dia selalu mempercayaiku

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 67

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2.SISA RASA TERTINGGAL.Bab 13Lika masih menjerit histeris, aku bisa memperkirakan bertapa kuat tenaga lelaki itu, apalagi dengan sepatu model boot yang keras dan berat menekan paha Lika. Jantungku berdebar sangat kencang. Aku tak sanggup, seandainya harus melihat seseorang disiksa si depan mataku. Lika memang bersalah, tapi bukan seperti ini hukuman yang kuinginkan untuknya. Dan lagi, adakah manusia yang punya hak melakukannya."Ya Allah… jangan! Tolong jangan! Lepaskan dia!"Mendengar suaraku, Lika berhenti menjerit. Dia memandangku sambil berurai air mata sementara si malaikat maut sama sekali tak menoleh. Dengan sebelah tangannya, dia mengulurkan pisau kecil membuka ikatan di kakiku, memutar kursiku dan kembali membuka ikatan di tanganku. Semua itu dia lakukan tanpa melepaskan kakinya dari paha Lika."Pergi Winda. Dan jangan sekali kali lapor polisi. Biarkan aku jadi hakim untuk mereka dan biarkan aku sendiri yang menanggung dosanya."Aku berdiri

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 66

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2. Sisa Rasa tertinggalBab 12Dadaku langsung berdebar hebat membaca pesan itu. Aku refleks berdiri, memandang berkeliling. Aku sangat yakin lelaki itu tadinya ada disini. Sang malaikat maut yang telah menyiksa Kak Laura. Kak Laura sekarang tenang karena dia memutuskan pergi. Barulah kusadari arti kalimat Kak Laura selama ini : Dia ada disini! Ya. Setiap kali aku menjenguknya, ada kalanya Kak Laura tiba-tiba seperti melihat sesuatu dan dia ketakutan. Jadi, apakah selama lebih setahun ini, sebenarnya orang itu ada disini?"Ada apa?"Mas Adit memegang lenganku, menyuruhku berhenti. Dia merasakan gerakanku yang gelisah sedari tadi. Aku memberikan ponsel itu padanya. Dia mengamatinya sejenak, mengeluarkan ponselnya sendiri dan entah melakukan apa, mungkin melacak atau mencari tahu identitas si pengirim, entahlah. Ponsel pintarnya sepertinya bisa melakukan apa saja.Mas Adit melangkah sambil merangkul bahuku."Itu artinya, Kak Laura aman disini. Meski un

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 65

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBab 11Sepasang matanya yang dihiasi bulu mata tebal, juga pewarna dengan aksen smoke, memandangku tajam. Kami bertatapan sekian menit lamanya sementara si lelaki ikut mengamatiku. Entah apa yang kulakukan, nekat atau ceroboh, terserah. Aku telah membantunya malam itu, jadi pantaskah dia membalasnya dengan cara menggoda suamiku?"Suamimu tidak pernah menyimpan rahasia dariku. Dan aku jamin, dia tak akan pernah menyakiti hatiku. Jadi berhentilah berbuat bodoh. Silahkan mencari lelaki lain yang mau kau rayu. Tapi bukan suamiku."Lika diam saja mendengar aku memakinya. Aku berbalik dan berjalan dengan cepat menuju taksi online yang masih menunggu. Tiba di rumah, dengan nafas terengah-engah, aku merebahkan diri, teringat pada janin dalam perutku. Aku memejamkan mata. Apakah yang kulakukan tadi salah?Masih kuingat wajahnya yang tanpa ekspresi tadi. Entahlah, aku bukan Emily yang pandai membaca raut wajah orang lain. Aku hanya tahu b

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 64

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWA musim ke-2. SISA RASA TERTINGGALBab 10Aku belum pernah merasa marah dan cemburu sehebat ini. Bahkan dengan Bang Arga dulu, aku tak pernah merasa. Hubunganku dengannya terlalu mulus, tanpa sedikitpun gelombang. Bang Arga yang sangat mencintaiku, sama sekali tak pernah membuatku cemburu. Akibatnya, akulah yang sering membuat ulah hanya karena ingin menepis rasa bosan. Salah satunya, dekat dengan Mas Adit yang dulu jelas jelas hanya menggoda.Aku mengusap wajah. Kemarin, aku bahkan masih meragukan cintaku padanya. Tapi hari ini, membaca chat WA dari nomor tak dikenal, yang bahkan sama sekali belum dibaca oleh Mas Adit membuat dadaku berdebar hebat. Aku terbakar oleh amarah dan api cemburu.Tring!Pesan itu masuk lagi. Kali ini sebuah foto. Foto yang sangat vulgar. Dan aku semakin meradang mengetahui siapa yang mengirimkan foto itu.Lika!Dia berpose sensual, memakai baju dengan dua tali di pundak, tipis berenda-renda sehingga aku tahu dia tak memakai apa apa l

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 63

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAmusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBab 9Mas Adit, jika malam ini terjadi sesuatu padaku, aku minta maaf. Entah bagaimana caranya, aku ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu. Dan sama sekali tak lagi ada keraguan tentang itu.Krieett…Pintu terbuka, sesosok tubuh melangkah masuk, aku memejamkan sambil menjerit dan mengayunkan sapu lidi di tanganku."Aaaaaaaa…!"Bag bug bag bug…"Winda! Berhenti sayang. Ini aku!"Tanganku gemetar, rasanya telingaku kebas, tak mampu mengenali suara yang samar-samar kukenali itu. Kenapa dia memanggilku? Kenapa dia tahu namaku? Dan kenapa dia bahkan tak menghindari semua pukulanku?Tangan itu lalu sigap menangkap sapu lidi yang sudah beberapa kali menghantam tubuhnya, lalu melemparnya ke sembarang arah. Dengan paksa, dia memelukku, menarikku ke arah saklar lampu dan menghidupkan lampu. Seketika terang benderang, dan aku terpana memandang wajah yang telah membuatku menangis semalaman."Mas Adit?""Winda? Kamu kenapa Sayang? Ya Allah… ma

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 62

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 Sisa Rasa TertinggalBab 8PoV WINDA"Mas Arfan, Mas Aditya sebenarnya kemana? Sejak sore tadi WA ku ceklis satu."Mas Arfan tersenyum dengan wajah tenang. Kami baru saja selesai makan malam di rumah Emily. Makan malam yang nyaris tak dapat kutelan karena gelisah mengingat suamiku tak ada disini. Terlebih, aku harus satu meja dengan Bang Arga dan Riana. Meski Mama dan juga Emily ada didekatku, aku masih juga tak bisa membuang rasa canggung itu. Aku masih sering teringat bagaimana dulu Bang Arga begitu menyayangiku. Belum lagi mata Riana yang terus memperhatikan walau sembunyi-sembunyi. Tapi setidaknya aku sedikit lega, Riana tak seketus itu lagi. Entah apa yang Emily katakan padanya."Aditya melakukan sebuah pekerjaan rahasia Winda. Maaf, aku tak bisa memberi tahukan-nya padamu."Aku terdiam. Tugas rahasia. Aku tahu bahwa Mas Adit adalah orang kepercayaan Mas Arfan. Mereka telah bersama bahkan jauh sebelum aku dan Emily mengenalnya. Dan tentu saja a

  • PACAR ABANGKU SAKIT JIWA   Bab 61

    PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBAB 7PoV EMILYKami duduk di bangku taman belakang rumah sakit. Dimana beberapa buah bangku kayu dipasang permanen di atas semen-semen yang di cat warna warni. Pohon-pohon akasia yang rindang dan meneduhkan taman belakang ini adalah salah satu tempat favorit para perawat untuk mengawasi pasien. Pada jam-jam tertentu, mereka akan dibawa ke sini, berinteraksi dengan sesama pasien, meski lebih sering berakhir dengan kekacauan. Aku bergidik membayangkannya. Ah, betapa menyedihkannya hidup ketika sebagian kewarasan telah terenggut darimu."Kamu kesini sendirian?"Winda mengusap matanya yang basah, lalu mengangguk. Setelah banyak peristiwa menyedihkan terjadi dalam hidupnya, Winda yang dulu periang, perlahan berubah menjadi Winda yang pendiam dan dewasa. Jujur saja, aku merindukan dia yang dulu, yang sering membuatku jengkel, tapi juga kadang membuatku tertawa. Hidup memang serumit itu."Aku nggak bisa tidur dengan tenang, Em. Kamu p

DMCA.com Protection Status