PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 47PoV EMILYAku duduk memandang ikan ikan koi yang sepertinya semakin besar-besar saja padahal sepertinya belum lama aku datang kesini. Gemericik air yang turun dari air terjun kecil, yang kemudian memecah di atas batu batu hias terasa menenangkan. Pemandangan ini, mau tak mau mengingatkanku pada Winda, yang kini entah di mana.Pulang dari Puncak, aku dan Mas Arfan langsung pindah ke rumah ini setelah lebih dulu mampir ke rumah Mama. Mas Arfan nampaknya juga tak ingin lagi membawaku ke rumah orang tuanya, meski aku tahu dia masih berkomunikasi dengan Papa mertuaku dan Trisha melalui telepon. Tak sekalipun kudengar dia menyebut Mama dan Erik. Seburuk itu hubungan mereka, padahal mereka telah bersama lebih dari dua puluh tahun.Keluarga Mas Arfan, sangat berbeda dengan keluargaku yang penuh cinta. Karenanya, tak butuh waktu lama bagi Mas Arfan menyatu dengan Mama dan Bang Arga meski Bang Arga masih menyimpan sedih karena Winda pergi begitu saja.Winda. Entah di
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 48Rumah bagai terkena badai. Pintu depan terpentang lebar. Kursi bergelimpangan, tongkat baseball dan sapu ijuk tergeletak tak berdaya di samping meja kaca yang pecah. Dan yang membuat dadaku gemuruh adalah tetesan darah sepanjang pintu tengah hingga keluar, lalu hilang ditelan rumput Jepang. Tetesan darah yang setitik setitik itu tampaknya keluar dari luka gores yang tak terlalu dalam. Tapi tetap saja, rasanya akan sangat sakit. Oh Emily. Dia ternyata tidak tinggal diam, dia pasti memberi perlawanan pada siapapun yang mencoba menyerangnya. Seperti di kantor dulu. Tapi apalah daya seorang wanita bertubuh mungil, yang selama ini hidup damai dan penuh kasih sayang.Aku berlari masuk. Kutinggalkan Trisha di mobil, sementara Aditya masih menyisir rumah mencari petunjuk. Di kamar kerja, kukeluar kan sebuah tablet yang ku rahasiakan dari Emily, hanya agar tak membuatnya panik. Aku memasang kamera CCTV di pagar depan yang langsung ku sambungkan ke tablet itu. Tak sa
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 49"Apa yang kamu lakukan disini?!"Aku tegak sempurna, mundur, menjaga jarak darinya. Winda yang sepertinya tak tahu apa-apa ikut bingung, dia ikut mundur dan berdiri di sampingku. Sementara di hadapanku, berdiri seseorang yang sama sekali tak pernah kusangka.Raya."Emily, aku kesini untuk membantumu. Ayo kita pergi dari tempat ini sebelum Erik kembali."Raya berjalan hendak mendekat."BOHONG! Jangan coba-coba menipuku Ray. Dari mana kau kenal Erik?!"Raya menghentikan langkah. Mata hitamnya itu menatapku tak berkedip. Sementara aku masih dilanda kebingungan, kenapa dia ada disini? Apa sebenarnya yang terjadi? Temanku yang konyol dan suka menggodaku selama ini. Yang terang-terangan mengatakan kalau dia cinta sama aku. Temanku, yang tak disukai oleh Mas Arfan dan karenanya Mas Arfan selalu berusaha menjauhkan aku darinya."Aku lelaki Emily. Aku tahu arti tatapan lelaki pada lawan jenisnya. Dan aku tak suka anak itu, jauhi dia."Suara Mas Arfan kembali terngia
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 50"Kamu!"Aku dan Mas Arfan saling pandang. Ah, akhirnya ketahuan juga. Sementara Aditya, seperti biasa tetap tenang dan menebar senyum.Winda melepaskan diri dari pegangan tanganku, melangkah mendekati Aditya."Cowok playboy, egois, nggak punya malu, ngapain kamu disini?" Lalu dia menoleh pada Mas Arfan. "Mas Arfan nerima dia kerja sama Mas? Astaga, jangan mau Mas. Dia ini mantan pacarku, playboy kelas kakap. Bisa-bisa dia naksir Emily."Astaga. Winda ternyata masih naif seperti dulu. Kupikir dia tadi langsung nyambung bahwa cowok ini adalah orang suruhan Arfan. Nyatanya dia malah mengira Aditya karyawan baru Mas Arfan."Hay Winda, apa kabar kamu?"Aditya cengengesan. Tampangnya benar-benar bikin aku pengen njitak rasanya. Tanpa merasa berdosa dia menatap wajah cantik Winda yang merah padam karena marah. Ah, Winda, kamu nggak tahu aja, Aditya lah yang mengeluarkan kamu dari rumah orang tua angkatmu yang mengerikan itu. Aditya juga yang mengurus semua keperlu
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 51PoV ARFANMama histeris tentu saja, persis seperti yang telah kuduga. Tapi semua bukti telah kuserahkan pada polisi dan kali ini aku tak akan mengabulkan permohonan Mama untuk mengeluarkan Erik dari penjara, tak peduli Mama menangis, berteriak, mengancam dan akhirnya memohon. Aku bergeming. Selama ini Mama sangat memanjakan Erik, menutupi semua kesalahannya sehingga dia tak pernah merasa takut berbuat salah karena tahu ada Mama yang akan pasang badan untuknya."Jahat sekali kamu memenjarakan adikmu demi wanita itu Arfan!"Mama berteriak begitu aku menginjakkan kaki di rumah. "Wanita itu istriku, Ma. Dan kehormatannya adalah tanggung jawabku.""Tapi Erik adikmu. Kalian tumbuh bersama puluhan tahun. Wanita itu baru saja masuk dalam hidupmu dan mengacaukan keluarga kita.""Tidak ada yang kacau, seandainya saja dia tidak mencoba menggoda istriku. Oh, bukan sekedar menggoda. Erik menculik Emily dan itu adalah tindakan kriminal.""Pah! Gimana ini?"Merasa percu
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 52PoV LAURABetul-betul bodoh Erik. Dasar amatir! Bagaimana dia bisa mabuk saat hendak melakukan hal penting? Kacau semuanya.Aku menghentikan mobil di pinggir jalan, dadaku sesak oleh rasa kesal dan marah yang luar biasa. Rasanya saat ini aku benar-benar ingin meledak. Bagaimana kalau Arfan mengorek informasi tentang diriku? Akulah yang menyuruh dia menguntit Winda, karena aku tahu ada hubungan tak biasa antara Winda dengan Emily. Aku juga yang memberi informasi palsu pada Winda, bahwa Emily sakit dan butuh ditemani karena Arfan sedang bersenang-senang denganku. Membayangkan wajah Arfan yang marah, membuatku ngeri. Lelaki yang kuinginkan itu tampak semakin sulit ku jangkau. Tapi anehnya, semakin sulit, semakin membuatku penasaran.Sekarang, apalagi yang harus kulakukan? Apa kelemahan Arfan selain Emily? Brak!Aku terkejut bukan kepalang, mobil terasa bergetar. Gempa? Oh bukan, ternyata mobilku ditabrak dari belakang. Sialan!Aku melompat turun dengan gusar.
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 53Lampu-lampu ruangan menyala ketika kami masuk ke dalam rumah. Aditya telah menyalakan semuanya. Rumah besar dengan model kuno ini terasa menyeramkan. Plafon nya dari triplek, yang disana sini mulai keropos, beberapa diantaranya sudah menggantung dan siap lepas menimpa siapa saja yang berada di bawahnya.Dari rumah tamu yang kosong melompong tanpa barang, kami masuk ke ruang tengah. Ada empat buah kamar, dua di sisi kanan, dan dua di sisi kiri, saling berhadapan. Dari salah satu kamar itulah suara jeritan Tante Luisa melengking."Lauraaa! Oh Tuhan anakku! Laura!"Kami semua menyerbu ke arah sumber suara. Mas Arfan tiba lebih dulu, dan dia langsung berbalik lagi dan menutup mataku dengan telapak tangannya. Tapi suara Winda yang gemetar tetap tertangkap oleh telinga. "Kak Laura…"Tante Luisa terisak-isak. Aku tak sanggup lagi menahan rasa penasaran. Dengan paksa aku menyibak tangan Mas Arfan. Dia akhirnya mengalah, namun tangannya tak mau lepas dari pinggangk
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 54 (ENDING)Enam bulan kemudian"Emily, sayang…!""Lima menit lagi, pliss.""Kamu nggak mau telat kan? Emi kita nggak boleh telat!""Iya… iyaaa…!""Kamu lagi apa sih?!"Mas Arfan akhirnya menyusul masuk ke dalam kamar. Kami bertatapan melalui kaca cermin yang menghadap langsung ke pintu masuk. Cermin setinggi dua meter itu menampakkan bayangan dirinya yang sempurna, memakai setelan celana panjang hitam dan kemeja batik berwarna hijau pupus pas badan yang menempel di tubuhnya, lelakiku selalu tampak mempesona, terlalu mempesona. Dia memandangku serius, sebelum akhirnya tawanya meledak."Gadis kecilku, kau selalu membuatku tertawa."Aku cemberut, kembali fokus pada cermin, memandang alisku yang miring sebelah."Betul. Karena aku seperti badut makanya Mas tertawa. Mas menertawai aku."Mas Arfan melingkarkan lengannya di pinggangku. Telapak tangannya mengusap perutku dengan lembut."Siapa bilang? Kau sangat cantik sayang, tanpa alis dan segala macam yang membuatmu