PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 41PoV LAURA"Ares…"Aku bergumam menyebut nama lelaki di hadapanku, yang kini senyumnya berubah menjadi seringaian. Tanpa aba-aba, lelaki itu menarikku menuju pelataran parkir mall yang cukup jauh. Tenaganya kuat sekali hingga membuatku terseret-seret."Jangan bertindak bodoh. Sekali kamu teriak, aku akan serahkan lagi kamu pada lelaki bar-bar tadi."Aku menelan ludah, tak punya pilihan lain. Ares, mantan kekasih yang kucampakkan begitu saja begitu Mama bilang bahwa keluarga Bastian Wirakusuma meminta salah satu putrinya untuk jadi menantu. Itu aku, tak mungkin Winda si anak pungut. Maka tanpa merasa bersalah, aku memutuskan hubungan dengan Ares, tak peduli kami baru saja menghabiskan tiga hari yang bergelora di pulau dewata.Ares mendorongku masuk ke dalam mobilnya. Dia sendiri lalu melompat naik dan menutup kaca mobil, memutar kontak dan menyalakan AC."Lepaskan aku Ares. Kita tak punya hubungan apa-apa lagi!"Dia tersenyum sinis."Kau sudah ditolak mentah-
"Jadi kau pulang untuk menghadiri resepsi pernikahan Abangmu ya?"Suara Mama terdengar begitu aku menginjakkan kaki di depan pintu utama. Ada tamu rupanya. Aku melirik mobil B-RV hitam berkilat yang sepertinya masih baru. Siapa tamu Mama? "Benar Tante. Dan Mama menyuruh saya kesini untuk mengantarkan ini.""Apa itu?""Gaun. Untuk Laura."What? Mataku melebar mendengar namaku disebut. Lalu, sayup-sayup, aku rasanya mengenal suara itu. Aku mendorong pintu dan mendapati seseorang duduk disana. Seseorang dari masa lalu yang tentu saja sangat kukenal."Erik?"Lelaki itu tersenyum, melambaikan tangannya."Hai Laura, apa kabar?"Erik. Tentu saja aku mengenalnya. Dalam lingkaran pergaulan kami, cowok-cowok ganteng dan tajir tentu ada di dalamnya. Erik dan aku, bahkan pernah menghabiskan malam bersama, dengan beberapa orang teman. Berdansa, mabuk sambil mengisap sabu. Sayang, dia kemudian tertangkap saat sedang pesta narkoba bersama teman-temannya. Dia lalu di penjara, dan tiba-tiba saja meng
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 42Subuh di hari H itu, MUA sudah tiba di rumahku. Riana langsung berseru-seru karena yang datang ternyata Kak Dev, MUA yang sering merias para model."Aku mau juga dong dirias Kak Dev."Kak Dev tersenyum, MUA cantik berusia tiga puluh tahun itu memandang Riana."Kalau sempat ya Mbak. Soalnya saya cuma ngerias Mbak Emily. Anggota keluarga lain sama asisten saya."Riana manyun. Aku tertawa kecil, berbisik pada Kak Dev, memintanya merias Riana setelah aku karena dia sahabatku. Kak Dev mengangguk."Saya juga cuma menggoda kok. Hihihi…" Dia tertawa cekikikan. Seketika aku jadi rileks. MUA ku ternyata satu frequency. Sama sama jahil dan suka becanda. Aku lalu duduk dan tangannya yang ajaib itu mulai bekerja.Dua jam lamanya hingga akhirnya selesai. Aku tak bisa tak takjub memandang sentuhan tangan ajaib itu. Make up flawless seperti yang kuminta tampak sangat cocok di wajahku. Riana sampai melotot dan bolak balik mengambil fotoku dengan ponselnya. Dia memang se eks
"Winda…"Haru memenuhi udara. Winda menghambur ke dalam pelukan Mama, sementara Bang Arga menatap dengan mata memerah menahan tangis. Masih dapat kulihat dengan jelas binar cinta di matanya itu. Tapi Winda sama sekali tak berani menoleh. Dia hanya terus memeluk Mama."Mama…" Winda terisak-isak, tak sanggup bicara."Kamu sudah sembuh, Nak. Kemana saja kamu selama ini?""Emily dan Arfan yang menyembuhkan aku Ma.""Benarkah?" Mama menatapku. Aku hanya diam. Ucapan Winda barusan tidak terlalu tepat sebenarnya. Aku dan Mas Arfan hanya memberinya tempat untuk berobat. Dia lalu sembuh atas usahanya sendiri, dan bantuan para ustadzah di pesantren."Kamu cantik sekali pakai jilbab ini, Nak." Puji Mama. Winda melepaskan pelukan Mama, lalu perlahan menatap Bang Arga."Abang, aku kesini mau minta maaf. Sama Abang, sama Mama, dan terutama sama Emily. Aku sadar bahwa aku pernah membuat rumah ini kacau. Aku pernah membuat Abang dan Emi bertengkar. Aku sering membuat Mama bingung bersikap. Sungguh,
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 43Assalamu'alaikum Emily.Sebelumnya, aku ucapkan selamat atas pernikahanmu. Aku ikut bahagia karenanya. Tapi, aku juga mohon maaf karena harus pergi lagi. Aku datang hanya untuk memohon maaf atas kesalahan di masa lalu, padamu, pada Bang Arga dan juga Mama. Lega rasanya melihat kalian menyambutku penuh kasih sayang. Sungguh, aku tak pernah salah menilai keluargamu, keluarga yang penuh cinta. Keluarga yang dulu, selalu membuatku iri hingga bersikeras menyusup ke dalamnya dan membuatmu marah. Terimakasih karena kau sudah memaafkan aku.Dan kini, aku terpaksa memberi lagi alasan bagimu untuk membenciku. Emily, aku akhirnya tahu, bahwa aku bukan anak kandung keluarga Mamaku. Itulah alasan mereka selama ini membedakan aku dengan Kak Laura. Dan juga alasan diriku harus mendekam di rumah sakit jiwa, tempat yang pada akhirnya merenggut nyaris seluruh kewarasanku. Kalau bukan karena dirimu dan Mas Arfan, mungkin aku benar-benar telah menjadi orang gila yang berlaria
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 44"Selamat pagi semuanya."Suara Mas Ardan yang berwibawa membuat semua orang berhenti bicara, secara serempak menoleh pada kami yang kini berdiri di ambang pintu. Papa tersenyum lebar, langsung berdiri dan menyuruh kami duduk."Nah, masuklah pengantin baru. Papa sudah bertanya-tanya kapan Arfan membawa Emily pulang.""Pulang?" Suara protes Mama langsung terdengar."Tentu saja. Ini rumah kita, rumah Arfan. Dia dan istrinya selamanya akan selalu ditunggu untuk pulang."Mama bersungut-sungut mendengar kalimat Papa. Lelaki yang telah melewati usia setengah abad itu menghampiri Mas Arfan dan mereka bersalaman sambil saling memeluk. Diam-diam, aku bernafas lega. Setidaknya, ada orang yang waras disini. "Dan kamu Emily, duduklah. Papa ingin berbincang banyak denganmu."Suaranya begitu ramah. Aku ingat pada pertemuan pertama itu, meski beliau menanyakan kesediaan Mas Arfan untuk menikahi Laura, sang Papa tak menolak kehadiranku. Beliau menghormati keputusan Mas Arf
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 45Mas Arfan menyetir dengan kecepatan tinggi, menembus udara pagi menjelang siang. Kami seharusnya masih di rumahnya, menunggu waktu keberangkatan. Aku masih berharap hubunganku dengan Mamanya membaik. Bagaimana pun, aku akan menjadi bagian dari keluarga ini. Tapi dengan kehadiran Erik yang sebelumnya tak pernah ku perkiraan, rasanya aku tak ingin lagi menginjakkan kaki di rumah itu. Bagaimana bisa Mas Arfan yang dingin, kaku dan tak kenal perempuan, punya adik seperti itu?Aku hanya gadis biasa, yang sebelumnya tak mengenal pergaulan keluarga kaya yang menurutku mengerikan. Bangun tidur, berangkat kuliah lalu kerja, jalan jalan bareng Riana, bercanda dan bertengkar dengan Bang Arga. Sungguh hidup yang sangat biasa, tapi menyenangkan. Dan sepertinya, aku harus bersiap menghadapi hidup yang berbeda setelah menjadi bagian dari keluarga suamiku."Seperti itulah Mama dan Erik."Suara Mas Arfan getas. Aku tahu dia marah sekali. Entah bagaimana dia menghajar Erik t
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 46PoV LAURASeminggu lagi telah berlalu, dan nyaris setiap jam Ares meneror ku. Dia mulai mengirimkan nominal yang harus ku bayar, yang jumlahnya makin hari makin membuatku merasa tercekik. Lelaki itu benar-benar gila. Seandainya saja aku punya uang banyak, rasanya aku lebih baik membunuhnya saja daripada memberikan uang itu padanya.Membunuhnya? Astaga. Kenapa tidak kupikirkan itu sejak kemarin? Jadi aku tak perlu bingung dan bertingkah macam orang gila seperti ini, bingung mencari cara mendapatkan uang dalam waktu singkat. Sementara sampai saat ini Emily tak tersentuh. Arfan menempel pada nya seperti lem Korea. Lekat, dan tak terpisahkan. Erik hanya mampu memaki maki saja setiap kali kuhubungi. Dasar lelaki tak berguna.Aku bangkit dari kasur, memandang halaman yang luas dari jendela. Rumah yang kubangun dengan susah payah ini, tak akan pernah kurelakan untuk terjual. Aku melakukan apa saja untuk mewujudkan mimpiku, setara dengan para Sultan di luar sana. S
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA (ENDING)musim ke-2. SISA RASA TERTINGGALBab 15PoV WINDAEnam bulan kemudian"Kak, kenapa sih Mama nggak sayang sama aku? Seperti Mama sayang sama Kakak?""Kata siapa? Mama sayang kok sama kamu.""Tapi Mama dikit-dikit marah. Kalau sama Kakak nggak."Kak Laura tersenyum, mengusap rambutku dengan lembut."Mama cuma lagi nggak enak badan. Kamu tenang aja ya, kan ada Kakak." Ujar Kak Laura sambil tersenyum manis. Dia mengulurkan perahu dari kertas yang baru saja dibuatnya.Aku ikut tersenyum, meraih perahu kertas itu dan berlari ke dalam kolam ikan di belakang rumah. Berdua kami melarungkan perahu itu disana, membuat ombak kecil dengan kedua tangan hingga perahu itu sesekali terombang-ambing. Ah, masa kecil yang indah. Kenapa orang harus menjadi dewasa jika masa kecil sudah membuat bahagia? Padahal dengan menjadi dewasa, ada banyak masalah yang mulai menghampiri."Sayang…"Aku menoleh, segala kenangan tentang masa kecil itu segera lenyap dari benakku. Mas Adit
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2. Sisa Rasa TertinggalBab 14PoV ADITYAKeadaan rumah baik baik saja kecuali satu hal, kunci pintu depan yang dibuka paksa menggunakan sebuah alat. Itu artinya, Winda pergi kesana tidak dengan sukarela. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa Winda bisa ada disana bersama si pembunuh? Dan suara Siapakah yang menjerit demikian pilu? Suara itu, seperti seseorang yang tengah merasakan sakit yang luar biasa.Aku memandang wajah istriku dengan gundah, sekaligus kesal karena aku tak tahu apa-apa, persis orang buta. Wajah itu masih pucat pasi saat kuletakkan di atas pembaringan. Tapi setidaknya dia tak menolak semua sentuhanku padanya. Sepanjang subuh hingga pagi itu, Winda tak juga mau melepaskan diri dari pelukanku. Belum pernah aku merasa se bingung ini. Aku tak tahu apa yang telah menimpanya, dan juga apa yang terjadi. Dan suara tembakan itu? Aku menghela nafas dalam-dalam. Aku percaya Mas Arfan akan melakukan yang terbaik, seperti dia selalu mempercayaiku
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2.SISA RASA TERTINGGAL.Bab 13Lika masih menjerit histeris, aku bisa memperkirakan bertapa kuat tenaga lelaki itu, apalagi dengan sepatu model boot yang keras dan berat menekan paha Lika. Jantungku berdebar sangat kencang. Aku tak sanggup, seandainya harus melihat seseorang disiksa si depan mataku. Lika memang bersalah, tapi bukan seperti ini hukuman yang kuinginkan untuknya. Dan lagi, adakah manusia yang punya hak melakukannya."Ya Allah… jangan! Tolong jangan! Lepaskan dia!"Mendengar suaraku, Lika berhenti menjerit. Dia memandangku sambil berurai air mata sementara si malaikat maut sama sekali tak menoleh. Dengan sebelah tangannya, dia mengulurkan pisau kecil membuka ikatan di kakiku, memutar kursiku dan kembali membuka ikatan di tanganku. Semua itu dia lakukan tanpa melepaskan kakinya dari paha Lika."Pergi Winda. Dan jangan sekali kali lapor polisi. Biarkan aku jadi hakim untuk mereka dan biarkan aku sendiri yang menanggung dosanya."Aku berdiri
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2. Sisa Rasa tertinggalBab 12Dadaku langsung berdebar hebat membaca pesan itu. Aku refleks berdiri, memandang berkeliling. Aku sangat yakin lelaki itu tadinya ada disini. Sang malaikat maut yang telah menyiksa Kak Laura. Kak Laura sekarang tenang karena dia memutuskan pergi. Barulah kusadari arti kalimat Kak Laura selama ini : Dia ada disini! Ya. Setiap kali aku menjenguknya, ada kalanya Kak Laura tiba-tiba seperti melihat sesuatu dan dia ketakutan. Jadi, apakah selama lebih setahun ini, sebenarnya orang itu ada disini?"Ada apa?"Mas Adit memegang lenganku, menyuruhku berhenti. Dia merasakan gerakanku yang gelisah sedari tadi. Aku memberikan ponsel itu padanya. Dia mengamatinya sejenak, mengeluarkan ponselnya sendiri dan entah melakukan apa, mungkin melacak atau mencari tahu identitas si pengirim, entahlah. Ponsel pintarnya sepertinya bisa melakukan apa saja.Mas Adit melangkah sambil merangkul bahuku."Itu artinya, Kak Laura aman disini. Meski un
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBab 11Sepasang matanya yang dihiasi bulu mata tebal, juga pewarna dengan aksen smoke, memandangku tajam. Kami bertatapan sekian menit lamanya sementara si lelaki ikut mengamatiku. Entah apa yang kulakukan, nekat atau ceroboh, terserah. Aku telah membantunya malam itu, jadi pantaskah dia membalasnya dengan cara menggoda suamiku?"Suamimu tidak pernah menyimpan rahasia dariku. Dan aku jamin, dia tak akan pernah menyakiti hatiku. Jadi berhentilah berbuat bodoh. Silahkan mencari lelaki lain yang mau kau rayu. Tapi bukan suamiku."Lika diam saja mendengar aku memakinya. Aku berbalik dan berjalan dengan cepat menuju taksi online yang masih menunggu. Tiba di rumah, dengan nafas terengah-engah, aku merebahkan diri, teringat pada janin dalam perutku. Aku memejamkan mata. Apakah yang kulakukan tadi salah?Masih kuingat wajahnya yang tanpa ekspresi tadi. Entahlah, aku bukan Emily yang pandai membaca raut wajah orang lain. Aku hanya tahu b
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA musim ke-2. SISA RASA TERTINGGALBab 10Aku belum pernah merasa marah dan cemburu sehebat ini. Bahkan dengan Bang Arga dulu, aku tak pernah merasa. Hubunganku dengannya terlalu mulus, tanpa sedikitpun gelombang. Bang Arga yang sangat mencintaiku, sama sekali tak pernah membuatku cemburu. Akibatnya, akulah yang sering membuat ulah hanya karena ingin menepis rasa bosan. Salah satunya, dekat dengan Mas Adit yang dulu jelas jelas hanya menggoda.Aku mengusap wajah. Kemarin, aku bahkan masih meragukan cintaku padanya. Tapi hari ini, membaca chat WA dari nomor tak dikenal, yang bahkan sama sekali belum dibaca oleh Mas Adit membuat dadaku berdebar hebat. Aku terbakar oleh amarah dan api cemburu.Tring!Pesan itu masuk lagi. Kali ini sebuah foto. Foto yang sangat vulgar. Dan aku semakin meradang mengetahui siapa yang mengirimkan foto itu.Lika!Dia berpose sensual, memakai baju dengan dua tali di pundak, tipis berenda-renda sehingga aku tahu dia tak memakai apa apa l
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAmusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBab 9Mas Adit, jika malam ini terjadi sesuatu padaku, aku minta maaf. Entah bagaimana caranya, aku ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu. Dan sama sekali tak lagi ada keraguan tentang itu.Krieett…Pintu terbuka, sesosok tubuh melangkah masuk, aku memejamkan sambil menjerit dan mengayunkan sapu lidi di tanganku."Aaaaaaaa…!"Bag bug bag bug…"Winda! Berhenti sayang. Ini aku!"Tanganku gemetar, rasanya telingaku kebas, tak mampu mengenali suara yang samar-samar kukenali itu. Kenapa dia memanggilku? Kenapa dia tahu namaku? Dan kenapa dia bahkan tak menghindari semua pukulanku?Tangan itu lalu sigap menangkap sapu lidi yang sudah beberapa kali menghantam tubuhnya, lalu melemparnya ke sembarang arah. Dengan paksa, dia memelukku, menarikku ke arah saklar lampu dan menghidupkan lampu. Seketika terang benderang, dan aku terpana memandang wajah yang telah membuatku menangis semalaman."Mas Adit?""Winda? Kamu kenapa Sayang? Ya Allah… ma
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 Sisa Rasa TertinggalBab 8PoV WINDA"Mas Arfan, Mas Aditya sebenarnya kemana? Sejak sore tadi WA ku ceklis satu."Mas Arfan tersenyum dengan wajah tenang. Kami baru saja selesai makan malam di rumah Emily. Makan malam yang nyaris tak dapat kutelan karena gelisah mengingat suamiku tak ada disini. Terlebih, aku harus satu meja dengan Bang Arga dan Riana. Meski Mama dan juga Emily ada didekatku, aku masih juga tak bisa membuang rasa canggung itu. Aku masih sering teringat bagaimana dulu Bang Arga begitu menyayangiku. Belum lagi mata Riana yang terus memperhatikan walau sembunyi-sembunyi. Tapi setidaknya aku sedikit lega, Riana tak seketus itu lagi. Entah apa yang Emily katakan padanya."Aditya melakukan sebuah pekerjaan rahasia Winda. Maaf, aku tak bisa memberi tahukan-nya padamu."Aku terdiam. Tugas rahasia. Aku tahu bahwa Mas Adit adalah orang kepercayaan Mas Arfan. Mereka telah bersama bahkan jauh sebelum aku dan Emily mengenalnya. Dan tentu saja a
PACAR ABANGKU SAKIT JIWAMusim ke-2 SISA RASA TERTINGGALBAB 7PoV EMILYKami duduk di bangku taman belakang rumah sakit. Dimana beberapa buah bangku kayu dipasang permanen di atas semen-semen yang di cat warna warni. Pohon-pohon akasia yang rindang dan meneduhkan taman belakang ini adalah salah satu tempat favorit para perawat untuk mengawasi pasien. Pada jam-jam tertentu, mereka akan dibawa ke sini, berinteraksi dengan sesama pasien, meski lebih sering berakhir dengan kekacauan. Aku bergidik membayangkannya. Ah, betapa menyedihkannya hidup ketika sebagian kewarasan telah terenggut darimu."Kamu kesini sendirian?"Winda mengusap matanya yang basah, lalu mengangguk. Setelah banyak peristiwa menyedihkan terjadi dalam hidupnya, Winda yang dulu periang, perlahan berubah menjadi Winda yang pendiam dan dewasa. Jujur saja, aku merindukan dia yang dulu, yang sering membuatku jengkel, tapi juga kadang membuatku tertawa. Hidup memang serumit itu."Aku nggak bisa tidur dengan tenang, Em. Kamu p