Kencan adalah hal yang paling sangat ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan, apalagi bagi mereka yang baru saja meresmikan hubungan. Pasti so sweet banget, dong.Diberikan bunga saat ngapel, atau juga bisa coklat. Lalu, dijemput menggunakan motor agar bisa duduk berbocenggan dengan tangan si cewek memeluk sang cowok di depannya. Dih, bayangin aja udah senyum-senyum gaje, apalagi kalau itu nyata. Makin tantrumlah itu jantung.Akan tetapi, berbeda dengan pasangan lain yang memulai hubungan mereka menggunakan kata-kata manis nan puitis, sementara aku dan Tama justru mengawalinya dengan sebuah sandiwara, kemudian hutang, dan berujung menjadi sepasang kekasih.Gila bukan? Ya, itulah kami.Cinta? Apa itu? Bentuknya seperti apa?Tolong, jangan tanyakan hal seperti itu kepadaku! Aku saja tidak tahu menahu akan itu. Diriku terlalu sibuk mencari nafkah untuk diri sendiri. Ditambah hutangku yang ratusan juta itu. Sungguh membuatku terlalu malas memikirkannya. Malang nian nasibku selama ini. An
"Kamu mau 'kan, kencan sama aku?" tanya Tama lqgi. "Ok, aku mau. Tapi, ada syaratnya.""Apa itu?""Aku mau di kencan pertama kita, kamu ajak aku keliling naik motor. Bagaimana?" Peduli setan dengan apa yang akan Tama pikirkan tentang pengajuan syaratku. Lagian, suruh siapa ngajakin kencan anak gadis yang belum pernah deket sama cowok, yaitu resikonya. Tak pernah terbayangkan dalam hidupku, di usia kepala 3 aku baru mengalami yang namanya kencan. Jika dingat-ingat, semasa aku hidup, tidak ada satu pun lelaki yang mendekati, ataupun berusaha mengajakku kencan. Apa aku sejelek itu hingga tak ada satu pun lelaki yang mau mengajakku kencan?Setelah kejadian siang tadi di ruangan Tama, aku memilih kembali ke meja kerja. Pria itu sebenarnya belum menyanggupi persyaratan yang aku buat, tetapi karena suatu alasan membuatku tak bisa berlama-lama di sana.Kini, jam pulang kerja sudah selesai beberapa waktu yang lalu. Akan tetapi, pria tua di dalam sana belum juga keluar ruangan. Aku menghela
"Cie, yang kemarin habis kencan!"Aku langsung menarik tangan Nadia untuk masuk ke dalam lift. Kami baru saja menikmati makan siang bersama, sednagkan Tama sedang rapat dengan klien didampingi oleh Gilang. Entah alasannya apa, tetapi pria itu terlihat masam saat akan berangkat tadi.Aku juga sudah menanyakan, tetapi dia bilang baik-baik saja. Jadi, di sinilah aku sekarang, kantin. Namun, Nadia justru membuatku hampir kena serangan jantung karena berkata dengan begitu polosnya di depan banyak orang. "Gak usah berisik, deh! Lagian, kamu itu sengaja yah, bikin aku makin dibenci sama karyawan sini, yah?" Aku mendengkus. Nadia lalu memeluk lenganku dan membiarkan kami berdiri layaknya sepasang kekasih yang sedang tengkar. "Maaf, Bestie. Soalnya, sedari tadi pagi udah kutahan di tenggorokan. Jadi, waktu udah kelar ngisi bensin auto tancap gas, sampai lupa nginjek rem.""Alasan!"Kurasakan tanganku terus digelendoti oleh Nadia dan sebenarnya aku sedikit kesulitan. Tubuh Nadia sedikit beris
Menurut kalian, apa hal yang paling menakutkan di dunia ini?Punya pacar kaya, baik, royal, tapi punya calon mertua yang super duper bawel?Atau,Punya calon suami dingin, nyebelin, suka ninggalin pas lagi sayang-sayangnya, tapi calon mertua super duper baik pakai telor?Duh, kayaknya kok hidupku ribet banget, yah. Mau dapat cowok saja rasanya susah seperti mau kencan sama bias. Oh, mending berhalu yang pastinya gak bikin sakit hati. Jika dalam dunia nyata, justru ternyata lebih perih dan pahit.Taehyung~ah, tarik aku ke duniamu!Jiah, mulai lagi kan kegilaanku. Semua bermula dari kejadian tadi siang di kantor. Saat itu nyonya Anggun yang main nyelonong masuk ruangan Tama memergoki aku dan Tama sedang dalam posisi yang pasti akan membuat orang tua salah paham. Tapi, please! Kami tidak melakukan hal lain, selain main pangku-pangkuan saja. Jika pun hendak bertindak lebih, salahkan saja Tama Kacrut itu. Dia yang mesum. Dia juga yang selalu membuatku terbang, tetapi juga sering dihempas
Mataku mengerjap kaget saat mendapati Bang Kai berada di lantai paling atas. “Oh, aku baik-baik saja. Kamu ngapain di sini?” “Aku mau–”Belum selesai Bang Kai mengatakan tujuannya, satu tangan besar tiba-tiba menarik tubuhku dari dekapan Bang Kai. “Ada apa, Pak? A-apa Anda membutuhkan sesuatu?” tanyaku linglung.Ada apa dengan dua lelaki ini. Bang Kai datang secara tiba-tiba, sedangkan lelaki di depanku justru menatapku dengan tatapan sulit kuartikan. Pria itu bukannya menjawab, tetapi semakin mendekatkan wajahnya ke arahku dan hal itu tepat di depan 3 orang yang ada di sana. “P-pak, Anda mau ngapain? I-itu– ada orang di belakang kita,” ujarku berusaha mengingatkan.Akan tetapi, Tama sama sekali tak terusik dan tetap mendekatkan wajah kami hingga bibir kami saling bertemu. Cup. Aku terdiam, shock, hingga sulit berkata-kata sampai lumatan-lumatan kecil itu menyadarkanku. “P-pak,” ujarku berusaha lepas dari pelukannya.Akan tetapi, tangan pria itu semakin mengerat di pinggangku dan da
Setelah 6 tahun aku mengabdi di kantor ini, baru kali ini aku mendengar sebuah pemecatan yang sangat tidak masuk akal. Aku berkali-kali berusaha untuk mencari tahu letak di mana kesalahanku, tapi tidak ada. “Apa alasan kamu memecatku?” Sudah muak aku beramah tamah selama ini. Kupandang wajah bos yang selama ini sudah membuat hidupku tidak karuan. Namun, karena sebuah kesalahan yang tidak ku ketahui, nasib pekerjaanku berada di ujung tanduk.“Aku hanya tidak ingin mempunyai sekretaris yang suka mencuri barang milik orang lain?”“What? Mencuri?” Tuduhan itu membuyarkan semua harapan dan juga keinginanku untuk menjadi seorang wanita sukses. Aku tertawa gamang, lalu kutatap wajah Tama dengan sorot mata kecewa. “Serius kamu menganggap aku mencuri?” tanyaku sekali lagi.Tama masih mempertahankan wajah datarnya dan itu benar-benar membuatku tak habis pikir. Jika memang ini adalah kenyataan, alias bukan mimpi, atau sekadar prank maka dia berhasil membuatku kecewa.“Dengar, Gartama Wirasesa. A
Aku sudah seperti jalang handal yang pandai memuaskan lelaki mana pun. Padahal, ini adalah kali pertama aku bersikap di luar nalarku. Semua berawal dari perasaan muak dan juga emosi hingga terus membiarkan ciuman kami berlangsung panjang. Aku bahkan terus mendorongnya hingga bibir kami terus saling serang tanpa peduli di mana kami sedang berada. Sampai ketika aku merasa tubuhku didorong olehnya.“Tidak, Naina!” Tama melepaskan pagutan yang sedang kami lakukan. Matanya berkilat takut dan juga cemas. Dia bahkan tak berani menatapku dan lebih memilih melihat ke arah lain.Aku mencebik. “Kenapa? Ini aku Naina, Tama. Seorang sekretaris yang sering menggoda para karyawan, bahkan klien.” Tanganku kini sengaja kutaruh di atas bahunya, lalu menari-nari di atasnya sampai ketika tanganku dengan berani melepaskan jas milik si bos.Kegilaanku sepertinya sudah menutupi kewarasanku sampai-sampai aku tak peduli sedang di mana kami berada sekarang. Cctv? Ah, aku langsung mendongak ke bagian pojok r
Bayangan akan melakukan hal yang sama sekali tidak pernah kulakukan membuatku merinding, bahkan aku langsung berjengit kaget ketika tangan pria itu menyusup ke belakang kepalaku. Ada rasa asing yang menyelinap masuk ke dalam perasaanku, tetapi membuatku seolah ketagihan. Aku membuka mata dan melihatnya sedang menatapku dengan tatapan sayu dan hal itu menghipnotisku hingga sebuah benda kenyal kembali merangkum bibirku.Kupejamkan mata saat Tama kembali mengabsen isi rongga mulutku. Geli, aneh, tetapi aku suka. Bukankah ini salah? Tapi, kenapa aku tak bisa menghentikannya? Astaga! Sepertinya aku memang benar-benar sudah haus akan belaian pria tua di hadapanku.Ciumannya yang begitu lembut dan tanpa tanpa nafsu ini semakin membuatku terlena. Aku mulai terbuai hingga tanpa sadar tangan ini ikut mengalung indah di belakang kepalanya seolah memintanya memperdalam ciuman kami.Akan tetapi, ketika tangan pria itu mulai menyusup di balik blouse yang kugunakan, aku segera mendorong tubuhnya.