“Hei, Sayang. Sudah pulang ternyata,” kata ibu Rianti yang baru saja selesai memotong sayur.
“Em, sudah.”
“Mama sedang apa?” kata Linda lagi sambil duduk di samping ibunya.
"Lagi masak lah.”
Mama kesal dengan pertanyaan anaknya yang konyol, sudah lihat dirinya memasak malah masih lempar pertanyaan.
“Hehehe,“ jawab Linda tak merasa aneh.
“Aku besok mau ke pantai, Mama tidak apa kan jika besok aku tidak di rumah?” ucap Linda khawatir.
Linda memang begitu, selalu menghawatirkan keadaan ibunya, ia sangat takut kalau terjadi apa-apa pada Ibunya. Takut mengalami kejadian apa yang ayahnya alami.
“Memang mama sakit parah seakan tak mampu lagi berjalan? Apa kau meremehkan otot tulang besi mama ini,” ucap ibu Rianti seraya menunjukkan lengannya agar Linda tidak cemas.
“Apalah mama ini, sudah jelas tangannya lembek kaya ubur-ubur gitu,” ucap Linda terkekeh geli dengan tingkah ibunya.
Siti yang mendengarkan jawaban wanita muda itu ikut tertawa, terbawa suasana lucu.
Sore pun berganti malam ketika matahari telah membenamkan cahayanya, memunculkan bulan dan bintang di langit yang begitu indah seakan mata selalu tertuju padanya.
“Malam yang begitu indah, andai saja ada seseorang yang saat ini bersama ku. Mungkin malam ini tak menjadi kelam bagiku,” ucap Linda dalam benaknya seraya melihat bintang di langit.
Berdiri di pakar rumah sambil memegang secangkir teh hangat di tangannya.
“Dasar bodoh! Siapa pula yang mau denganmu, jangan ngehalu ketinggian deh Lin,” kata Linda Yang berbicara dengan dirinya sendiri sambil memukul pelan kepalanya.
Seorang lelaki yang keluar dari rumah samping rumah Linda, bernama Damar Surya yang baru pindah dari luar kota dan membeli rumah yang awalnya kosong itu.
Ia tak sengaja mendengar wanita yang sedang berbicara sendiri seperti orang gila.
“Makanya buruan nikah entar ketuaan, sudah jelas perawan tua,” ucap lelaki itu seakan mengejeknya dari seberang pagar yang sedang melihat langit juga.
“Eh...siapa lagi kamu tiba- tiba menyambar seperti bensin motor, ikut campur urusan aku! Kamu saja jadi lajang tua,” jawab Linda marah seakan dia kepergok sedang berbicara sendiri, wajahnya memerah seketika dan langsung masuk ke dalam rumah.
“Kamu tuh yang gila ngomong sendiri, kenapa malah aku? Dasar Wanita gila,” ucap Damar kesal sekaligus melirik wanita itu yang tadinya dia hanya ingin bercanda dan berkenalan tetapi tetangganya menanggapi dengan serius mungkin moodnya kurang baik.
“Biarin saya gila! Ditimbang kamu gila tapi pura-pura waras,” jawab Linda lagi dan menutup pintu rumah.
“Buset deh, mimpi apa aku punya tetangga galak seperti wanita itu,” gumam damar dalam batinnya sambil melangkah dan kembali ke rumah.
Ibu Rianti yang melihat anaknya masuk dengan wajah yang kesal seakan baru saja terjadi tawuran di jalan raya, dilanda keheranan melihatnya.
“Kenapa kamu nak?” Ibu bertanya heran.
“Ada orang gila di samping rumah kita, mungkin dia mau mencuri di rumah kosong itu,” ucap Linda memikirkan yang tidak-tidak pada lelaki itu sambil menatap ibunya.
“Mana mungkin, jangan-jangan yang kamu lihat itu tetangga baru kita lagi,” jawab ibu.
“Eh, masa iya sih,” kata Linda tak yakin.
“Tadi pagi dia baru pindahan ke rumah kosong itu,” ucap ibu menjelaskan.
“Ya elah. Bisa gila benaran aku tetanggaan sama dia,” rutuk Linda dalam batinnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Kamu kenapa?” tanya ibu Rianti membuyarkan lamunan Linda.
“E-nggak mah, aku mau tidur,” jawab Linda beranjak masuk kamar.
******
Linda bangun tidur lalu mandi dan sarapan seperti rutinitas biasanya. Berdandan dan menata segala peralatan yang mungkin akan di butuhkan ketika di pantai nanti bersama sahabatnya itu.
Suara deringan telepon terdengar dari handphine miliknya, ya siapa lagi kalau bukan Jessica yang sudah menunggu di depan pagar rumah.
Linda belum mengucapkan sesuatu terhadap Jessica, dia sudah berbicara duluan.
“Lin, cepetan aku udah nunggu nih di depan rumahmu,” kata Jessica dengan nada nyaring seakan sedang di tinggal pesawat yang mau meluncur.
Linda yang mendengarnya sedikit peka akibat desingan suara Jessica.
“Bisa enggak kamu kecil in suaramu itu,” kata Linda kesal sambil memegang telinganya yang sedikit sakit.
“Iya maaf. Terbawa suasana bahagia,” kata Jessica merasa bersalah.
“Aku turun ke bawah ini, tunggu bentar,” ucap Linda sambil menutup telepon dan beranjak keluar kamar.
Setelah keluar kamar Linda berpamitan dengan mamanya yang sedang berada di ruang tamu menonton televisi.
“Maa aku pamit ya, jalan-jalan sama Jessica,“ ucap Linda sambil menyalam ibu Rianti.
“Hati-hati.”
“Siap, Ma,” ucap Linda tersenyum dan keluar rumah dengan penampilan kece.
Jessika yang sudah menunggu di luar dengan mobil merahnya karena dia memang lebih suka memakai mobil jika ingin pergi sedangkan Linda lebih suka mengendarai sepeda motor tetapi bawaan mereka cukup banyak jadi lebih baik menggunakan mobil.
“Keren penampilanmu, Lin,” puji Jessica melihat penampilan Linda yang berbeda dadi biasanya.
“Ah bisa aja kamu, Jes,”
“Berangkat! Yuhuuuu....” ucap Jessica dan Linda serentak ketika mobil melaju.
Perjalanan menuju pantai dimulai, perkiraan akan sampai dengan memakan waktu 3 jam.
“Pasti seru, kita bakal jumpa cowok-cowok keren tentunya,” ucap Jessica bersemangat.
“Aku mah mau santai, merenggangkan otot-otot dan otak gua yang kram ini, akibat mikirin kerjaan kantor,” ucap Linda sambil memegang kepalanya yang tidak pusing.
“Hahaha... kaki kali yang kram,” ledek Jessica.
“ ledek aja terus,” Linda melipat kedua tangannya melihatkan kekesalan.
*****
“ Riel. Ayo main selancar, ya, sekali kali kan main di pantai kita seluncur,” ajak Iqbal sambil menepuk pundak Ariel.
Iqbal adalah teman dekatnya Ariel di Indonesia, walaupun sekian lama ia menghilang dari Indonesia, wajar saja jika mereka tetap akrab karna Ariel adalah sahabat lama Iqbal sendiri dan dia lebih suka memanggil dengan sebutan Riel padahal yang lain memanggilnya tuan muda bisa juga dengan Ariel Felino nama lengkap dia sendiri.
“ Hm. tidak kamu saja,” ucap Ariel seadanya dan tersenyum tipis. Melihat Iqbal.
“ ayolah kawan! hanya bersenang – senang sebentar, lagi pula sudah lama kita tidak seperti ini!” ajakan kembali Iqbal, Dan menarik tangan Ariel.
“ O. Oke, Oke, aku ganti baju dulu, kamu duluan aja yaaa!” Kata Ariel seakan memaksanya untuk berkata iya.
“ kamu memang tidak berubah Riel selalu saja tidak suka Keramaian seperti ini! sikap diam dan tak ingin dengan segala berbaur sensasi telah menguasai hati dan pikiran aneh mu.” ungkap Iqbal dalam benaknya. Sambil melirik Ariel masuk ke ruangan ganti untuk mengganti pakaian.
Flasback
Saat Ariel masih fokus dengan pandangan ke bawah dari jendela kamarnya bertepatan dengan suara telepon di atas ranjang berdering.
Ariel pun tak lama mengangkat, dan terdengar suara pria dari seberang telepon berkata. Ya, siapa lagi kalau bukan Iqbal Teman dekat Ariel sejak lama.
*****
[halo Riel, aku dengar lo udah di Indonesia ya? Kok Ngga kasi kabar si lo!] tanya Iqbal kesal karna dia tidak mengabari temannya itu.[soryy. Bro, bukan maksud seperti itu, gua juga baru pulang minggu lalu. Kalau lo enggak yakin tanya aja sama bos gua!] ucap Ariel seadanya. Dan berusaha menjelaskan di telepon.[ayah lo. getu Riel?] tanya Iqbal seakan tak percaya.[Yaa. Jadi Siapa lagi coba kalau bukan ayah gua,] ucap Ariel sedikit bengis.[wah. Apa gerangan lo pulang ha? Untuk sekian lama!] tanya Iqbal lagi seakan memancing amarahnya di telepon.[berengsek lo. Jelas kamu uda tahu apa masalahnya, sekarang kamu bilang apa mau lo?] ucap Ariel ke intinya.Perkataan Iqbal seakan memperolok - olok atas ke pulangannya yang tiba – tiba itu dan dia juga sudah tahu apa perkara yang membuat Ariel kembali. Namun ia, hanya pura – pu
Sekian lama menelusuri pantai. Akhirnya terlihat wanita yang sejak tadi di cari oleh Linda.“Oh di situ ternyata” ucapnya.“kenapa sih Lin?” dengan santai Jessica berkata tampa merasa bersalah meninggalkan Linda, menggenggam butiran pasir lalu memainkannya.“ enak – enakkan lo di sini ya, lah gue nyariin lo dari tadi, gitu santuy berasa gak ada apa apa.” Ucapnya kesal menyodorkan makanan “Nih punya lo!”“Makasih Lin, lo emang sahabat gue,maaf ya,udah ninggalin lo, hehehe ...” Jessica memeluk Linda sebagai tanda maaf darinya.“ Ah, apaan si lo, dikira orang kita Lesbi tau gak!” Linda melepaskan tangan yang telah merangkul leher, seperti telah mencekiknya itu.Jessica dan Linda menikmati suasana pantai, sambil melahap makan yang telah dibawa dari jauh tempat.&nbs
Linda Permata adalah seorang gadis yang pintar dan selalu bisa diandalkan di keluarganya. Setelah kepergian ayah beberbapa tahun yang lalu, Ia hanya tinggal dengan ibunya saja.Tak heran jika ibunya sangat menyayangi karena ia anak semata wayang di keluarga Linda yang telah ditinggalkan ayahnya.Linda terbangun dari tidurnya.“Sudah jam 06.30 wah aku hampir telat,” ujar Linda dan bangun dari ranjangnya.Linda adalah salah satu staf di sebuah perusahaan milik tuan angga sekaligus direktur utama.Krek ...Krek ...Pintu kamar terbuka.Ia keluar kamar dengan pakaian rapi sekaligus memakai jas hitam, siap untuk berangkat ke kantor.“Lin, nggak makan dulu?” kata sang Ibu dari meja makan yang sedang menyantap sarapan.“Nggak ma, aku hampir telat udah!” kata Lin
“Ah, aku lapar!” seru Linda.“Loh kenapa? Belum sempat sarapan ya?” tanya Jessica heran.“Iya nih, aku hampir kesiangan,” jawab Linda sedih sambil menutup laptop kerjanya." buruan la ...?" pandangan Linda ter alih dengan seorang wanita.Belum selesai percakapan Linda dan Jessica, Intan yang baru keluar dari ruangan Pak Angga lalu mendekati ruangan semua karyawan Seraya berkata,“Kalian jangan pulang dulu ya, karena ada yang mau disampaikan oleh Pak Angga di jam pulang,” ucap Intan sambil kembali kemejanya lagi.“Emm ... emang ada apa ini?” tanya Jessica penasaran.“Katanya Pak Angga mau pensiun,” jawab Intan seadanya sembari duduk di tumpatnya.“Loh Yang gantiin siapa dong?” tanya Jessica lagi.“Ya anaknya lah! Siapa lagi?” ucap intan.