Linda Permata adalah seorang gadis yang pintar dan selalu bisa diandalkan di keluarganya. Setelah kepergian ayah beberbapa tahun yang lalu, Ia hanya tinggal dengan ibunya saja.
Tak heran jika ibunya sangat menyayangi karena ia anak semata wayang di keluarga Linda yang telah ditinggalkan ayahnya.
Linda terbangun dari tidurnya.
“Sudah jam 06.30 wah aku hampir telat,” ujar Linda dan bangun dari ranjangnya.
Linda adalah salah satu staf di sebuah perusahaan milik tuan angga sekaligus direktur utama.
Krek ...
Krek ...
Pintu kamar terbuka.
Ia keluar kamar dengan pakaian rapi sekaligus memakai jas hitam, siap untuk berangkat ke kantor.
“Lin, nggak makan dulu?” kata sang Ibu dari meja makan yang sedang menyantap sarapan.
“Nggak ma, aku hampir telat udah!” kata Linda mengambil kunci motor yang ada pada tasnya sambil terus berjalan keluar rumah.
“Entar makan di Kantin aja!”
“Oh, ya udah hati-hati bawa motor jangan ngebut.” pesan ibu khawatir.
Linda pun pergi tanpa membalas ucapan dari mama karena ia sudah keluar dari rumah dan menaiki motor menuju kantor.
“Huh, setiap hari kerja hari libur pun belum sempat kemana-mana, bosen juga aku,” ucap batinnya dan mengerutkan kening, ketika sampai di kantor.
Sebenarnya selama dua bulan terahir ini Linda tidak pernah ikut ke mall atau pun jalan-jalan bersama sahabatnya, biasa mereka selalu pergi bersama ketika hari libur di kantor.
Tetapi semenjak kejadian mama Linda yang mendadak jatuh sakit, sejak itu juga Linda Lebih cepat pulang dan setelah hari libur ia juga hanya di rumah untuk menemani mamanya.
Flasback
Ketika pulang dari kantor sore itu, Linda melihat mamanya sudah tergeletak di lantai. Ia segera berlari ke arah ibu Rianti, Mama Linda. Sekaligus berteriak memanggil Pembantu yang ada di rumah wanita itu Dan tergesa – gesa.
“A-mel,” teriak Linda dengan nyaring karena panik terlihat dari raut wajahnya yang sedikit pucat.
“Iya non, sebentar!” sahut amel dari teras belakang rumah.
Sesampainya sampai di ruang tamu, Amel melihat ibu tergeletak di samping Non Linda.
“Astaga, kenapa ibu non?“ tanya amel kaget dan langsung mendekat pada mereka.
“Aku tidak tahu! Sementara saya baru pulang dari kantor,“ jawab wanita itu bingung.
“Sudah la Mel, jangan banyak tanya. Bantu aku bawa ibu ke kamarnya.”
“Baik, Non.”
Flasback off
Linda pun melepaskan helm pada kepalanya, sejenak ia melihat jam tangan untuk memastikan apakah dia sudah terlambat.
Ya benar saja dia masih tepat waktu datang ke kantor, yang tadinya ia kira sudah telat. Namun hari ini sepertinya sedang berdamai dengannya sehingga dia tidak terjebak macet.
Wanita dengan penampilan cantik dan anggun itu melangkah ke ruangan menaiki lift. Tak lama pintu lift pun terbuka. Linda masuk dan menekan tombol 5 tempat dia bekerja. Pintu lift pun terbuka.
Wanita itu pun langsung keluar dan menuju meja kerja.
“Hai, Sayangku! Kenapa wajahmu, Lin? Udah seperti istri yang habis di omelin suami aja!” ledek Jessica sahabat Linda yang sudah terlebih dahulu tiba di kantor.
“Eh, apaan kamu jes? Masih pagi lagi sudah ngajak ribut,”
“Boro-boro suami! Pacar aja nggak ada.” Sontak Linda kesal.
“C–ciee. Dia marah, serem juga ya kalau Linda marah udah mau makan orang aja aku lihat,” jawab Jessica lagi.
Jessica memang sering mencari masalah dengan Linda tapi walaupun begitu mereka adalah sahabat yang sangat dekat, semenjak kuliah mereka sudah akrab dan jelas saja Jessica yang selalu memulai ribut dengan Linda teman lamanya itu.
“Hmm, terserah kamu aja, mau makan orang kah? Sebentar lagi kamu yang saya makan!” ucap Linda sebal sambil beranjak duduk di mejanya.
“Eah aku bercanda loh! Emang kenapa sih Cepat banget sensian! Biasa juga nggak,” tanya jessica aneh.
“Iya nih. Aku bosan ingin refreshing!” ucap keluh Linda mengerut Kan kembali keningnya.
“Oh iya, udah lama ya. Kita nggak jalan – jalan, semenjak mama mu sakit iyakan lin,” tanya Jessica memastikan.
“Terus gimana kabar Mama mu sekarang,” kata Jessica lagi.
“Alhamdulillah udah membaik!” jawab Linda tersenyum tipis.
“Husss... ini kita mau kerja atau ngomongin Aja?” ucap Linda mengingatkan sambil memukul pelan Jessica.
Linda kembali menyibukkan diri dengan berkas-berkas yang ada didepannya.
“Oh iya, lupa kirain lagi di kantin,” kata Jessica sambil memegang keningnya yang tidak pening.
“Kalau sempat di lihat Pak Angga! Susah urusannya bisa dipecat kita!” kata Jessica khawatir.
Di dalam ruangan Pak Angga sedang sibuk menata berkas-berkas yang sudah ia tandatangani kontrak dengan klien mereka yang bersedia berkerja sama.
Pak Angga adalah pemilik perusahaan di bidang industri dan ia sudah berumur 40 tahun, memiliki istri dan anak laki-laki yang juga semata wayang yang akan menggantikannya untuk mengurus perusahaan nanti.
“Ya Tuhan, mungkin aku sudah ah cukup lelah untuk memegang perusahaan ini! Apa Aku pensiun saja? Dari perusahaan ini! Lagi pula dia sudah pantas memegangnya,” ucap batin Pak Angga sambil menyeruput secangkir kopi yang ada di meja kerja.
Selesai menandatangani semua berkas, Pak Angga menelepon sekretaris.
“Cepat ke ruangan saya!” kata pak Angga lantang ditelepon memanggil sekretaris.
Tok ...
Tok ...
Terdengar suara pintu di ketuk.
“Masuk,” kata pak Angga.
“Ada apa, Pak?” tanya intan sekretaris Pak Angga.
“Saya mau kamu kumpulkan semua karyawan sebelum jam pulang kantor. Karena saya akan pensiun!” ucap pak Angga dengan nada sedang.
Deg. Deg.
Jantung Intan berdetak kencang karena tersentak kaget mendengar ucapan dari mulut Pak Angga atas perkataan yang akan mengundurkan sebagai pemilik perusahaan, seketika iya terbengong.
“Waduh, kenapa Pak Angga berbicara seperti itu? Jangan-jangan perusahaan ini bangkrut lagi!? Eh tapi nggak mungkin semua masih tetap aman dan terkendali. Kalau benar adanya! Habis la aku dan semua karyawan bakal di PHK,” ucap batin intan.
“Hei, ada apa lagi! Apa kurang jelas?” tanya pak Angga bengis membuyarkan Lamunan Intan.
“Ti-dak Pak,” jawab Intan gugup sambil menundukkan pandangan.
“Kamu pikir Perusahaan kita bangkrut begitu?”
“Anak saya yang akan menggantikannya! Saya sudah cukup tua dan ingin beristirahat di rumah saja,” ucap pak Angga dengan santai sambil menyibukkan diri dengan komputer di depannya.
“Baik pak, saya permisi” kata Intan
“Hmm,” ucap pak Angga dan fokus dengan kerjaannya lagi di depan laptop.
“Syukur deh, kirain gua bakal dipecat. Jantung gua udah sher- sheran aja dari tadi,” batin intan sambil melangkah keluar dari ruangan pak Angga.
Setengah harian suntuk para karyawa di sibukkan dengan berkas serta komputer yang tak henti di ketuk. Akhirnya tiba waktu dimana dapat menghentikan semua aktivitas kerja.
Jam makan siang telah tiba.
*****
“Ah, aku lapar!” seru Linda.“Loh kenapa? Belum sempat sarapan ya?” tanya Jessica heran.“Iya nih, aku hampir kesiangan,” jawab Linda sedih sambil menutup laptop kerjanya." buruan la ...?" pandangan Linda ter alih dengan seorang wanita.Belum selesai percakapan Linda dan Jessica, Intan yang baru keluar dari ruangan Pak Angga lalu mendekati ruangan semua karyawan Seraya berkata,“Kalian jangan pulang dulu ya, karena ada yang mau disampaikan oleh Pak Angga di jam pulang,” ucap Intan sambil kembali kemejanya lagi.“Emm ... emang ada apa ini?” tanya Jessica penasaran.“Katanya Pak Angga mau pensiun,” jawab Intan seadanya sembari duduk di tumpatnya.“Loh Yang gantiin siapa dong?” tanya Jessica lagi.“Ya anaknya lah! Siapa lagi?” ucap intan.
“Hei, Sayang. Sudah pulang ternyata,” kata ibu Rianti yang baru saja selesai memotong sayur.“Em, sudah.”“Mama sedang apa?” kata Linda lagi sambil duduk di samping ibunya."Lagi masak lah.”Mama kesal dengan pertanyaan anaknya yang konyol, sudah lihat dirinya memasak malah masih lempar pertanyaan.“Hehehe,“ jawab Linda tak merasa aneh.“Aku besok mau ke pantai, Mama tidak apa kan jika besok aku tidak di rumah?” ucap Linda khawatir.Linda memang begitu, selalu menghawatirkan keadaan ibunya, ia sangat takut kalau terjadi apa-apa pada Ibunya. Takut mengalami kejadian apa yang ayahnya alami.“Memang mama sakit parah seakan tak mampu lagi berjalan? Apa kau meremehkan otot tulang besi mama ini,” ucap ibu Rianti seraya me
[halo Riel, aku dengar lo udah di Indonesia ya? Kok Ngga kasi kabar si lo!] tanya Iqbal kesal karna dia tidak mengabari temannya itu.[soryy. Bro, bukan maksud seperti itu, gua juga baru pulang minggu lalu. Kalau lo enggak yakin tanya aja sama bos gua!] ucap Ariel seadanya. Dan berusaha menjelaskan di telepon.[ayah lo. getu Riel?] tanya Iqbal seakan tak percaya.[Yaa. Jadi Siapa lagi coba kalau bukan ayah gua,] ucap Ariel sedikit bengis.[wah. Apa gerangan lo pulang ha? Untuk sekian lama!] tanya Iqbal lagi seakan memancing amarahnya di telepon.[berengsek lo. Jelas kamu uda tahu apa masalahnya, sekarang kamu bilang apa mau lo?] ucap Ariel ke intinya.Perkataan Iqbal seakan memperolok - olok atas ke pulangannya yang tiba – tiba itu dan dia juga sudah tahu apa perkara yang membuat Ariel kembali. Namun ia, hanya pura – pu
Sekian lama menelusuri pantai. Akhirnya terlihat wanita yang sejak tadi di cari oleh Linda.“Oh di situ ternyata” ucapnya.“kenapa sih Lin?” dengan santai Jessica berkata tampa merasa bersalah meninggalkan Linda, menggenggam butiran pasir lalu memainkannya.“ enak – enakkan lo di sini ya, lah gue nyariin lo dari tadi, gitu santuy berasa gak ada apa apa.” Ucapnya kesal menyodorkan makanan “Nih punya lo!”“Makasih Lin, lo emang sahabat gue,maaf ya,udah ninggalin lo, hehehe ...” Jessica memeluk Linda sebagai tanda maaf darinya.“ Ah, apaan si lo, dikira orang kita Lesbi tau gak!” Linda melepaskan tangan yang telah merangkul leher, seperti telah mencekiknya itu.Jessica dan Linda menikmati suasana pantai, sambil melahap makan yang telah dibawa dari jauh tempat.&nbs