Share

Bab 2: Apapun Akan Kulakukan Demi Pekerjaan

Perkataan anak bosnya beberapa saat lalu terus saya terngiang-ngiang di dalam kepala Nirmala. Ia kerap kali kedapatan tidak fokus bekerja karena pikirannya yang melanglang buana.

"Nirmala! Apa kau akan terus terdiam seperti orang idiot?! Kamu ini buta atau gimana sih kami ini sudah kelaparan dan kamu malah sibuk ngelamun gak jelas."

Mata Nirmala melebar dan cepat-cepat melangkah maju menyadari dirinya yang melamun tadi membuat antrean di kantin mengular.

"Eh— maafkan aku."

Ia yang merasa bersalah dengan karyawan lain segera menunduk dan membungkukkan badannya sebagai gestur meminta maaf.

Orang-orang di sekitarnya tentu tak menggubris gestur minta maafnya itu, mereka justru bergunjing membicarakan sikap bodoh yang Nirmala lakukan.

"Dia wanita yang sempat bertengkar dengan Nona Viola di lobi tadi kan?"

"Iya betul. Denger-denger dia memang orang aneh. Makanya jangan heran kalau kau selalu melihat dia sendirian tanpa seorang teman."

"Pantas aja. Liat aja tuh rambutnya kusut gitu mana kerempeng banget badannya."

Sayup-sayup Nirmala mendengar orang-orang yang ada di dekatnya dengan santai mencibir. Tatalannya berubah sendu dan ia hanya bisa tertunduk malu. Sampai tanpa disadari setetes air jatuh dari pelupuk matanya. Ini memang bukan yang pertama kalinya ia memdapat cibiran dan hinaan, namun bagaimanapun juga batinnya tak kunjung bisa kebal dengan hal menyakitkan seperti ini.

Tibalah giliran Nirmala untuk mendapat jatah makan siangnya. Ketika ia akan mengambil piring, seseorang yang mengantre di belakangnya dengan cepat merebut piring yang hendak diambilnya. Nirmala sedikit tersentak, namun kemudian ia menghela napas panjang dan mengambil piring yang ada di bawahnya.

Setelah mengambil piring, Nirmala menuju ke stand makanan untuk meminta petugas kantin memberikan sepiring nasi beserta lauknya.

"Kau bertubuh kecil, sudah sepatutnya makan dengan porsi kecil," kata petugas kantin mengisi piring Nirmala dengan nasi dan lauknya yang memiliki porsi lebih sedikit dari porsi karyawan lain.

Dua orang di belakang Nirmala nampak tertawa mengejek. Di situasi itu Nirmala mati-matian menahan tangisnya yang terus mendesak keluar.

"Terima kasih," lirih Nirmala lantas pergi sembari menunduk menyembunyikan air matanya.

Baru juga ia melangkah keluar dari stand makanan, tiba-tiba seseorang dengan cepat menabrak tubuh kecilnya. Nirmala yang tak siap dan memiliki refleks tak bagus akhirnya terhuyung dan tersungkur. Secara otomatis piring yang tengah ia bawa terbang ke udara dan menghantam lantai kantin dengan kerasnya.

Pranggg

Setiap mata sontak tertuju pada sosok Nirmala yang tersungkur beserta sepiring makanan yang telah berhamburan berceceran mengotori lantai.

Namun bukannya iba, para karyawan di sana justru tertawa melihat tingkah konyol Nirmala. Mereka tanpa perasaan menertawakan karyawan OG itu yang meringis kesakitan.

"Hey kau si petugas kebersihan! Kalau jalan tu pake mata, kan jadi mengotori kantin! Cepat bersihkan atau akan kuadukan ke atasanmu sekarang!" teriak seorang wanita paruh baya yang sedang bertugas memberikan lauk di piring para karyawan.

Tumpah sudah air mata yang sedari tadi Nirmala tahan. Dadanya sesak menerima berbagai hinaan dan perlakuan tak menyenangkan. Ia hanya bisa menatap nanar setengah porsi makanan miliknya yang berceceran tumpah ruah di lantai. Padahal seharusnya makanan itu menjadi makanan pertamanya yang masuk ke perutnya hari ini. Namun karena makanan itu tidak dapat lagi ia konsumsi, sepertinya seharian ini ia harus bekerja dengan menahan perihnya lambung.

Dengan sekuat tenaga Nirmala bangkit dan memunguti piring beserta lauk yang jatuh berserakan. Harga dirinya benar-benar jatuh sekarang, melihat begitu banyaknya karyawan yang menatapnya iba tanpa ada seorang pun yang tergerak untuk membantu.

Ia harus menelan kepahitan hari ini sendirian, membasuh lukanya yang mengaga di hatinya dengan air mata. Jika ditanya sebegitu tak berdayanya kah ia menghadapi berbagai penindasan dan diskriminasi, maka jawabannya adalah iya. Ketika hal menyakitkan itu menyangkut pekerjaan, ia tak akan bisa melawan. Ia terlalu pengecut untuk memperjuangkan harga dirinya dikala kata pemecatan terus membayanginya.

"Ashhh!"

Jari Nirmala terluka akibat tak berhati-hati memunguti pecahan piring yang berserakan. Ia segera mengulum jarinya untuk meredakan cairan merah yang keluar dari lukanya. Setelah itu ia kembali melanjutkan aktivitasnya membersihkan lantai kantin yang terkotori makanannya tanpa mempedulikan lingkungan sekitarnya yang terus mencibir dan menghina.

***

Krukkk ....

Nirmala terus saja memegangi perutnya yang terasa nyeri. Sedari beberapa jam lalu perutnya terus membunyikan alarm kelaparan, namun Nirmala tak menggubrisnya karena ia tak memiliki secuil makanan pun untuk mengisi lambungnya yang terasa perih

Wanita itu lantas meletakkan alat pelnya di sudut ruangan kemudian berjalan mendekati wastafel yang baru saja ia bersihkan. Ia bergerak memutar keran tersebut dan menengadahkan kedua tangannya untuk menampung air kemudian meminum air mentah hingha tandas. Setelah merasa perutnya kenyang, Nirmala hendak pergi, namun langkahnya tertahan begitu netranya melihat sebuah piring tersembunyi di belakang kulkas.

Mata hazelnya sontak berbinar begitu melihat sepotong kue pada piring tersebut. Tanpa pikir panjang Nirmala mencuil kue tersebut dan melahapnya dengan sekali telan.

"Wow, tidak bisakah kau makan dengan santai? kamu seperti orang kelaparan."

Kepala Nirmala secepat kilat menoleh dan segera membeku mendapati seorang pria yang mengenakan setelan jas berdiri di sebelahnya.

"Ah tu—tuan."

Nirmala dengan cepat menunduk dan mengusap bibirnya yang kotor akibat remahan roti yang baru saja ia makan.

Baladewa membasuh tangannya di sebelah wastafel yang digunakan Nirmala. Kemudian menengadahkan tangannya di bawah alat mengering.

Sedangkan Nirmala masih terdiam di tempat tak tahu harus berbuat apa sekarang.

Mata elang milik Baladewa menyipit melirik Nirmala yang justru tertunduk di sebelahnya.

"Kenapa? Kau tak bekerja?"

Wanita berseragam OG itu terbelalak dan spontan berlari menuju sudut ruangan dimana ia meletakkan pel.

Baladewa yang mengamati gerak-gerik aneh Nirmala hanya mengangkat salah satu alisnya heran. Saat ia hendak pergi, matanya terpaku pada piring yang tadi sempat ia lihat dipegang oleh Nirmala. Ia mengerutkan keningnya melihat kue coklat yang telah termakan setengah itu. Namun ia dibuat terkejut ketika melihat secara seksama rupanya kue tersebut telah banyak ditumbuhi jamur di permukaannya.

Tbc

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status