Beranda / CEO / Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya / Bab 6: Bertemu Pria Agresif dan Meresahkan

Share

Bab 6: Bertemu Pria Agresif dan Meresahkan

Pagi itu Nirmala menjalani rutinitas seperti biasa, berangkat kerja dipagi buta dengan berjalan menyusuri jalanan lalu menghirup udara pagi yang belum terpapar polusi. Bedanya hari ini wajahnya nampak tak begitu berseri dan tak bersemangat. Tak hanya itu, kantung matanya nampak menghitam seperti kurang tidur.

Sepanjang jalan ia cenderung diam dan memandang jalanan dengan tatapan kosong. Ia pun beberapa kali mendengus keras seolah ada beban berat yang sedang ia pikul.

"Boleh gak sih cuti dulu? Rasanya aku belum sanggup kalau harus ketemu Baladewa."

Nirmala menatap seragam biru putih yang ia kenakan. Seragam ini masih tercium aroma kain baru, ya memang seragam ini adalah pemberian Baladewa kemarin.

Saat wanita itu berjalan dengan langkah perlahan, tiba-tiba sebuah motor melaju cepat di jalanan sampingnya. Akibat kencangnya motor itu melaju, Nirmala hampir ikut terhuyung saking kuatnya angin yang menerpa. Ia lantas berteriak marah

"Wey! Jangan mentang-mentang jalanan sepi jadi seenaknya ngebut gitu aja. Awas aja nanti nyusruk."

Usai Nirmala mengucap sumpah serapah, tanpa di duga tak ada angin tak ada hujan, laju motor itu oleng dan terhempas membentur aspal.

Wanita OG itu terbelalak syok dengan mulut menganga. "ASTAGA!"

Jantungnya hampir meloncat keluar melihat pengendara yang ia sumpah serapahi telah terkapar di jalan. Tanpa babibu Nirmala berlarian menghampiri. Sejenak ia merada bersalah karena secara tidak langsung ia mendoakan kejelekan terhadapnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Nirmala khawatir membantu mengangkat motor yang menindihnya.

Seseorang dibalik helm full face itu nampak lemas. Dengan panik Nirmala membuka helm yang membungkus kepalanya. Kemudian memeriksa denyut nadi sang pengendara dengan menempelkan jarinya dibagian leher.

"Huh masih bernapas," gumamnya bernapas lega.

"Hei, apa kau mendengarku?"

Masih dengan kepanikan yang tersisa, wanita itu berusaha menyadarkan sang pengendara yang diketahui pingsan.

"Aish! Sepertinya butuh penanganan medis," gumamnya segera mengambil ponsel kecil dari saku.

"Halo, saya butuh bantuan medis. Apakah bisa mengirim ambulan ke—"

Perkataan Nirmala terpotong ketika lengannya ditarik paksa oleh pria pengendara yang tergeletak di sampingnya.

"Heh?! Kau sudah sadar?" kejutnya melihat korban kecelakaan tunggal itu telah sadar.

"Jangan menelpon ambulan, aku baik-baik saja."

Nirmala membeku mendengar sang pria bersuara. Jiwanya seolah terbius oleh merdu dan lembutnya suara pria itu.

"Halo, Mbak?"

Nirmala tersedak ludahnya sendiri dan spontan berdiri.

"Eh— oh ya .... " jawabnya gugup dengan senyuman canggung dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Bisa tolong bantu aku berdiri?" pinta pria itu kesusahan untuk berdiri.

"Oh iya astaga!"

Nirmala kembali berjongkok kemudian setengah merangkul membantu untuk bangun. Meskipun agak kesulitan mengangkat karena tubuh yang mungil, ia akhirnya berhasil.

Setelah berhasil berdiri, ia mengibas-ibaskan pakaiannya yang kotor terkena debu.

"Ap—apa ka—u terluka?" tanya Nirmala dengan terbata-bata

Dengan terang-terangan pria itu melirik Nirmala penuh minat.

"Tentu, aku sudah terlatih untuk jatuh seperti ini hehehe," jawabnya setengah bercanda.

"Kamu santai saja tak usah ketakutan seperti itu, aku bukan orang jahat yang akan menculikmu," sambungnya terkekeh geli menunjuk tangan wanita dihadapannya yang masih bergetar.

"Eh?!"

Wajah Nirmala mendadak merah padam dan segera menyembunyikan tangannya malu.

"Maafkan aku," cicitnya tiba-tiba meminta maaf.

Melihat tingkah menggemaskannya, pria itu lagi-lagi tergelak. "Tenanglah, untuk apa meminta maaf memangnya kau yang menyumpahiku?"

Gerakan Nirmala mendadak kaku. "Ehehe iy—iya."

"Oh iya kalau begitu karena kamu baik-baik saja, aku akan melanjutkan perjalananku," lanjutnya mengalihkan pembicaraan kemudian berjalan terburu-buru.

Jujur saja jika terlalu banyak berbincang, jantungnya terasa tak aman.

"Tunggu!"

Nirmala menoleh, memandang pria itu penuh tanya.

"Daripada berjalan kaki mending kuantarkan sebagai bentuk terima kasihku,," ajak pria tak dikenal itu sembari memainkan kedua alisnya naik turun.

Satu pelajaran yang Nirmala dapatkan hari ini, seseorang bersuara lembut dan menengkan belum tentu berperilaku tenang dan terkendali. Lihat saja pria di depannya ini, ia begitu agresif dan meresahkan.

"Eh! Maaf tidak perlu, lebih baik kau beristirahat dan menenangkan diri terlebih dahulu," saran Nirmala berusaha menolak sehalus mungkin.

Pria itu sama sekali tidak mendengarkan perkataan Nirmala. Ia justru mendekati motornya lalu menaikinya.

"Ayo naik. Tak baik menolak kebaikan orang lain loh!"

Nirmala menggaruk belakang kepalanya bimbang.

"Udah ayolah naik saja. Aku nggak akan menculikmu, sungguh," sahut sang pria lagi berusaha membujuk.

"Baiklah, tapi berjanjilah jangan mengebut seperti tadi," cetus Nirmala menggigit bibir bawahnya khawatir.

Tiba-tiba pria itu terkekeh geli. "Jadi alasanmu ragu untuk kuantarkan karena melihatku mengebut tadi?"

Dengan raut polos Nirmala mengangguk.

Melihat kepolosan dan raut menggemaskan Nirmala, sang pria lebih tertawa geli. "Tenang saja aku ahli dalam berkendara."

Ucapan jumawa itu segera membuat Nirmala mengangkat sebelah alisnya tak percaya.

"Hehe tadi hanya sedikit tidak fokus. Sudahlah ayo naik kau kan harus bekerja. Yang kudengar di Rajya Corp tidak menoleransi keterlambatan sedikitpun, kan?" lanjut pria itu membela diri.

Kedua netra hazel Nirmala membulat. "Bagaimana kau tau?!"

Sejenak wanita itu merasa merinding dan menatap pria di depannya penuh selidik.

Pria itu mendecak kecil. "Bahkan anak kecil pun akan tahu dimana tujuanmu ... Kau kan pakai seragam."

Nirmala dibuat kepalang malu. Karena tak ingin memperpanjang kekonyolan yang ia lakukan, Nirmala bergegas menaiki jok motor sport milil pria tadi. Dan seperti yang sudah disepakati motor melaju perlahan menuju perusahaan di mana Nirmala bekerja.

Sepanjang perjalanan tidak ada seorang pun yang membuka suara. Mereka saling berfokus pada pikiran masing-masing hingga tanpa sadar motor yang mereka kendarai telah berhenti di depan gedung megah yang menjulang tinggi bertuliskan Rajya Corp.

"Terima kasih banyak, Tuan .... "

"Bhaskara, panggil aja Bhaskara," potong Bhaskara cepat.

"Oh iya terima kasih, Bha—Bhaskara," lanjut Nirmala mengoreksi ucapannya sendiri.

Saat mereka tengah berbincang di depan gerbang, seorang wanita tiba-tiba datang tanpa diundang.

"Oh astaga! Aku tidak dapat mempercayai dengan apa yang kulihat ini. Selain gemar menggoda pasangan orang lain, kau juga tipe wanita yang tak cukup dengan satu pria rupanya."

Tbc

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status