"Oh iya terima kasih, Bha—Bhaskara."
Nirmala melontarkan senyuman ketulusan. "Nope ... kalau nam—" "Oh astaga! Aku tak percaya dengan apa yang kulihat ini. Selain gemar menggoda pasangan orang lain, kau juga tipe wanita yang tak cukup dengan satu pria rupanya." Ucapan Bhaskara terhenti. Sedang Nirmala spontan berbalik. Matanya melebar begitu melihat wanita berpenampilan modis menatapnya remeh. "No—na Viola?" lirih Nirmala dengan degup jantung yang berdetak cepat. Bhaskara sendiri memberikan tatapan sinis pada wanita berlidah tajam itu. "Apa dia juga karyawan di sini?" bisik Bhaskara yang belum paham jika Nirmala merasa terintimidasi. Nirmala mengangguk patah-patah. "Halo apa kau kekasihnya?" tanya Viola yang tiba-tiba menodong pertanyaan kepada Bhaskara. Nirmala panik, ia khawatir jika Viola berbicara yang tidak-tidak kepada Bhaskara. "Bhaskara, kau segeralah pergi," bisik Nirmala mendorong lengan Bhaskara agar lekas menaiki motornya. Pria itu menoleh ke arah Nirmala dan segera paham begitu melihat raut wajahnya yang pucat dan ketakutan. Karena tak ingin mencampuri urusan wanita yang baru dikenalnya, Bhaskara pun menurut. "Kalau ditanya tu jawab, gak sopan!" sindir Viola membuat Nirmala semakin tak enak hati dengan Bhaskara. "Maaf, Nona. Jika Nona Viola ada pertanyaan bisa bertanya ke saya saja," sahut Nirmala cepat. Viola tak menggubris ucapan Nirmala. Ia justru mengamati Bhaskara dari ujung rambut sampai kaki kemudian tersenyum miring. "Mas, lain kali ajarin ceweknya yang bener. Juga make over sedikitlah penampilan masnya biar ceweknya nggak gatel ke cowok lain. Bisa-bisanya cuma OG berani godain anak bosnya." Nirmala terbelalak dan spontan berdiri di hadapan Bhaskara mencoba menghalangi Viola untuk berinteraksi dengannya. "Mohon maaf, Nona, ini tidak ada hubungannya dengan dia. Bisakah kita berbicara berdua saja?" mohon Nirmala dengan suara setengah bergetar. "Apa? Kamu udah berani ngatur-ngatur saya? Jangan mentang-mentang Baladewa belain kamu, kamu jadi ngeremahin saya. Dasar cewek penggoda!" Menyadari ada yang tidak beres, Bhaskara pun kembali turun dari motornya dan berdiri di samping Nirmala. Bhaskara membuat gerakan tak terduga, ia memutar bahu Nirmala agar wanita itu berhadapan dengannya. Tak sampai disitu, ia menutup telinga Nirmala tanpa permisi. "Apa yang kau lakukan!" Nirmala berseru kecil melihat apa yang Bhaskara lakukan. Perasaannya berubah tak karuan ketika melihat ekspresi serius yang Bhaskara tunjukkan. Amarah Viola meradang begitu melihat respon tak terduga Bhaskara. "Apa-apaan kau ini!" Dengan sikap acuh dan tak merasa bersalah, Bhaskara menoleh. "Nona, kemana manner anda? Bukankah tidak etis menghina profesi orang? Apa Nona tidak pernah belajar menghargai perasaan orang lain? Jangan karena Nona memiliki jabatan tinggi jadi seenaknya dengan bawahan sendiri," ujar Bhaskara memberondong berbagai pertanyaan yang membuat Viola tersudut. Perkataan menyentil yang Bhaskara ucapkan itu membuat Viola semakin naik pitam. "Kamu siapa? Jangan sok mengajari saya!" bentak Viola tak terima. Viola melongok melihat Nirmala yang masih membeku mematap dada bidang Bhaskara. Gigi Viola bergemertuk menahan kekesalannya yang membuncah. "Kau ... tunggu saja sebentar lagi akan ada kejutan untukmu." Setelah membuat ancaman, Viola pergi dengan perasaan campur aduk. Wajahnya memerah pertanda masih memendam sebagian amarah. Sepertinya jika tidak ada Bhaskara, Nirmala telah habis ditanganya. Setelah memastikan nenek lampir itu pergi, Bhaskara menarik tangannya dari telinga Nirmala. "Sorry aku sedikit ikut campur," sesalnya begitu melihat raut wajah Nirmala yang menunjukkan ketidaksukaan. "Lagian kamu kalau ngadepin orang kayak gitu, jangan pasrah dan jangan tunjukkan kalau kamu lemah. Yang ada nanti kamu akan semakin—" "Siapa yang memintamu untuk ikut campur?!" bentak Nirmala merasa malu. "Apa dengan kamu bicara kayak gitu jadi merasa keren?" Nirmala lantas menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan, menetralkan emosi yang mulai mengendalikannya.. Nirmala menatap Bhaskara sendu. Sejujurnya ia merasa tertampar, tapi disatu sisi ia merasa pria ini berlebihan. "Aku hanya tak ingin egoku membuat tonggak kehidupanku runtuh. Lain kali pahamilah, tidak semua hal harus disikapi dengan perlawanan. Kita juga perlu acuh agar setetes air keruh tak membuat sekolam air terkotori." Usai mengucapkan kata-kata itu, Nirmala pergi begitu saja. Ia takut berbagai emosi yang selama ini dipendam akan meluap kepada orang tak bersalah. Bhaskara hanya menatap kepergian Nirmala iba. Ia menjadi tahu wanita di hadapannya ini bukannya tak ingin melawan, tapi tak mampu untuk kehilangan segalanya hanya karena menuruti ego. Pria itu lantas tertunduk dan mengacak rambutnya frustrasi. Bhaskara mendadak kehilangan kata-kata akibat rasa bersalahnya. "Argh! Seharusnya tidak begini. Maafkan aku." TbcKarena pertengkaran kecil pagi tadi, suasana hati Nirmala mendadak berubah buruk. Namun di samping segala percekcokan pagi itu, ia begitu khawatir dengan ancaman Viola. Viona adalah putri dari sekretaris Raja sehingga cukup dekat dengan sang CEO. Nirmala khawatir jika kejutan yang Viona maksud adalah surat pemecatan. Pasalnya bukan hal sulit untuk Viola mengadukan keluhan kepada ayahnya dan akan dilaporkan kepada Raja. Meskipun harinya diawali dengan bersitegang, hari itu Nirmala melaksanakan tugasnya sebagai OG dengan cukup baik. Tak ada hal yang spesial dan tak ada masalah seperti hari lalu. Dan Nirmala cukup bersyukur tak bertemu Baladewa seharian ini. Waktu jam kerja telah usai, Nirmala bergegas berkemas untuk pulang. Beberapa hari ke belakang, Nirmala harus pulang dengan berjalan kaki karena ongkosnya harus dialihkan untuk biaya berobat adiknya. Ketika Nirmala keluar gerbang, ia dikejutkan dengan atensi seorang pria tengah duduk di atas motornya. Dia adalah Bhaskara, pr
"ARGH!" Nirmala tergelepar di tanah. Mendengar suara benda terjatuh, Bhaskara juga Baladewa menoleh ke sumber suara. Bughh! Bhaskara bergegas bangkit dan memukul rahang Baladewa dengan kerasnya. "Argh!" Baladewa yang lengah akhirnya terkena serangan telak. Ia terhuyung menjauhi Nirmala "Astaga! Hey, kau tidak apa-apa?" pekik Bhaskara langsung menghampiri Nirmala yang tergeletak. Ia mengangkat kepala Nirmala ke pangkuannya. Wajah kiri Nirmala memerah tepat di bawah mata kirinya. Ia meringis kesakitan merasakan pipinya berdenyut. Jari Bhaskara mengusap pipi kiri Nirmala yang terkena tonjokan tanpa peduli wajahnya yang juga babak belur. "Maafkan aku, Nirmala. Aku ... aku tidak sengaja," ucap Baladewa bergegas menghampiri Nirmala sembari memegangi rahang kananya. Nirmala berusaha bangkit di bantu Bhaskara. "Tidak sengaja kau bilang?!" sungut Bhaskara tersulut amarah. "Sudah! Jangan lagi berantem!" seru Nirmala mencegah percekcokan yang dikhawatirkan akan me
Kepergian Nirmala bersama pria yang tak ia kenali itu membekas di ingatan Baladewa. Bahkan sehari telah berlalu, pikirannya masih tertuju pada kejadian sore itu. Entah apa yang mendadak merasukinya, yang pasti ia merasa khawatir dan penasaran bagaimana kondisi Nirmala sekarang. "Dewa, cepat bawa masuk koper oma!" Teriakan itu membuat lamun Baladewa seketika buyar. "Memangnya oma udah sampai?" tanya Baladewa justru dengan santai mengambil segelas air mineral di meja makan. "Ya ampun! itu omamu udah di depan rumah!" Muncullah sosok wanita paruh baya dengan rambut setengah bahu. Ia menatap garang anak lelakinya yang malas-malasan. Tak ingin terkena semprot lagi, Baladewa bergegas keluar rumah. Begitu sampai diambang pintu, mata Baladewa langsung dimanjakan dengan rimbunnya dedaunan dan rerumputan hijau yang membentang luas. Pandangannya seketika tertuju pada sebuah mobil yang terparkir di garasi rumah. "Halo, Oma, kukira oma pulang bulan depan." Dengan cekatan Baladew
Seorang wanita berambut sebahu menyusuri lorong dalam keadaan gelap. Tak ada sedikitpun perasaan takut kala tak seorang pun hadir di sekitarnya. Ia tetap fokus memperhatikan kedua kakinya melangkah sepanjang lorong. Ia lantas berbelok ke kanan begitu sampai di simpang tiga. Lagi-lagi wanita itu sama sekali tak mengidahkan kesunyian dan kegelapan yang menemaninya. Ceklek .... Wanita itu membuka sebuah loker bertuliskan 'Nirmala' pada pintunya. Selanjutnya meletakkan tas ransel yang ia bawa ke dalam. Ia membuka resleting tasnya kemudian mengambul sebuah baju kerja yang juga bertuliskan 'Nirmala' pada nametag-nya. Saat ia hendak membuka baju yang ia pakai untuk diganti dengan pakaian seragam, ia dikejutkan dengan sebuah suara gaduh yang berasal dari area kamar mandi. Mata Nirmala yang tadinya sudah setengah tertutup, segera terbuka lebar. "Siapa di sana?!" seru Nirmala mulai was-was dengan sekelilingnya. Ia juga kembali membenarkan kancing bajunya yang sudah sempat ia lepas. Tak
Waktu telah menujukkan pukul 04.50. Di depan sebuah gedung bertuliskan 'Rajya Corp'terlihat sebuah mobil van hitam terparkir di sana. Tak berselang lama, sesosok pria mengenakan pakaian serba hitam dan mengenakan penutup wajah turun dari mobil itu dan berjalan mengendap-endap. Langkahnya begitu was-was ketika memasuki pintu darurat yang tak terkunci. Sekali lagi pria itu mengendap berjalan menelusuri lorong dengan posisi menempel tembok. Pria itu sepertinya tahu betul bagian mana yang tersorot kamera sehingga menggunakan teknik penyamaran untuk mengantisipasi. Krekkk ... Pergerakannya mendadak berhenti. Dari balik penutup wajahnya, wajah tampannya berubah pucat. Dengan hati-hati ia melongokkan kepalanya, namun segera tersadar ternyata bunyi itu timbul akibat dirinya yang tak sengaja menginjak minuman kaleng yang tergeletak di sekitar tempat sampah. Ia lekas mengelus dadanya lega. "Sial, membuat panik saja," bisiknya mengumpat. Ia kembali meneruskan langkahnya hingga tan
Pria memakai setelan jas maroon terlihat termagu menatap keluar jendela yang jelas terlihat pucuk gedung yang begitu menjulang. Wajahnya menyiratkan kegelisahan juga kekhawatiran. "Akkkk!" Ia bangkit kemudian menengadah wajahnya. Matanya terpejam sesaat. "Gak bisa!" serunya keras. Ia lantas berjalan cepat keluar ruangannya. "Hey!" Baladewa menoleh kepada pria paruh baya yang baru saja muncul dari balik pintu di belakangnya. "Mau kemana?" Wajah gelisah Baladewa mengundang banyak tanya ayahnya. "Dewa ... ada urusan sebentar, Yah. Baladewa pergi dulu." Raja hendak mencegah, namun Baladewa kadung menjauh. Pria berambut two block itu menyusuri lorong sembari sesekali menilik nama ruangan ditiap pintunya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat sosok wanita yang beberapa waktu lalu ia buat kelimpungan. "Hey!" panggilnya segera menyentak wanita modis yang tengah berbincang dengan beberapa staf. "Oh kau rupanya ... " gumam Viola menatap Baladewa memberengut. "Kena
Biasanya para pekerja kantoran akan mulai berbondong-bondong pulang begitu waktu menunjukkan pukul 4 sore. Jalanan yang semula sepi berubah padat dalam sekejap. Kemacetan terjadi dimana-mana akibat menumpuknya kendaraan pada jam pulang kantor. Sementara dalam gedung Rajya Corp, penghuninya mulai berangsur meninggalkan tempatnya. "Nirmala ... " Seorang wanita berambut keriting berlarian menghampiri Nirmala yang sebentar lagi menyelesaikan pekerjaannya. Nirmala menoleh memandang lawan bicaranya heran. "Bisa tungguin aku sebentar nggak?" ucapnya dengan wajah memelas. "Kerjaanku di gudang masih ada dikit lagi, tapi orang-orang udah mulai pulang duluan. Jadi temenin aku dulu mau ya?" lanjutnya tiba-tiba bergelendotan di lengan Nirmala. Nirmala berfikir sembari melihat sekitar yang memang mulai lengang. Hanya ada beberapa orang saja yang masih tinggal. "Oke deh. Kamu ke gudang duluan aja. Habis nyimpen alat, aku nyusul." Setelah bersepakat, Nirmala pun bergegas menuju lokerny
Blugh! Tubuh Nirmala terhuyung membentur kursi penumpang yang tepat di sebelah Baladewa duduk. "CEPAT PASANG SEATBELTMU!" Nirmala masih berusaha mencerna apa yang dilakukan pria di sampingnya itu. Ia masih membeku melihat Baladewa dengan cekatan menghidupkan mesin mobilnya. "APA YANG KAU LAKUKAN!" teriak Baladewa mengetahui Nirmala masih termagu. Nirmala tersentak segera mengikuti perintah Baladewa tanpa penolakan. Bisa terlihat di mata Nirmala raut wajah Baladewa berubah menyeramkan. "Kita pergi dari sini sebelum orang gila itu mengejar." Perkataan singkat itu menguatkan aura mencekam yang menguar dari tubuhnya. Nirmala yang ada di dekatnya sampai tak dapat berkutik. "HEY, AKU HANYA INGIN BERBICARA SEBENTAR!" Sayup-sayup teriakan Bhaskara mampu Nirmala dengar meski semakin menjauh di belakangnya. Ia hanya melihat dari kaca spion Bhaskara menatapnya sedih. Mobil yang dikendarai Baladewa melaju begitu cepat hingga tanpa sadar telah berada jauh dari Rajya Corp.